Bab 11: Kue Bolu

(Penerjemah: Anickme)


Sabtu pagi.

Setelah menyiapkan rebusan daging sapi dan sarapan ringan, sang pemilik bersantai sejenak di dapur. Dia bisa saja kembali ke rumahnya di lantai tiga, tetapi setiap hari Sabtu di sekitar jam ini, dia kedatangan seorang tamu. Tak lama lagi tamunya akan tiba.

"Yo, pagi yang cerah, ya," sebuah suara memanggil. “Aku membawa barangnya.”

Dari dalam lift pengangkut barang di dapur, datang seorang pria kurus dengan wagon di belakangnya.

"Makasih, sobat. Aku sangat menghargainya,” jawab pemilik, membalas sapaannya dengan tingkat kedekatan tertentu. Tamu itu adalah teman yang sudah dia kenal sejak sekolah dasar. Masuk akal jika mereka saling berbicara santai satu sama lain.

“Bukan masalah besar. Kami tetap buka di hari Sabtu, jadi aku bukannya melakukan hal gila. Juga, aku dapat bayaran.” Pria itu berjalan menuju lemari es besar dan mulai memasukkan kue dan kudapan manis yang dia buat sendiri ke dalamnya.

Di lantai pertama bangunan Nekoya, terdapat toko kue bernama Flying Puppy. Lambangnya, yang lumayan tepat, adalah seekor anak anjing bersayap. Pria ini, yang mewarisi toko itu dari ayahnya, adalah seorang patiseri. Dia adalah teman masa kecil pemilik. Kedua pria paruh baya itu seumuran, meskipun patiseri itu sudah mempunyai dua orang anak. Patiseri dari Flying Puppy itu mengetahui bisnis rahasia Nekoya setiap hari Sabtu. Ketika kedua pria itu masih bocah sekolah dasar, terkadang orang tua patiseri terlalu sibuk untuk membuat makan malam, sehingga mereka akan memberinya uang untuk makan di Nekoya. Pemilik sebelumnya memperlakukan anak itu seperti yang dia lakukan terhadap cucunya sendiri, jadi tentu saja dia mengetahui rahasia restoran itu.

Sejauh yang patiseri tahu, dia berutang pada Nekoya. Ketika dia kuliah, dia mengalami kecelakaan sepeda. Ketika luka-luka dari kecelakaan itu membuatnya lumpuh dari pinggang ke bawah, pemilik sebelumnya memberikannya “eliksir dunia lain” yang mencurigakan. Obat inilah yang menyelamatkannya. Dokter menyebut ini sebagai kesembuhan yang ajaib. Sejujurnya, itu benar-benar keajaiban.

Jadi, setelah dia menyelesaikan pelatihannya sebagai seorang patiseri, dia mewarisi toko orang tuanya, toko yang juga berada di bangunan Nekoya. Dia bekerja sama dengan pemilik sebisa mungkin. Patiseri menjual dagangannya ke Masakan Barat Nekoya dengan harga grosir, dan lebih dari setengah makanan penutup restoran berasal darinya.

"Itu sudah semuanya! Fiuh, aku mulai merasa kalau aku sudah semakin tua. Hahaha. Oh, sebelum aku lupa. Ambil ini."

Patiseri telah selesai meletakkan kue yang harus disimpan beku ke lemari es dan yang harus disimpan hangat ke penyimpanan hangat. Kemudian, dia mengambil sebuah kotak dari wagonnya dan menyerahkannya kepada pemilik.

“Apa ini? Semacam kue?”

Pemilik memiringkan kepalanya terhadap kotak panjang yang memiliki bayangan lambang Flying Puppy. Kotak hadiah yang kokoh itu lebih berat dari kelihatannya. Dari dalamnya, pemilik dapat mencium aroma anggur brendi yang samar. Apa pun yang berada di dalamnya, pasti menggunakannya cukup banyak. Meskipun terdapat kue di Flying Puppy yang dibuat dengan sedikit alkohol, pemilik tidak terbiasa dengan kue yang sejelas ini.

