Bab 13: Roti Lapis

(Penerjemah: Anickme)


Restoran dari Dunia Lain memiliki berbagai macam pelanggan.

Mereka tinggal di berbagai belahan di dunia mereka, tetapi mereka semua berhasil menemukan pintu mereka sendiri. Setiap tujuh hari sekali, mereka menggunakan pintu ini untuk datang ke restoran. Mereka adalah tipe pengunjung yang menjadikan makan hidangan dunia lain sebagai bagian dari hidup mereka.

Pintu itu sendiri muncul di lokasi yang cenderung memiliki kekuatan sihir kuat, tetapi tidak terlalu peduli dengan kondisi tempatnya.

Sebenarnya, cukup jarang pintu tersebut muncul di kota-kota, jalan kecil, atau tempat-tempat seperti kastil. Biasanya, pintu tersebut akan muncul di daerah yang jauh dari pemukiman, dengan canggung berdiri di suatu tempat terpencil. Bahkan, masih banyak pintu yang belum ditemukan ataupun digunakan.

Karena itu, pengunjung di Restoran dari Dunia Lain, terutama para pelanggan, kebanyakan adalah kelompok orang aneh bahkan di antara penduduk dunia itu. Orang-orang yang datang dari berbagai daerah ini berusaha untuk tidak menggali terlalu dalam ke latar belakang orang lain. Bahkan kalaupun ada seseorang yang terkenal, atau bahkan seseorang yang menjadi musuh abadi mereka, sudah menjadi suatu bentuk kesopanan untuk tidak peduli dan berpura-pura tidak melihat apa-apa.

Bagaimanapun juga, ini adalah dunia lain.

Apa yang mereka yakini sebagai hal umum tidak selalu berarti sama di sini, dan mereka tidak boleh berpikir demikian. Ditambah lagi, jika mereka melanggar, pemilik mungkin akan melarang mereka mengunjungi restoran selamanya.

Jadi, para pelanggan berusaha melupakan perselisihan kecil mereka dan saling menghormati saat berada di Nekoya, sesekali membantu menghentikan pengunjung baru saat mereka tanpa sadar memulai masalah. Satu-satunya pengecualian untuk hal ini hanyalah tentang makanan.

Para pelanggan yang selalu datang sekali setiap minggu umumnya memiliki hidangan yang sangat mereka sukai sampai itu menjadi nama panggilan mereka. Masing-masing dari mereka sangat percaya kalau hidangan itu adalah yang terbaik dari semua hidangan yang disajikan di Nekoya, jadi saat suatu percakapan beralih ke makanan, sering terjadi perselisihan.

Kebetulan, ini adalah salah satu dari kejadian itu.

"Apa?! Apa kau sudah gila?! Kau bahkan belum pernah merasakan rasa dewa dari roti dan daging cincang goreng tepung yang disiram saus sepanjang malam!"

“Hmph, itu menurutmu, kawan! Kau tak tahu apa-apa! Kombinasi shripe dan saus tartar tetap enak meskipun sudah dingin!”

Perang kata-kata tertentu ini terjadi di antara petualang berpakaian ringan, yang tampaknya dibesarkan dengan baik, yang dikenal sebagai si Daging Cincang Goreng Tepung, dengan kesatria muda berbadan bagus dengan pedang terkenal yang dikenal sebagai si Udang Goreng Tepung. Keduanya baru akhir-akhir ini mulai datang ke restoran, tetapi dalam waktu singkat telah menjadi pelanggan. Mereka mulai berdebat setelah secara kebetulan duduk bersebelahan.

“Hm? Apa kedua anak muda itu sedang berdebat?"

Samurai tua, si Teriyaki, tiba setelah pertengkaran keduanya dimulai dan kemudian menoleh ke temannya, si Daging Babi Goreng, untuk meminta jawaban. Dia adalah seorang pria tua kurus yang merupakan seorang pelanggan veteran di Nekoya.

"Ya. Mereka sepertinya berdebat tentang hidangan apa yang membuat roti lapis lebih enak."

