Bab 12: B-Steak

(Penerjemah: Anickme)


Romero hampir putus asa saat dia melihat sinar matahari pagi yang menjijikkan menerangi pintu masuk gua.

“Ini sudah pagi?” bisiknya.

“A-apa yang akan kita lakukan, Romero?” Julietta, kekasihnya, menggenggam tangannya dengan erat.

“Semua akan baik-baik saja. Aku akan melindungimu apa pun yang terjadi."

Romero dapat merasakan kalau tangannya gemetar ketakutan saat dia menggigit bibirnya. Setelah hidup sendirian dalam kegelapan begitu lama, dia pikir dia mengerti. Dia pikir dia mengerti apa artinya bersama Julietta. Namun, dia tidak bisa menahan dirinya. Setelah akhirnya mengetahui kehangatan cintanya, tidak mungkin Romero bisa kembali ke kegelapan.

Itulah alasan kenapa ini sangat menyakitkan, sadar kalau pengejar mereka semakin dekat...

Kematian mendekati mereka.

Sialan! Kalau saja aku sendirian, setidaknya...

Memang. Jika Romero sendirian, dia bisa menerima takdirnya. Tangannya sudah berlumuran darah. Dia adalah makhluk kegelapan yang telah merenggut banyak nyawa hanya untuk memberi makan dirinya sendiri. Dia tidak akan mengeluh mengenai kematiannya. Dia pantas mendapatkannya.

Namun, Julietta berbeda. Dia memilih untuk mengikuti Romero keluar dari dunia yang terang, tetapi dia tidak berdosa. Dia masih suci. Keduanya saling jatuh cinta dan memilih hidup bersama. Itulah kenapa Romero tidak ingin semuanya berakhir seperti ini. Dia tidak ingin menyeret kekasihnya untuk ikut bersamanya ke dunia Dewi Kegelapan.

Pasti ada jalan, pikir Romero. Sesuatu, apapun itu!

Mereka tidak bisa meninggalkan gua. Pengejar mereka sudah sangat dekat, dan yang lebih buruk lagi, matahari telah terbit. Hanya masalah waktu sampai mereka menemukan gua kecil ini. Sesuatu mungkin akan berbeda jika bulan masih bersinar, karena ialah yang memberikan kekuatan bagi mereka yang hidup di dunia orang mati. Namun, matahari, simbol cahaya dan kehidupan itu sendiri, bukanlah sekutu mereka. Jika pengejar menangkap mereka di siang hari, masa depan mereka akan hilang selamanya.

Kemudian itu terjadi.

"Ah! Romero, lihat itu! Itu… itu…!” Julietta berbicara saat dia menyadari sesuatu di kedalaman gua.

"Apa? Sebuah pintu?!"

Seolah-olah langit memberikan satu bantuan terakhir, karena tiba-tiba ada pintu misterius di dalam gua.

Apa yang terjadi? Kenapa ada pintu disini? Tidak, tunggu sebentar…

Sebuah pintu hitam dengan gambar kucing muncul entah dari mana. Setelah menenangkan diri, Romero mulai berpikir. Dia meraih tangan Julietta dan berjalan dalam diam.

“Romero? Pintu apa itu? Apa kau tahu apa itu?” Julietta dan kekasihnya berjalan semakin dekat.

“Tidak, aku tidak tahu. Namun, sesuatu akan lebih baik dibandingkan tinggal di sini." Jawab Romero dan meletakkan tangannya di permukaan pintu. Apa yang menanti kami di baliknya? dia bertanya-tanya. Keputusasaan? Atau mungkin…

Dengan matahari yang sudah terbit, mereka terpaksa berada di dalam gua sampai malam tiba, apapun yang terjadi. Sampai titik ini, satu-satunya pilihan mereka hanyalah melangkah maju dan mencoba menggenggam secercah harapan yang bisa mereka raih. Suara bel berbunyi saat pintu terbuka, menuju ke ruangan yang agak gelap. Romero merasa lega. Matahari tidak bisa mencapai tempat ini.

"Ayo pergi." Romero mengajak Julietta.