“Itu salah satu hadiah kami. Kau tahu, kan, jika kau membeli seratus barang dari kami, kau mendapatkan satu kue penuh pilihanmu secara gratis, kan?” Patiseri tersenyum saat dia menjelaskan hal itu kepada temannya.

Di Flying Puppy, dia mempunyai sistem stempel, di mana setiap satu potong kue mendapat satu stempel. Mengumpulkan dua puluh stempel dan pengunjung mendapat sepotong kue gratis. Mengumpulkannya seratus, seseorang bisa mendapat satu kue penuh. Pemilik pernah mendengar kalau ini sangat populer di kalangan wanita pekerja di lingkungan itu.

"Seratus potong?" tanya pemilik dengan bingung. “Tunggu, jangan bilang kalau itu dia.”

Mendengar perkataan temannya, pemilik segera teringat dengan pelanggan dunia lain saat dirinya berusia awal dua puluhan yang tidak diragukan lagi telah memakan beberapa ratus potong kue. Dia adalah salah satu pelanggannya.

“Ya, dia! Kau pernah bercerita tentang dirinya sebelumnya, ingat? Dia datang ke tempatmu setiap minggu selama setahun terakhir, dan dia selalu memesan dua potong kue boluku! Aku yakin kau menggambarkannya sebagai seseorang yang imut. Bisakah kau memberikan itu padanya? Aku tahu mereka tidak punya lemari es di sana, jadi aku membuatnya agar bisa disimpan hangat setidaknya selama beberapa minggu. Jangan lupa untuk menyuruhnya segera menghabiskannya setelah membukanya!"

“Baiklah. Akan kupastikan untuk memberikan ini padanya saat dia datang." Pemilik menuruti permintaan temannya dan mengambil kotak itu darinya. Sekarang dia sedang memikirkannya, minggu lalu, wajahnya terlihat bermasalah. Sesuatu yang buruk mungkin telah terjadi padanya. Ini bisa menjadi waktu yang sempurna.

***

Sekali setiap minggu adalah hari percobaan.

"Dan hari ini akan datang lagi..."

Di sudut tempat pelatihan muncul sebuah pintu hitam dengan gambar kucing. Di pintu itulah pendeta wanita tinggi dari Penguasa Cahaya, Celestine, mengarahkan mata birunya, rambut pirangnya yang indah berayun lembut di belakangnya. Ekspresi wajahnya terlihat kesulitan.

Tempat pelatihan ini dibuat khusus untuk pendeta wanita tinggi. Celestine adalah satu-satunya orang yang memiliki izin untuk memasuki ruang ini. Butuh waktu bertahun-tahun untuk menjadi pendeta tinggi, yang kebanyakan dapat mencapai posisi itu di usia antara empat puluhan dan lima puluhan. Celestine, bagaimanapun juga, diberikan gelar itu pada usia dua puluhan. Pada usia 21 tahun, Uskup Agung secara pribadi menugaskannya untuk bertanggung jawab atas biara ini. Dengan demikian, satu-satunya orang yang mengetahui rahasia tempat pelatihan ini adalah penanggung jawab sebelumnya yang sekarang sudah pensiun dan Celestine sendiri.

"Hari ini. Hari ini adalah harinya..." Pendeta wanita tinggi muda itu menegakkan dirinya dan berdiri di depan pintu.

Hanya melihatnya saja sudah cukup untuk membuat mulutnya mengeluarkan air, tetapi dia berusaha sebaik mungkin untuk mencoba menenangkan diri. "Tahun penerimaan" Celestine telah berakhir. Pada saat ini, dia akan berhadapan dengan kelemahannya sendiri.