Seperti biasa, pria tua itu sedang meminum segelas bir dunia lain sambil mengunyah makanannya, daging babi goreng. Dia menjelaskan kalau semua ini dimulai ketika keduanya memesan hidangan favorit mereka dalam bentuk roti lapis.

Roti lapis adalah hidangan yang terbuat dari dua iris roti tawar dengan berbagai bahan yang ditaruh di tengahnya. Rasanya enak saat dingin, dan bisa dipesan untuk dibawa pulang.

Atau setidaknya, begitulah roti lapis dijelaskan dalam bahasa Benua Timur di menu Nekoya. Yang dimaksud berbagai bahan, itu berarti apa saja yang dibuat oleh pemilik kecuali sup. Dia bisa mengubah bahan apa saja menjadi roti lapis yang cukup enak.

Secara umum, ada tiga jenis roti lapis dasar di menu restoran. Yang pertama adalah makanan spesialisasi Nekoya, dua iris roti tawar dengan telur yang dipotong tipis dicampur mayo. Lalu ada roti lapis yang berisi semacam irisan daging merah muda dengan keju dan sayuran berdaun. Yang terakhir adalah roti lapis yang diisi dengan ikan yang direndam dalam minyak bersama mayo. Namun, kebanyakan pelanggan cenderung memesan hidangan favorit mereka dalam bentuk roti lapis. Orang-orang bisa menggambarkan ini sebagai menu rahasia restoran.

“Dasar, mereka mempermasalahkan itu?” Si Teriyaki menghela napas. Betapa konyolnya itu. Apa gunanya bertengkar tentang roti lapis?

"Memang. Bagaimana kita bisa bersantai dan menikmati makanan kita seperti ini?” kata si Daging Babi Goreng.

Kedua pria itu berdiri, jelas sudah terbiasa untuk turun tangan, dan mendekati anak-anak muda yang sedang bertengkar.

“Kenapa kau tidak mengerti?! Roti lapis dengan daging cincang goreng tepung adalah yang terbaik! Tetap enak meskipun dingin! Potongan daging yang diiris tipis dipenuhi jus lezat yang langsung keluar saat kau menggigitnya! Ditambah saus asam manis yang cocok dengan sayuran. Ini hidangan yang luar biasa!"

Si Daging Cincang Goreng Tepung menolak untuk kalah. Saat pertama kali dia mengunjungi Nekoya, pemilik memberinya roti lapis daging cincang goreng tepung sebagai hadiah. Dia meninggalkan hidangan itu selama beberapa waktu, dan akhirnya menjadi dingin. Ketika dia memakannya, ternyata rasanya sangat berbeda dari sebelumnya, tetapi tetap enak. Sejak itu, dia memastikan untuk selalu memesannya sebelum pulang. Itu hal bagus.

“Hmph! Inilah hal buruk mengenai gadis Kerajaan sepertimu! Seperti yang kukatakan tadi, kecemerlangan shripe dan saus tartar sama enaknya saat dingin! Dengan menggoreng shripe, kau bisa mendapatkan tekstur yang sangat renyah di setiap gigitannya! Kau bisa merasakan rasa manisnya menyebar ke seluruh mulutmu! Dikombinasikan dengan rasa asam dari saus tartar, kau akan mendapatkan sesuatu yang sangat hebat! Apa kau tahu kalau roti lapis dengan udang goreng tepung ini terdapat sayur buah merah dan sayuran berdaun hijau juga? Jadi, setelah kau memakannya, kau bisa melihat lapisan indah antara daging shripe putih dan sayuran berwarna-warni! Tidak hanya lezat, tetapi juga karya seni! Daging cincang goreng tepung, dengan warna coklat di dalam dan luarnya, tidak pernah bisa dibandingkan!"

Di sisi lain, si Udang Goreng Tepung juga menolak untuk kalah.