"Tentu saja, sayang. Sudah lama aku memutuskan untuk mengikutimu kemanapun kau pergi. Aku akan bersamamu sampai akhir." Julietta mengangguk, wajahnya masih pucat. Keduanya bergandengan tangan dan berjalan memasuki ruangan gelap di balik pintu, dan saat pintunya tertutup di belakang mereka, itu menghilang.

Beberapa saat kemudian, beberapa pria datang memasuki gua. Para prajurit memegang pedang perak, yang dipercaya kuat untuk melawan makhluk kegelapan. Di samping mereka terdapat penyihir bijak dan pendeta dari Penguasa Cahaya. Dan juga, mereka memiliki segel perak dan tombak yang terbuat dari pohon putih, dibuat khusus untuk membunuh Romero. Di leher mereka ada karangan bunga indah yang terbuat dari bunga galileo aromatik.

“Sialan! Dia juga tidak ada di sini!" salah satu pria itu berteriak.

“Hancurkan semuanya! Kemana perginya monster terkutuk itu?"

“Ini sudah pagi!” kata seorang prajurit. “Tidak ada tempat lagi baginya untuk lari! Temukan dia dan bunuh dia!”

"Oh, Nona Julietta, semoga baik-baik saja."

Seorang pendeta mendesah. “Tidak, kurasa ini sudah sangat terlambat. Nona muda itu mungkin sudah…”

Para pria itu mencari putri kecil dari penguasa wilayah, yang telah diculik. Saat matahari terbit, mereka melanjutkan pencarian putus asa mereka, tidak menyadari bahwa keduanya telah melarikan diri ke tempat di mana mereka tidak dapat ditemukan lagi.

***

Pasangan itu melihat ke sekeliling ruangan tanpa cahaya, memeriksa sekeliling mereka.

“Kita berada di ruang bawah tanah, sepertinya…” kata Romero.

Di balik pintu itu ada ruangan yang agak sempit.

"Tempat apa ini?" Julietta dengan diam mendekatkan dirinya ke Romero, gemetar ketakutan.

Ruangan di depan mereka sangat aneh. Sulit dibayangkan kalau tempat seperti ini terhubung dengan gua yang baru saja mereka masuki. Ada deretan meja dan kursi bersih yang ditata rapi dalam ruangan. Setiap meja memiliki wadah kaca beraneka ragam. Di dindingnya ada berbagai gambar, dan lantai kayunya halus serta berkilau.

Apa ini ruangan penyihir? tanya Romero pada dirinya sendiri. Aku yakin kalau tempat ini pasti menggunakan semacam sihir teleportasi, tapi...

Romero telah hidup sepuluh kali lebih lama dari Julietta dan bisa merasakan sihir mengalir ke seluruh ruangan. Tempat ini dipenuhi energi sihir. Dia dapat merasakan kekuatan api dan kegelapan di dalamnya. Untungnya bagi mereka berdua, itu tidak tampak seperti sejenis sihir berbahaya yang menyerang tamu tak diundang, tapi itu tak mengubah fakta bahwa dia tidak tahu apa itu.

Sedikit cahaya yang terlihat di ruangan berasal dari belakang, tempat di mana Romero bisa merasakan kehadiran seseorang. Dia menganggap bahwa itu pasti pemilik dari tempat yang aneh ini.

Apa yang aku lakukan?

Semuanya bergerak cepat. Tiba-tiba ruangan itu secerah siang hari. Julietta berteriak, dan dia serta Romero segera menunduk untuk mempertahankan diri.

"Sialan! Jebakan?!"

"Tunggu," kata Julietta. “Cahaya ini tidak menyakitkan…”

Cahaya di ruangan ini tidak seperti matahari atau cahaya suci yang dimiliki oleh para pelayan Penguasa Cahaya yang menyebalkan. Tidak ada yang sihir di dalamnya: itu hanya untuk menerangi ruangan.

"Siapa disana!" sebuah suara memanggil. “Hei, selamat datang. Kalian pasti datang lebih awal.”