Penguasa Cahaya yang dipercayai Celestine adalah orang yang menjunjung tinggi pengendalian diri. Para pendeta memiliki standar yang lebih tinggi daripada kebanyakan orang percaya. Terlebih lagi bagi para pendeta tinggi yang akan memimpin gereja, dan setelah satu “tahun penerimaan,” mereka harus mempraktikkan pengendalian diri yang berat ke depannya.

Penguasa Cahaya dan pengikutnya yang setia, Uskup Agung dan salah satu dari empat pahlawan legendaris, mengajarkan kepada para pengikut mereka bahwa cukup mudah untuk tidak tergoda oleh sesuatu yang tidak diketahui keberadaannya. Namun, itu hampir tidak bisa dianggap sebagai mengalahkan keinginan seseorang dan mendapatkan kebajikan tanpa pamrih. Satu-satunya cara yang tepat untuk naik ke tingkat itu adalah memahami kenapa keinginan seperti itu begitu menggoda dan kemudian melatih pengendalian diri yang sejati.

"Tahun penerimaan" adalah praktik yang lahir dari gagasan itu. Alkohol, tembakau, makanan manis, kosmetik... Itu bukan hanya masalah hati atau kesucian, itu juga menyangkut banyak barang mewah di dunia. Maka selama setahun penuh, para pengikut Penguasa Cahaya yang ingin mencapai status tinggi sebagai pendeta diizinkan untuk menikmati semua hal ini sebanyak yang mereka inginkan. Setelah tahun itu berakhir, mereka akan berlatih untuk melepaskan diri dari semua keinginan itu.

Tak perlu dikatakan kalau kegagalan bukanlah hal yang langka. Ada keyakinan bahwa pengendalian diri adalah sesuatu yang harus datang dari dalam. Sehingga, para pendeta tinggi yang mampu mendapatkan sebanyak mungkin barang-barang mewah yang mereka inginkan, membuat hal ini semakin sulit untuk dihilangkan. Akibatnya, gereja percaya bahwa tidak apa-apa bagi mereka yang menjadi pendeta tinggi untuk memiliki satu atau dua hal yang mereka inginkan. Itu normal. Bahkan Uskup Agung, salah satu dari empat pahlawan yang telah menyelamatkan dunia dari penguasa kegelapan beberapa dekade lalu, kadang-kadang menikmati rokoknya. Hal-hal inilah yang menjadikannya manusia.

Itulah sebabnya Celestine sangat aneh. Seperti yang disyaratkan gereja, dia melewati "tahun penerimaann"-nya, dan keesokan harinya, mengurangi semua keinginannya. Ini terjadi sekitar dua tahun lalu. Sejak itu, dia memiliki pertahanan baja dalam pengendalian diri. Tekad semangat dan bakatnya inilah yang membuatnya dipromosikan ke posisi pendeta wanita tinggi di usianya yang begitu muda. Perbuatannya tumbuh, selama satu tahun yang lalu saat Perburuan Lich besar, dia tampil mengagumkan meskipun menjadi pendeta wanita tinggi termuda di lapangan. Hal ini menyebabkan dia dipercayakan dengan keseluruhan biara.

Begitulah bagaimana dia berakhir dengan berdiri di depan pintu hitam ini.

Ini tidak baik. Tidak baik sama sekali.

Celestine berjalan terhuyung-huyung menuju pintu. Tepat di baliknya terdapat seluruh dunia kemewahan dan benda-benda sihir yang tidak akan pernah bisa dia peroleh di dunianya. Saat pendahulunya pensiun, Celestine mengetahui keberadaan pintu ini. Dia melangkah lebih jauh dan mendapati dirinya terpesona dengan apa yang dia temukan. Itu terjadi satu tahun lalu… Bersama dengan "tahun penerimaan" keduanya yang sekarang telah selesai, Celestine mendapati dirinya tidak dapat melepaskan keinginannya.

Frustrasi terhadap dirinya sendiri, dia perlahan membuka pintu dan disambut dengan dering bel; suara kekalahan.