Pada kunjungan keduanya ke Nekoya, dia diberitahu tentang menu rahasia oleh pendekar pedang legendaris yang bersama dengannya. Dengan meletakkan shripe goreng di antara irisan roti dan memakannya, hidangan itu berubah menjadi sesuatu yang sangat berbeda. Meski, si Udang Goreng Tepung setuju kalau daging cincang goreng tepung memang salah satu hidangan restoran yang tergolong enak, tetapi kalah jauh jika melawan daya tarik udang goreng.

Si Teriyaki dan si Daging Babi Goreng berdehem di depan pasangan yang menolak untuk kalah.

“Ya, ya. Tidak harus ada perkelahian, kalian berdua."

“Ini adalah tempat untuk menikmati makanan terbaik. Orang-orang berkata kalau obrolan dapat membuat makanan lebih enak, tetapi jika berlebihan, kalian akan merusak rasanya.”

Kedua anak muda itu terdiam dan mengalihkan pandangan mereka ke dua pria yang lebih tua. Salah satunya adalah pahlawan besar dan petapa agung di seluruh dunia. Yang satunya hanya pendekar pedang asing pengembara yang keahliannya terkenal di kedua benua. Membuat dua pelanggan restoran yang paling terkenal menegur mereka sudah cukup bagi kedua pemula itu untuk terdiam.

"Maafkan aku. Aku berlebihan. Udang goreng tepung tentunya enak dengan caranya sendiri,” ucap si Daging Cincang Goreng Tepung.

"Tidak, tidak. Aku juga minta maaf. Kita semua punya hidangan favorit sendiri, kan?” Terlepas dari keengganan mereka, keduanya saling meminta maaf.

Si Teriyaki dan si Daging Babi Goreng diam-diam mengenang tentang bagaimana dulu mereka pernah bertengkar seperti itu pada masa pemilik sebelumnya.

Ini mengingatkanku kembali. Kami selalu mendebatkan makanan mana yang paling enak, pikir si Teriyaki dalam hati.

Si Daging Cincang Goreng Tepung yang pertama akan selalu bertengkar dengans si Kroket tentang bagaimana hidangannya adalah yang paling lezat dari semuanya, kenang si Daging Babi Goreng. Kupikir itu mengalir di dalam darahnya.

Begitulah, sepasang pria yang lebih tua merenungkan masa lalu, sambil menegur anak-anak muda berdarah panas di depan mereka.

"Benar sekali. Daging cincang goreng tepung dan udang goreng tepung sama-sama enak. Namun, jika kita membicarakan mengenai apa yang membuat roti lapis paling enak, sudah pasti daging babi goreng."

"Salah, salah. Daging babi goreng terasa paling enak saat disajikan panas. Jika kalian ingin membuat roti lapis, ayam teriyaki-lah jawabannya. Rasanya enak bahkan saat sudah dingin."

Kedua veteran itu secara naluriah saling memandang, terlihat ekspresi tidak percaya di wajah masing-masing.

“Bukankah kau seharusnya menjadi pria penyuka nasi? Juga, bagaimana kau bisa meletakkan ayam teriyaki di antara irisan roti?” si Daging Babi Goreng berdiri dan melontarkan pertanyaan tajam ke teman lamanya.

Si Teriyaki biasanya memesan nasi dengan hidangan pilihannya. Hanya beberapa kesempatan dia memesan makanan yang berbeda, baru dia akan meminta roti. Hal itu membuat sarannya tentang roti lapis ayam teriyaki semakin membingungkan. Hal itu karena si Daging Babi Goreng tidak percaya kalau kecap asam-manis dari ayam teriyaki cocok dengan roti.

“Kau lihat dirimu! Kau tidak pernah makan roti! Kau selalu memesan daging babi goreng dengan bir besar, bukan? Kenapa kau membahasnya sekarang?”

Di sisi lain, si Teriyaki kebingungan. Si Daging Babi Goreng selalu datang ke restoran lebih awal darinya dan selalu lebih lama juga. Sepanjang pengalamannya sebagai seorang pelanggan di Nekoya, dia hanya pernah melihat pria itu makan daging babi goreng dan minum bir.

