Prolog: Tangisan Pertama

(Penerjemah : Anickme)


—Begitu dia membuka mata, hal pertama yang dia sadari adalah keraguan akan 『Apa Itu』 dirinya.

Secara misterius, dia langsung memiliki pengetahuan.

Jika harus dia jelaskan, saat ini dia berada dalam kondisi di mana wadah untuk jiwa telah disiapkan.

Untuk memulai sesuatu, wadah yang dilapisi dengan dasar dari pengetahuan dan keterampilan telah disiapkan, hanya kekurangan isi terpentingnya— tidak, isi itu akhirnya telah dimasukkan.

Jika dia mulai berpikir untuk berjalan, dia bisa saja berjalan. Jika dia mulai berpikir untuk berbicara, dia bisa saja berbicara.

Namun, keinginan untuk berusaha melakukan kegiatan itu juga tidak ada, dan karena alasan itulah dia tidak bisa bergerak.

"———"

Sebuah ruangan yang terkesan aneh dan kosong, dengan beberapa lingkaran yang tergambar di tanah bersinar dengan cepat. Dia paham kalau itu adalah sejenis pola yang menyerupai teknik sihir, tapi dia tidak tahu hal itu secara spesifik.

Alasan kenapa dirinya berada di tengah sinar tersebut karena dirinya terlahir di sini.

Dirinya, yang belum menjadi 『Sesuatu』 telah lahir, bahkan tanpa mengeluarkan suara tangisan pertama, sedang memeriksa keadaan di sekitarnya.

"———"

Memfokuskan matanya di dalam ruangan yang agak redup, sesuatu yang bisa dia lihat adalah buku-buku yang tersusun rapi di rak, dan berbagai jenis bahan berserakan di lantai, memastikan hal itu, dia akhirnya tersadar.

Sesosok bayangan yang menatap dirinya, saat dia berdiri di dalam sinar.

"———"

Rambut putih panjang, kecantikan rapuh yang tampaknya akan hancur dalam satu sentuhan, wanita yang mengenakan pakaian hitam yang berlawanan dengan warna rambutnya, berdiri di sana dengan aura kehadiran yang jelas.

Kenapa dia tidak dibangkitkan oleh orang yang begitu cantik dan mempesona. Alasannya sangat jelas.

Seperti sinar yang terlalu kuat untuk dibayangkan, dia hanya mengabaikan apa yang terlalu hebat.

Dari luar, bukan kehadiran atau kecantikan dirinya yang berkilauan, tetapi dia adalah sesuatu yang sangat berarti bagi dirinya sendiri, yang belum menjadi 『Sesuatu』.

—Dia adalah seseorang yang tak tergantikan bagi dirinya, yang bukan 『Apapun』.

"—Ah."

Bibirnya mencoba mengatakan sesuatu, gemetar lemah, lalu menghela nafas.

Tembok penahan hancur seketika, keruntuhan setelahnya terlihat jelas.

"Ah, a~a~h...... a~a~a~h."

Suara yang mustahil disuarakan terdengar, sesuatu yang hangat mengalir dari sudut matanya.

Dia tidak memiliki cara untuk menghentikan suaranya ataupun air matanya.

Apa yang tumpah, yang menetes keluar, adalah jiwa mustahil yang mengapung untuk mengisi wadah ini. Menumpahkannya sekaligus, akhirnya, jiwa tersebut mencocokkan diri dengan wadahnya.

Dengan ini, akhirnya, semuanya akan dimulai.

Akhirnya, dirinya, yang bukan 『Apapun』, dirinya, yang mengeluarkan suara tangisan pertamanya, akan—,

"—Selamat pagi."

Tiba-tiba, suara yang bukan miliknya terdengar, lalu dia mengangkat dagunya yang gemetar, dan melihat ke atas.

Penglihatan yang kabur, sosok orang yang sebelumnya terlihat jelas sudah tidak terlihat lagi, dan dengan panik mengucek matanya, dia mencari, mencari, dan mencari sosok orang itu—,

"— Kau, Beatrice."

Suara itu menegurnya, saat sebuah tangan menyentuh pipi anak yang hilang itu.

Sambil menahan napasnya, dia menatap keindahan di depan matanya. Orang itu, melengkungkan bibirnya dengan agak gelisah. Sesaat kemudian, dia menyadari kalau itu adalah senyuman yang berasal dari orang canggung ini.

"—Kau adalah milikku, kurasa. Sesuatu yang mirip dengan seorang anak perempuan."
full-width