Romero dan Julietta mendengar suara berat memanggil mereka. Itu berasal dari seorang pria paruh baya yang berdiri di ujung ruangan. Dia adalah pria besar berjanggut, terlihat cocok untuk usianya. Dia tidak terlihat seperti seorang penyihir atau prajurit.

Berdasarkan caranya berdiri dan energi sihir yang kecil dari pria itu, Romero tahu bahwa dia bukanlah orang yang bisa menyerang mereka. Dengan begitu, Romero menurunkan tingkat kewaspadaannya untuk saat ini. Tanpa membaca suasana, pria itu terus berbicara.

"Astaga, maafkan saya. Kami masih bersiap-siap… Apakah semuanya baik-baik saja? Kalian berdua terlihat pucat seperti hantu."

Romero berkedip. “Oh, uh, jangan khawatir tentang itu. Kami selalu seperti ini. Kami berdua sangat sehat."

Pria itu tampaknya masih belum tahu dengan siapa dia berhadapan saat menanyai pasangan itu. Romero menjawab pertanyaannya dengan jujur. Meskipun mereka berdua kurang tidur, mereka berdua merasa relatif sehat karena sedikitnya cahaya.

“Bolehkah aku bertanya, tempat apa ini?” Romero menenangkan diri.

Dia mengerti bahwa pintu di dalam gua merupakan sejenis sihir teleportasi, yang artinya aman untuk beranggapan bahwa mereka telah tiba di tempat yang sangat berbeda.

“Tempat ini adalah Masakan Barat Nekoya, sebuah restoran! Tapi orang-orang dari sisi Anda memanggilnya Restoran dari Dunia Lain.” kata pemilik tempat ini, pria itu menjawab seperti yang selalu dia lakukan.

“Ini adalah restoran?” tanya Romero.

“Apa kau memberitahuku bahwa kita berada di dunia lain sekarang?” Julietta tekejut. Mereka berdua melemparkan pertanyaan kepada pria itu pada saat bersamaan.

"Tepat sekali. Bagi orang-orang seperti saya yang tinggal di sisi ini, ini hanyalah restoran tua biasa. Namun, bagi kalian yang dari sisi sana, ya, ini adalah dunia lain. Sepertinya."

Pria itu melanjutkan, tersenyum kepada mereka.

“Jadi saat ini mungkin sudah terlewat terlalu jauh, maukah kalian mencoba sesuatu? Terlepas dari ukurannya, kami punya nilai yang bagus, tahu?"

Julietta berbisik, “Romero, kita mungkin harus memakan sesuatu. Dengan begitu, kita bisa, um, menjadi 'pengunjung' di sini.”

“Hm, ide yang bagus.”

Romero menganggukkan kepalanya terhadap saran tajam Julietta. Jika ini benar-benar sebuah restoran, maka dengan memesan sesuatu, mereka berdua akan menjadi pengunjung. Ini berarti selama mereka memesan sesuatu, mereka dapat duduk di meja sampai matahari terbenam tanpa adanya keluhan. Jika mereka bisa menggunakan tempat ini untuk bersembunyi, itu akan sempurna.

“Baiklah. Kalau begitu, bisakah kami memesan dua hidangan termahalmu? Oh, dan jika kau memiliki anggur merah darah, kami ingin dua gelas."

Dan Romero memesan. Beruntungnya, dia memiliki uang. Dia tidak tahu apa-apa tentang makanan dari dunia lain itu, tapi pasti pemilik tidak akan mengeluh jika mereka memesan makanan termahal di menu.

“Hidangan termahal, ya? Mari kita lihat... Itu adalah daging sapi panggang, b-steak. Apa kalian tidak masalah dengan itu? Sayangnya, rebusannya belum siap. Dan ya, kami punya anggur merah."

B-steak adalah hidangan termahal yang Nekoya miliki setelah rebusan daging sapi. Pemilik sebelumnya selalu menyebut steak daging sapi dengan b-steak, jadi itu sudah menjadi tradisi. Sayangnya, makanan itu tidak terlalu disukai di dunia lain. Rupanya, daging sapi tidak begitu populer. Mengetahui hal ini, pemilik selalu memastikan ulang pesanan pelanggannya.