"Selamat datang!"

Celestine memasuki restoran dengan tenang hanya untuk bertemu dengan wajah pemilik berusia paruh baya yang tersenyum. Baginya, dia lebih terlihat seperti iblis yang mencoba membujuknya ke dalam hal buruk.

I-Ini belum terlambat…

Memang. Dia hanya tinggal berbalik dan pergi. Celestine benar-benar bukan seperti kebanyakan orang yang dengan rakus memanjakan diri mereka dengan makanan di restoran ini. Karena dia adalah seorang pendeta wanita tinggi dari Penguasa Cahaya yang agung, dia harus melatih pengendalian diri! Dia secara internal mengulangi kata-kata ini untuk dirinya sendiri dan berusaha membuatnya pergi...

Begitulah, sampai iblis — bukan, pemilik — menghancurkan rencana itu.

“Apa Anda mau kue bolu lagi? Oh, ngomong-ngomong, kue bolu hari ini memakai rum raisin!"

Dan seperti itu, kaki Celestine berhenti bergerak.

Rum raisin?!

Termasuk saat pertama kali dia mengunjungi restoran ini, Celestine merasa senang mencicipi rasa yang paling tidak kekal itu selama tiga kali. Pikiran itu sendiri sudah cukup untuk menghidupkan kembali ingatannya akan pengalaman luar biasa di lidahnya, dan dia dengan cepat menelan bendungan air liur di mulutnya.

“Jadi apa itu?”

“A-aku pesan itu!”

"Baiklah! Segera datang!"

Pemilik tersenyum kembali padanya. Senyumannya adalah senyuman dari iblis penggoda. Terjebak dalam pergolakan kekalahan, Celestine duduk di meja terdekat.

Aku kalah ... Aku bodoh sekali!

Dia bisa melihat wajah sesama pendeta tinggi muncul di pikirannya. Meskipun mempunyai kekuatan yang orang lain inginkan dalam posisi seperti itu, para tetua Celestine tidak mampu sepenuhnya menahan diri dari godaan. Di suatu tempat dalam hatinya, dia selalu memandang rendah mereka karena hal itu. Dia dapat merasakan gelombang rasa bersalah membasahi dirinya. Celestine adalah pertahanan baja dalam pengendalian diri? Benar-benar lelucon yang buruk. Dia tidak berbeda dengan rekan-rekannya; sama lemahnya dengan hati yang lain.

D-Dan apa-apa dengan tempat ini?! Jika mereka selalu menawarkan rasa yang sama setiap saat, aku sudah bosan sekarang!

Setiap kali Celestine mengunjungi restoran ini, rasa "kue bolu"-nya yang menggoda berbeda. Setiap saat.

Pada salah satu kunjungannya, Celestine mendapati dirinya berhadapan dengan sejenis kue bolu dengan buah-buahan kering. Di lain waktu, dia menikmati makanan itu dengan semacam "cokelat" yang sedikit pahit tapi sangat manis. Dia bertemu kue bolu dengan sejenis sesuatu yang berwarna hijau manis dengan kacang panggang. Lalu ada saat ketika kue bolu memiliki isian kuning yang terasa seperti telur… Setiap kali dia datang ke sini, kue bolu yang dia makan selalu berbeda. Dia hanya pernah bertemu rasa yang sama paling banyak sekali setiap beberapa bulan.

Kemudian, ada tipe spesial, seperti "Kue Bolu Halloween" kuning, yang memiliki rasa manis sayuran, dan "Spesial Hinamatsuri," yang terdapat lapisan merah muda, kuning, dan hijau. Dia hanya melihatnya sekali sepanjang tahun. Hal ini, digabungkan dengan fakta bahwa restoran hanya muncul sekali setiap tujuh hari, membuat semuanya semakin sulit untuk menyerah.

Dan apa-apaan ide besarnya itu, muncul hari ini dan menawarkan rum raisin dari semua hal yang ada, tepat setelah "tahun penerimaan"-ku selesai?! Itu tidak adil!