Dalam beberapa kejadian saat si Teriyaki melihat si Daging Babi Goreng memesan sesuatu yang lain, dia selalu memastikan untuk memesannya dengan bir, bukan roti. Pendekar pedang itu tahu kalau roti dan irisan daging bisa dipadukan dengan baik, tapi dia terkejut mendengar bahwa si Daging Babi Goreng pernah memesannya. Kedua pria itu menjawab satu sama lain dengan tidak percaya.

“Itu sangat tidak benar! Setiap bulan, aku selalu memesan roti lapis daging babi goreng untuk dibawa pulang. Tanpa sayuran, hanya daging, saus, dan mustard. Ditambah dengan mentega di rotinya dan makan saat sudah dingin! Itulah cara terbaik menikmati kegurihan daging babi berminyak. Rotinya bahkan melunak karena jus daging dan saus yang melimpah. Tambahkan sedikit mustard untuk menambah rasa pedas dan kau akan mendapatkan sebuah mahakarya!"

Si Daging Babi Goreng menjelaskan tradisinya setiap bulan kepada temannya. Dia akan tetap di restoran sampai sekitar waktu naga sihir itu muncul, pulang, tidur, dan kemudian keesokan harinya dia akan menikmati roti lapis. Dibandingkan dengan rotinya sendiri, potongan daging babi sebenarnya lebih tebal, dengan banyak saus di atasnya. Itu lebih dari cukup untuk mengisi perut pahlawan legendaris, dan rasanya luar biasa. Ini adalah makan siang istimewanya yang telah dia nikmati sejak masa pemilik sebelumnya.

“Anggaplah begitu. Kau tahu, aku baru menyadarinya, tetapi teriyaki sangat cocok dengan roti. Irisan tipis ayam teriyaki dan mentimun segar yang disiram dengan saus asam manis, dikombinasikan dengan oranie yang dijepit di antara irisan roti dengan lapisan mustard di atasnya… Entah bagaimana, semuanya secara misterius menyatu! Belum lagi, kudengar roti lapis ayam teriyaki cukup populer di dunia ini!”

Samurai itu mengetahui roti lapis ayam teriyaki dari pemilik pada hari yang sama ketika dia membawa si Udang Goreng Tepung ke Nekoya dan memberitahunya tentang menu rahasia. Dia tidak pernah melupakan pertama kalinya dia memakannya. Pendapatnya mengenai ayam teriyaki dan roti tidak cocok terhempas oleh ledakan rasa yang luar biasa di mulutnya.

Tak butuh waktu lama bagi kedua pria tua yang keras kepala itu untuk bertukar tatapan tajam dan mulai berdebat.

Hal ini tentu saja membuat pengunjung lain terlibat dalam perselisihan mereka sendiri.

Sekitar waktu ini, baik pelanggan lama dan pelanggan baru saling berkumpul, dan mereka semua mulai berdebat tentang makanan favorit pribadi mereka.

“Aku pribadi suka roti spaghetti Neapolitan. Apa kau tahu kalau spaghetti Neapolitan yang disajikan di sini memiliki rasa yang cukup kuat jika diletakkan di antara irisan roti? Rasa kecap yang tajam menempel pada roti putih lembut. Benar-benar ajaib!" Pewaris salah satu perusahaan dagang terbesar di Kerajaan menyarankan pilihan yang agak fantastis dengan menggabungkan mi dengan roti. Menurutnya, hal itu menarik.

"Astaga. Kulihat anak muda di sana belum cukup memahami cara kerjanya. Jika kau ingin membicarakan mi yang sangat cocok dengan roti, sudah pasti yakisoba dengan saus kentalnya yang harum. Hanya dengan kubis, mi, dan daging itu, jahe merah serta sayuran terlihat jauh lebih elegan. Benar-benar pemandangan yang mengganggu mata," sebuah suara baru berbicara.