Romero secara alami membuat wajah bingung ketika mendengar kalau b-steak itu dibuat dari daging sapi yang dipanggang tetapi kemudian tersadar dan mengangguk dengan sopan pada pemilik. “Daging sapi panggang, ya? Baiklah. Kami akan memesannya. Juga, bolehkah kau tidak menggunakan garlik? Kami berdua sangat sensitif terhadap aromanya."

Pada akhirnya, mereka hanya tinggal memesan sesuatu sehingga pemilik tidak akan protes jika mereka berada lama di sini. Tidak masalah apakah makanannya buruk atau tidak. Selama tidak ada garlik, mereka bisa mengatasinya. Makhluk seperti Romero dan Julietta sangat rentan terhadap rempah tersebut.

“Baiklah. Tunggu sebentar, dan silakan duduk di mana pun Anda suka.” Pemilik kembali ke belakang.

"Dia pergi..." gumam Julietta.

“Kupikir kita aman sekarang.”

Keduanya mengambil kursi dan mendesah lega, semua ketegangan hilang dari tubuh mereka. Sudah tiga hari sejak Romero dan Julietta mulai kabur. Hampir tidak mungkin kalau pengejar mereka akan menemukan tempat ini.

“Jadi, daging sapi panggang adalah yang paling mahal di sini, ya? Restoran macam apa ini?” Akhirnya dapat bersantai, Romero berbisik kepada pasangannya saat dia melihat-lihat bagian dalamnya.

"Pertanyaan yang bagus. Sayang sekali. Tempat ini sangat indah.” Julietta setuju dengan pendapat kekasihnya dan juga melihat-lihat ke sekeliling ruangan. Ini adalah restoran kecil yang terawat dengan baik dan nyaman. Suhunya tidak terlalu panas ataupun dingin, dan meskipun perabotan dan dekorasinya agak sederhana, cara semuanya dibersihkan dan ditata membuatnya tampak jauh lebih berkelas. Juga, di setiap meja terdapat satu set wadah kaca berisi bumbu, rempah-rempah, dan gula, gratis untuk digunakan. Sejauh yang diketahui Romero dan Julietta, ini jelas restoran mewah.

Namun mereka menyajikan daging sapi.

Bagi Romero dan pasangannya, daging sapi digambarkan sebagai hal yang paling bawah. Di dunia mereka, sapi paling sering digunakan sebagai alat pertanian untuk membantu membajak sawah untuk bercocok tanam. Dikarenakan mereka jauh lebih lambat daripada kuda tetapi jauh lebih kuat. Mereka juga digunakan untuk menghasilkan susu. Itulah alasan utama seorang petani memiliki sapi. Seseorang hanya akan memakan sapi hanya setelah makhluk itu sudah tua, terluka, atau tidak bisa lagi menghasilkan susu. Baru setelah itu mereka akan dibunuh dan dimakan. Tak perlu dikatakan lagi kalau kualitas dagingnya secara signifikan lebih rendah daripada daging kambing atau domba, yang akan dibunuh dan dimakan setelah bulunya dipanen. Itu juga kalah dibandingkan dengan daging binatang buas yang diburu oleh pemburu terampil. Daging sapi itu keras dan gamey, jadi mereka biasanya digunakan sebagai makanan untuk orang miskin, petani, atau anjing, begitulah di dunia mereka.

Belum lagi usaha yang dibutuhkan untuk merebus daging sapi dalam jangka waktu lama dan membersihkan buih darinya. Memasak daging sapi secara sederhana hanya akan membuatnya kasar dan sulit untuk dimakan. Romero dan Julietta bukanlah satu-satunya orang yang merasa seperti ini; kebanyakan orang di dunia mereka mempercayai hal ini.

“Yah, terserah. Bukannya aku juga benar-benar ingin makan." Dalam pikirannya, Romero membayar hak untuk duduk di restoran.

Setelah bersepakat dengan pikirannya sendiri, dia menguap. “Aku sangat mengantuk.”

"Aku juga," kata Julietta.