Tak mungkin seseorang dari dunia lain mengetahui pelatihannya, tapi Celestine tidak peduli. Dia harus membuang rasa frustrasinya. Hanya memikirkan hidangan rum raisin membuat mulutnya penuh air lagi. Semua kue bolu yang berbeda-beda di dunia lain terasa luar biasa, tetapi rum raisin berada di tingkat yang sangat berbeda. Itu sangat lezat sampai-sampai saat pertama kali dia memakannya, dia secara naluriah berpikir kalau itu adalah makanan para Dewa. Sehingga, pada hari-hari yang jarang terjadi saat pemilik menyajikan rum raisin, dia makan lebih banyak dari biasanya.

Kenapa belum siap?

Memikirkan kue bolu rum raisin di pikirannya membuat Celestine menjadi tidak sabar. Sangat sulit untuk menunggu, tetapi akhirnya waktunya telah tiba.

“Ini dia. Satu kue bolu dan teh hitam."

“T-terima kasih!” Celestine tersenyum kepada pemilik.

Tampilan kue bolu dengan taburan putih di atasnya sudah cukup untuk memaksanya tersenyum.

"Saya akan membawa yang kedua setelah Anda memesannya." Pemilik tahu pikirannya. Dia tahu kalau dia akan memesan satu lagi. Dia segera meninggalkan mejanya untuk melayani pelanggan lain.

“Oh, Penguasa Cahaya yang mengawasi kami semua dari surga. Saya berterima kasih atas berkah makanan ini." Setelah berdoa, Celestine mengambil garpu perak di tangannya dan mulai makan.

“Oh…”

Sudah berbulan-bulan sejak terakhir kali dia mengalami kegembiraan yang merupakan kue bolu rum raisin, jadi dia hanya bisa membuat suara saat dia menggigitnya. Sangat menggugah selera. Ada suatu rasa manis yang meleleh dan tekstur lembut. Walaupun terlihat seperti roti, itu benar-benar sangat berbeda. Dia bisa merasakan sisa alkohol ringan yang menyebar ke seluruh mulutnya. Rasa anggur kering meledak di lidahnya, setelah menyerap manisnya alkohol. Namun, itu belum selesai. Taburan putih yang manis di atasnya berpadu dengan rasa anggur kering untuk menciptakan rasa manis yang mengingatkannya pada sejumlah gula.

Adonan kuning, anggur hitam kering, dan adonan putih lembut adalah perpaduan yang kuat. Masing-masing dari mereka cukup manis, dengan lapisan mereka yang berbeda-beda meleleh di mulutnya dan menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru. Celestine dimabukkan oleh ledakan rasa yang luar biasa ini. Semua rasa bersalah dan malunya karena tidak mampu menahan godaan meleleh bersama dengan kue bolu di mulutnya.

Begitu Celestine menelan gigitan pertama, tidak ada jalan kembali. Dia harus melanjutkan perjalanan kulinernya. Tangannya terus bergerak, dan tak lama kemudian, kue bolu sudah hilang dari dunia ini. Beristirahat dengan damai.

“Mm… Permisi, bisakah aku memesan satu porsi kue bolu lagi?”

Celestine memasukkan sesendok gula ke dalam "teh" hitam pahit yang unik dan membersihkan langit-langit mulutnya sebelum memesan satu kue bolu kedua. Siapa pun yang mengenal Celestine akan terkejut dengan seberapa berbedanya dia dari biasanya. Mereka akan semakin tertegun setelah mengetahui bahwa dia bertingkah seperti ini karena makanan manis, dari semua hal yang ada.

Sejujurnya, Celestine tidak begitu menyukai makanan manis atau suguhan manis. Ketika dia menjalani "tahun penerimaan"-nya antara usia delapan belas dan sembilan belas tahun, dia memakan makanan manis yang direndam gula dan madu hampir setiap hari. Namun, begitu semua sudah selesai, dia tidak merasakan adanya dorongan untuk memakannya lebih banyak. Celestine berpikir bahwa dia tidak terlalu menyukai mereka.