“Aku benci setuju denganmu, tapi bagaimanapun, itu benar. Walau tidak seenak okonomiyaki yang baru matang, yakisoba dalam bentuk roti benar-benar lezat. Rasa asam manis dari saus yang dikombinasikan dengan daging babi, kubis, dan jahe merah membuat pengalaman yang gurih, maksudku, seperti di surga."

Baik peramal dan samurai dari Benua Barat membicarakan tentang keagungan yakisoba dengan kubis dan sausnya.

“Um, kalau soal roti lapis, aku lebih suka yang memakai buah-buahan manis dan krim di dalamnya. Rasa manis yang lembut di akhir dan rasa asam dari buah yang matang sepertinya akan saling berbenturan, tapi jika digabungkan, rasanya sangat enak!”

Putri yang bersemangat dari Kekaisaran membicarakan tentang kegembiraan roti lapis buah, makanan yang baru-baru ini dia pesan untuk di bawa pulang setiap kali dia datang.

“Jika kita membicarakan tentang roti lapis buah, kupikir custard adalah yang paling tepat. Rasa manisnya yang kaya berpadu indah dengan buah dan rotinya. Itu juga tidak membuat rotinya basah.”

Sementara itu, Putri Penyihir dari Duchy yang menyukai puding Nekoya juga suka roti lapis buah. Tak seperti putri lainnya, dia merekomendasikan penggunaan krim custard, bahan yang memiliki rasa yang mirip dengan puding.

Sehingga restoran itu dipenuhi oleh perang kata-kata yang sengit selama beberapa waktu.

Roti lapis mana yang terbaik?

Itu adalah pertarungan yang hanya diperuntukkan bagi pengunjung yang mengetahui pilihan rahasia yang dikenal sebagai bawa pulang.

"Sungguh konyol." Fardania, elf petualang yang tidak mengunjungi restoran sekitar setengah tahun melihat pertarungan yang berlangsung dengan mata lelah.

Dia memesan steak tahu yang sama seperti yang dia lakukan pada hari yang tak terlupakan ketika dia pertama kali mengunjungi Nekoya dan harga dirinya terluka, mendorongnya untuk melakukan petualangan keliling dunia. Fardania menyaksikan pengunjung lain bertengkar di antara mereka sendiri saat dia makan.

Dia bukanlah pelanggan. Dia hanya kebetulan mendengarnya dari halfling bahwa ada pintu di dekatnya dan datang untuk makan. Perjalanan ke restoran membuatnya memutari jalan yang menambah tiga hari lagi dari tujuan berikutnya, ibu kota elf. Namun, mengingat rentang umur para elf, ini adalah penundaan yang sangat kecil.

"Fiuh."

Elf itu meletakkan garpunya setelah menghabiskan steak tahu-nya. Rasanya sama enaknya dengan yang dia makan setengah tahun lalu.

"Terima kasih, Tuan. Itu lezat." Betapa sakit untuk mengakuinya, jika dia tidak jujur, itu sama artinya dengan mengakui kekalahan.

"Sama-sama." Seperti biasa, pemilik menganggukkan kepalanya tanpa mengatakan apapun yang tidak perlu kepada gadis elf itu.

“Ngomong-ngomong, apa di tempat ini, nasi bisa dibawa pulang?” Fardania sudah lama bertanya-tanya tentang ini. Sayangnya, roti di Nekoya sedikit berbau susu, membuatnya tidak mungkin untuk dimakan. Nasi, di sisi lain, sangat luar biasa.

"Ya, kami memiliki sesuatu, kurasa." Pemilik berpikir sejenak sebelum menjawab.

"Benarkah?" Fardania, yang terkejut dan juga tidak terkejut, dengan jawaban yang kembali padanya.

"Yah, karena kami menyebut diri kami Masakan Barat Nekoya, kami tidak benar-benar memilikinya di menu, tapi..." Meskipun begitu, pemilik melanjutkan.

"Kurasa aku bisa membuat nasi kepal untukmu untuk dibawa pulang."