Berada di lingkungan yang nyaman membuat kelelahan menangkap mereka. Di waktu seperti ini, keduanya biasanya akan tertidur lelap, dan mengingat keadaan mereka saat ini, kelelahan mereka tidak dapat dihindari. Akhirnya, pemilik kembali dengan membawa makanan mereka.

"Maaf membuat Anda menunggu. Ini b-steak-nya, dengan saus chaliapin. Saya tahu kalau kalian berdua mengatakan jangan memakai garlik, tapi bagaimana dengan oranie?" Pemilik bertanya kepada pasangan itu.

Dia baru menyadarinya setelah membuat b-steak, tetapi kebanyakan orang di dunia lain yang tidak kuat dengan rempah yang sangat aromatik seperti garlik seringkali tidak menyukai oranie. Dengan kata lain, bawang. Jika pelanggan ini juga sama, dia tidak punya pilihan selain kembali dan membuat ulang b-steak dengan kecap.

Tidak, tidak apa-apa, kata Romero. "Selama tidak ada garlik, aku bisa memakannya."

"Aku juga. Terima kasih."

Garlik adalah satu-satunya rempah yang berefek pada mereka. Ditambah, menggunakan rasa yang kuat untuk menutupi bau daging sapi adalah ide yang cerdas. Meskipun begitu, mereka masih tidak berharap banyak dari makanannya.

Pemilik itu tersenyum. "Untunglah. Baiklah, ini b-steak kalian.”

Dengan ekspresi lega di wajahnya, dia mengambil makanan dari trolinya. Dia mengeluarkan piring berisi daging yang mendesis, beberapa mangkuk sup, dan roti.

Steak memiliki aroma yang luar biasa.

"Kau memberitahuku kalau ini daging sapi...?" Romero tidak bisa menahan kata-kata itu keluar dari mulutnya. Ini jauh berbeda dari apa yang dia bayangkan ketika dia membuat pesanan.

"Ya! Sayangnya, kami tidak memiliki daging sapi wagyu di sini, tetapi saya dapat menjamin bahwa kami menggunakan bahan-bahan bagus! Sangat lezat." Pemilik itu menjawab Romero dan menata makanan di depan mereka. B-steak-nya berada di atas piring logam hitam, dan di atasnya ada berbagai macam sayuran berwarna-warni, jus daging, dan saus yang dicampur dengan semacam bahan cokelat yang dipotong tipis-tipis. Daging sapinya mendesis di atas piring logam, baunya yang harum tercium di udara.

"Ah, dan ini anggur merahnya," kata pemilik.

“O-oh, terima kasih banyak.”

Setelah pasangan itu setuju, pemilik mulai menuangkan anggur untuk mereka dengan hati-hati. Cairan merah kental memenuhi gelas yang dibuat dengan halus.

“Oh, juga isi ulang roti dan supnya gratis. Bersantailah dan nikmatilah." Setelah pekerjaannya selesai, pemilik kembali ke bagian belakang restoran.

“Ini jauh lebih baik dari yang kuharapkan.” bisik Romero terhadap makanan yang berada di depannya. Semuanya tampak lezat. Aroma harum dan bahkan tampilan hidangan membuat air liurnya menetes. Dia tidak berharap banyak dari makanannya, yang pada akhirnya membuat aroma b-steak di depannya semakin menggugah selera.

“Haruskah kita memakannya?” tanya Julietta.

"Tentu saja."

Pasangan itu mengangguk satu sama lain dan mengambil peralatan makan mereka. Kalau dipikir-pikir lagi, hal terakhir yang mereka makan adalah kelinci yang mereka tangkap pada malam sebelumnya. Mereka bahkan menggigit hewan tersebut saat masih hidup. Terhadap hal ini, mereka hanya dapat bersyukur memiliki makanan yang layak. Keduanya memasukkan garpu ke dalam daging dan memotongnya dengan pisau mereka.

“Oh, empuk sekali.”

Romero terkejut dengan rasa dagingnya. Itu sangat empuk sampai-sampai dia hanya bisa menganggap kalau koki itu ahli dalam menyiapkannya atau kualitas dagingnya sangat bagus. Pisau memotong steak tanpa perlawanan apapun. Bagian dalam daging yang agak merah terlihat dari potongannya saat jusnya mengalir keluar ke piring panas, menciptakan suara mendesis. Saat mereka mengamati pemandangan dan suara ini, baik Romero dan Julietta mengigitnya.