Dia salah. Pendeta wanita tinggi muda itu dipaksa untuk menghadapi kenyataan setelah bersentuhan dengan makanan iblis dari dunia lain yang dikenal sebagai kue bolu. Bukannya Celestine membenci makanan manis, dia hanya tidak pernah tahu seperti apa rasa makanan manis yang sebenarnya. Dia juga belajar bahwa pengendalian diri dan kemauannya sendiri tidak cukup untuk menahan godaan.

Cukup mudah untuk tidak tergoda oleh sesuatu yang tidak diketahui keberadaannya. Kata-kata ini terdengar lebih benar dari sebelumnya bagi Celestine. Setelah mengetahui tempat ini, dia menggunakan "tahun penerimaan" sebagai alasan untuk mengunjungi tempat ini setiap kali pintu muncul. Tujuh hari yang lalu, dia putus asa ketika menyadari sudah setahun penuh yang berlalu sejak dia menjadi pelanggan di Nekoya. Dan hari ini, untuk pertama kalinya, dia kehilangan keinginannya sendiri.

“Ugh….” erangnya.

Celestine menghabiskan potongan terakhir kue bolu, porsi keduanya hari itu, dan akhirnya merasa seperti orang bodoh. Dia menyesali segalanya. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dia melakukannya. Perasaan itu membasahi dirinya.

A-Aku akan pastikan untuk tidak datang lain kali…

Celestine berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja saat dia meletakkan beberapa koin perak di atas meja. Dia tidak memikirkan apapun ketika dia berdiri untuk keluar, dia akan menerima pukulan langsung di perutnya.

“Oh, apa Anda akan pergi? Tunggu sebentar…” Melihat Celestine sudah bersiap-siap untuk pergi, pemilik segera pergi menuju dapur dengan cepat.

Dia keluar sambil memegang sesuatu di tangannya.

“Ambilah, ini untuk Anda. Terima kasih banyak karena selalu datang. Ini hanyalah tanda terima kasih kami."

Pemilik memegang sebuah kotak panjang dan tipis di tangannya dengan gambar anak anjing bersayap di atasnya.

"Apa ini?" Celestine merasa ragu akan jawabannya, meskipun jauh di dalam hatinya, dia juga bersemangat. Senyuman pemilik semakin dalam seolah-olah dia bisa melihat ke dalam pikiran terdalamnya.

“Ini adalah kue bolu brendi spesial yang biasanya tidak kami jual. Ini sedikit lebih banyak mengandung alkohol daripada kue rum raisin standar yang tampaknya sangat Anda nikmati. Saya yakin Anda akan menyukainya."

Perkataannya sudah cukup untuk membuat Celestine jatuh ke dalam lingkaran keputusasaan.

"K-Kue bolu brendi...?"

Kata-kata itu sama sekali tidak dia pahami, tetapi suara kolektif yang dibuatnya, digabungkan dengan penjelasan pemilik, sudah cukup untuk memberi tahu Celestine semua yang perlu dia ketahui. Benda ini berbahaya. Jika dia memakannya, tidak akan ada jalan untuk kembali. Dia akan membuat perjanjian dengan iblis.

Aku belum pernah mencoba ini sebelumnya… Tapi karena aku suka rum raisin, aku pasti akan menyukai ini…

Perkataan pemilik membangkitkan sesuatu di dalam dirinya. Dia benar-benar bisa merasakan bagian dalam perutnya bergerak. Dia ingin mencobanya. Dia harus mencobanya. Hanya itu yang bisa dia pikirkan.