Sebagai hasil dari janji Masakan Barat Nekoya berupa isi ulang nasi yang gratis, restoran itu sering kali memiliki banyak sisa nasi di penghujung hari. Karena pemilik tidak bisa memakai kembali nasi untuk keesokan harinya, dia sering memberikannya kepada karyawan atau memakannya sendiri setelah bekerja. Dia tidak suka membuang-buang makanan. Pada saat-saat inilah pemilik akan mencampur nasi dengan sake manis dan kecap, dan membuatnya menjadi nasi kepal.

Itu adalah hidangan sederhana yang hanya menggulung sisa nasi menjadi berbentuk bola dan menutupinya dengan mirin dan miso sebelum dipanggang. Aroma permukaan yang garing dipadukan dengan aroma mirin dan miso menghasilkan aroma yang menggoda. Hidangan itu sangat populer di kalangan karyawan pemilik sehingga pada hari-hari dengan banyak sisa nasi, sepiring nasi kepal akan menghilang ke perut mereka hanya dalam beberapa saat.

Tentu saja, tidak perlu dikatakan lagi kalau dia ingin menyajikannya kepada pelanggan, dia harus membuatnya sedikit lebih mewah daripada yang dia buat kepada karyawan atau dimakan sendiri. Selama dia memikirkannya seperti itu, dia pikir tidak masalah dengan menjualnya.

“Lalu bisakah aku mendapatkan itu? Makanan di kota manusia tempatku tinggal sama sekali tidak enak." Ekspresi Fardania terlihat tenang saat dia memesannya. Dia tahu betul kalau restoran ini sekali lagi akan mengejutkannya dengan sesuatu yang dia tidak pernah dia bayangkan.

"Segera datang. Ini akan segera jadi." Pemilik kembali ke dapur, memikirkan apa yang harus dilakukan mengenai bumbunya.

Kupikir aku hanya akan menggulungnya dengan kombinasi kecap rumput laut, mirin, dan sedikit biji wijen yang ditaburkan di atasnya seperti biasa. Dengan bawang bombai atau miso… Ah, dan yang terakhir, mungkin aku bisa menambahkan beberapa potongan rumput laut.

Jadi, pemilik mulai bekerja membuat nasi kepal sambil menyiapkan roti. Setelah menjalankan restoran ini selama lebih dari sepuluh tahun, dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Itu selalu berakhir seperti ini, pada hari-hari ketika para pengunjung mulai berdebat.

“Ah, astaga! Lihat, kau akan mengerti begitu mencobanya, oke?! Tuan! Tolong buatkan si sok tahu ini roti lapis isi daging cincang!”

“Kalau begitu, satu roti lapis udang goreng tepung untuk gadis itu, Tuan!”

“Hei, Tuan! Aku ingin mencoba roti lapis ayam teriyaki itu! Jika kau sangat keras kepala tentang hal itu, baiklah! Aku akan mencobanya!"

"Kalau begitu aku pesan roti lapis daging babi goreng! Meskipun kita semua tahu rasanya tidak akan lebih enak dari roti lapis ayam teriyaki!”

“Tuan, aku ingin mencoba roti lapis yakisoba itu. Aku agak penasaran dengan kombinasi mi dan saus."

“Tuan, bawakan aku roti Neapolitan! Mari kita lihat apa yang harus dipermasalahkan tentang itu!"

“Kalau begitu, aku akan mencoba hal yang sama. Aku serahkan padamu, Tuan."

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita membandingkannya di sini, sekarang? Dengan begitu kita bisa yakin,” kata Putri Penyihir.

"Ayo! Permisi, bisakah kami memesan dua roti lapis buah, satu diisi dengan krim dan satu lagi diisi dengan custard?” jawab putri kekaisaran.

Dan seperti itu, pesanan terus berdatangan. Pemilik tidak bisa menahan tawa melihat betapa mudahnya semua itu ditebak.

"Aye, segera datang!"

Pemilik tersenyum, tangannya bergerak secepat mungkin untuk menyiapkan pesanan pengunjungnya.
full-width