"Astaga."

Julietta tidak bisa mempercayai indera perasanya. Dagingnya sangat empuk. Di setiap kunyahan, daging terbelah dengan mudah, menyebarkan rasa berlemak ke seluruh mulutnya. Jus dagingnya menyatu dengan garam dan lada berkualitas tinggi, sementara panasnya oranie mentah yang dipotong tipis menyatu dengan manisnya oranie yang dimasak sebentar. Rasa yang baik ini disatukan dengan saus cokelat yang lezat.

"Jadi inilah alasan kenapa ini adalah hidangan termahal di menu," kata Julietta.

Sekarang setelah dia benar-benar memakannya, dia mengerti. Daging sapi yang sudah berkualitas tinggi telah diolah untuk mengeluarkan potensi maksimalnya. Itu sangat lembut sehingga sulit dipercaya itu sebenarnya dari sapi. Sementara itu, saus di atasnya terasa lezat. Menggunakan sayuran berwarna membantu membuat hidangan itu menjadi menarik dan indah dari segi tampilan.

Sebagai putri dari keluarga bangsawan, Julietta punya banyak pengalaman dalam berbagai kemewahan, tetapi ini adalah pengalaman yang benar-benar baru baginya. Dia bisa mengatakan tanpa ragu bahwa ini bukan hanya "daging panggang". Dia sepenuhnya mengerti kenapa ini adalah hidangan termahal di sini.

“Dan seperti inilah rasanya sapi saat dipelihara khusus untuk dimakan. Aku pernah mendengar rumor ini, tapi ..." kata Julietta.

Duduk di depan Julietta, Romero setuju dengan pemikirannya. Kalau dipikir-pikir lagi, di Kerajaan dan Kekaisaran, serta beberapa negara besar lainnya, sapi dipelihara secara khusus untuk dimakan. Mereka juga akan mengambil bayi sapi yang baru lahir dan memasaknya sebagai makanan. Ternyata, sapi-sapi muda yang tidak tahu apa pun tentang pekerjaan fisik menghasilkan daging yang lembut dan lezat, tidak sebanding dengan makanan biasa. Bahkan dikatakan cocok untuk tingkat bangsawan. Romero hampir tidak terpikir akan menemukan makanan lezat seperti itu di restoran kecil seperti ini.

Tidak, itu benar. Ini adalah Restoran dari Dunia Lain.

Romero teringat kata-kata pemilik tadi. Butuh beberapa saat untuk paham, tetapi dia akhirnya mengerti arti sebenarnya. Sejauh yang dia ketahui, dia tahu tidak ada restoran yang bisa menghasilkan makanan seperti ini di dunianya. Dia berkata kepada Julietta, "Kita membuat pilihan yang tepat dengan melarikan diri ke sini."

"Ya, kau benar. Aku ragu kalau Ayah, prajurit, atau pendeta bisa mengikuti kita di sini."

Keduanya mengangkat gelas anggur transparan mereka.

"Untuk masa depan kita di kegelapan malam," kata Julietta.

“Agar kita mendapatkan berkah dari Dewi Kegelapan.”

Romero dan Julietta menikmati anggur merah setelah mengucapkan kata-kata doa, bertatapan mata, dan saling tersenyum karena rasanya yang lezat.

Untuk satu saat ini, terlepas dari kehadiran matahari yang terkutuk di langit, keduanya dapat berbagi waktu yang indah dan menyenangkan bersama.

***

Pada saat mereka kembali ke gua tempat di mana mereka datang, hari sudah malam.

“Sepertinya kita sudah diselamatkan,” kata Julietta.

"Memang. Untuk sesaat, aku tidak yakin apa yang akan terjadi pada kita."

Setelah daging panggang, keduanya menikmati roti lembut dan sup yang mendampingi makanan mereka dan melanjutkan untuk mencoba berbagai makanan lainnya juga. Mereka akhirnya tinggal di restoran sampai matahari terbenam. Hari itu, berbagai pengunjung datang dan memesan beragam hidangan. Ada orang biasa bahkan bangsawan. Julietta terkejut melihat seorang putri dengan pangkat bangsawan yang jauh lebih tinggi daripada dirinya. Kesatria, pendekar pedang, dan bahkan prajurit datang silih berganti. Keduanya bahkan melihat seorang penyihir dan peramal. Pengunjungnya juga termasuk dari ras lain seperti elf, dwarf, dan halfling. Sangat mengejutkan bagi Romero dan Julietta, Lizardman dan Lilliputian bahkan datang. Restoran itu memiliki pelanggan dari berbagai ras.

Setiap pengunjung memesan hidangan yang belum pernah dilihat Romero sebelumnya dan memanjakan diri mereka di dalamnya.

"Tapi, aku tidak bisa mempercayai mataku saat pendeta wanita tinggi dari cahaya itu muncul."

“Heehee. Kau seharusnya melihat wajahmu."

Tepat saat matahari mulai terbenam, seorang pendeta wanita tinggi dengan Sigil Emas datang ke restoran dengan tiga pendeta wanita muda, kemungkinan besar mereka adalah muridnya, di belakangnya. Seseorang dapat menghabiskan seluruh hidupnya di biara, mengabdikan diri pada keyakinan mereka, dan bahkan biarpun begitu itu kecil kemungkinannya mereka akan menjadi pendeta tinggi. Hanya mereka yang benar-benar berbakat yang diberi gelar itu. Dilihat dari bentuk sigil pendeta tinggi, dia adalah pengikut Penguasa Cahaya. Sial sekali.

Keduanya membeku saat melihat wanita muda itu dan kelompoknya. Julietta hampir pingsan di tempat, Romero bergerak mendekat untuk menenangkannya. Kemudian mereka menghabiskan sebagian waktu berikutnya untuk mencoba menunduk serendah mungkin.

Untungnya, pendeta wanita tinggi yang tampaknya mengawasi ketiga gadis itu sepertinya tidak memperhatikan mereka. Jika tidak, dia memilih untuk tidak terlibat dalam “perburuan monster” agar tidak mengganggu pelanggan lain. Bahkan, dia tidak pernah melirik ke arah mereka, terlalu fokus untuk menikmati makanan manis dan teh yang dia dan murid-muridnya pesan. Begitu mereka membeli hadiah untuk dibawa pulang, mereka meninggalkan restoran dengan damai. Hal itu mudah untuk dibawa bercanda, tetapi jika Romero dan Julietta harus bertarung dengan seorang pendeta wanita tinggi, mereka tidak akan memiliki kesempatan. Gelar-gelar tersebut dikatakan mampu melenyapkan liches dari dunia ini. Dalam hal itu, Romero dan Julietta sangat beruntung.

"Baiklah, akankah kita mulai berjalan?" Julietta bertanya.

"Ya. Aku akan selalu berada di sisimu, sayangku,” jawab Romero.

Begitulah, sepasang kekasih yang telah diselamatkan oleh keberuntungan saling berpegangan tangan dan berciuman. Mereka telah bersumpah satu sama lain bahwa tidak peduli kesulitan apa yang akan menanti mereka, mereka akan selalu bersama. Itulah kenapa Romero memilih untuk meminum darahnya, dan itulah kenapa Julietta memutuskan untuk membuang semuanya agar dia bisa bersamanya.

“Tempat persembunyianmu hanya sedikit lebih jauh, kan?”

"Ya. Jika kita terbang sepanjang malam, kita seharusnya bisa sampai di sana. Tunggu sebentar lagi. Dan mungkin, setelah kita berhasil melarikan diri, kita bisa mengunjungi restoran itu lagi.”

“Aku akan menantikannya. Bagaimanapun, kita berhutang pada pemilik atas nyawa kita. Belum lagi makanannya yang luar biasa!”

Mereka akhirnya sampai sejauh ini. Dengan hati dan perut yang kenyang, keduanya berubah bentuk menjadi sekumpulan kelelawar dan terbang melintasi langit malam yang diterangi cahaya bulan.
full-width