"Jika Anda menyimpannya di tempat yang gelap dan dingin, ini akan bertahan selama dua puluh hari. Meskipun katanya kalau Anda membukanya, pastikan untuk segera menghabiskannya. Semoga Anda bisa menikmatinya bersama teman atau semacamnya!”

Aku harus mengatakan tidak. Aku harus mengatakan tidak.

Namun, Celestine tetap mengambil kotak itu dari tangannya. Dia tidak bisa menahan diri.

“Terima kasih banyak." Pendeta wanita tinggi itu berhasil tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

“Sama-sama. Hati-hati di jalan!"

“Ya, sampai jumpa lagi…”

Celestine akhirnya berhasil meninggalkan restoran, yakin kalau dia akan datang lagi.

Keesokan harinya, dia membuka segel di kotak kue. Celestine membawa kue bolu brendi ke mulutnya dengan suatu keteguhan hati. Pemilik berkata ini menggunakan lebih banyak alkohol daripada rum raisin. Saat dia menggigitnya, semuanya menjadi jelas. Tidak ada lagi waktu melarikan diri untuknya. Sudah waktunya bagi Celestine untuk bergerak.

“Nona Celestine! A-apa ini?! Jenis alkohol macam apa ini?!”

Orang pertama yang dia datangi adalah seorang biarawati yang dalam perjalanan untuk menjadi pendeta tinggi bernama Carlotta. Celestine telah memperhatikannya selama beberapa waktu. Carlotta dikenal memiliki kecintaan pada alkohol yang bahkan bisa menyaingi para dwarf. Makanannya sendiri luar biasa, tetapi yang lebih menakjubkan adalah alkohol misterius yang digunakan dalam pembuatannya. Aromanya sangat harum. Carlotta ingin meminum minuman keras misterius itu.

“Ini… pahit. Tapi manis? Enak,” bisik Anna, si setengah peri, saat dia fokus memakan kue di depannya. Seorang changeling, Anna memiliki umur panjang dan kekuatan sihir yang luar biasa. Setelah tinggal di gereja tak lama setelah lahir, ini pertama kalinya baginya. Kue harum di depannya awalnya terasa pahit, tapi itu hanya berfungsi untuk memperkuat rasa manis setelahnya. Ini adalah penemuan luar biasa bagi Anna, yang dibesarkan di Biara Cahaya.

“Nona Celestine… Ini sangat enak. Saya pernah memakan makanan manis di Kerajaan, tapi tidak ada yang seperti ini. Siapa yang membuat ini? Dimana mereka?"

Anna bukanlah satu-satunya orang yang tidak tahu kue itu. Julianne, yang lahir dari keluarga bangsawan di Kerajaan, yang telah mengalami semua kemewahan yang ada di ibu kota. Jika mereka tidak tahu makanan manis ini, kemungkinan besar tidak ada seorang pun di Benua Timur atau Benua Barat yang mengetahuinya. Deskripsi Celestine tentang hal ini sebagai "hadiah spesial" sangat tepat.

Tak ada seorang pun yang punya petunjuk untuk membuat sesuatu seperti itu.

Celestine telah memutuskan untuk membagi hadiah spesialnya dengan tiga elit di biaranya. Setelah mereka berkumpul, dia memberi mereka kotak panjang dan tipis yang terbuat dari kertas keras, dibungkus dengan tas transparan yang aneh. Ketiga muridnya membukanya, dan seluruh daerah di sekitar mereka dibanjiri dengan aroma yang lembut dan samar dari sejenis alkohol yang tidak dikenal. Itu tidak begitu berbeda dengan aroma anggur.

Sehingga Celestine memotongnya menjadi tiga potong kue untuk masing-masing mereka.


Tubuh mereka semua dipenuhi dengan rasanya.

"Ini…"

Celestine membuat senyum kekalahan di wajahnya saat Julianne menoleh padanya.

“Itu adalah kue iblis. Iblis yang memberikannya kepadaku," bisik pendeta wanita tinggi itu, sambil menggigit kue yang ukurannya jauh lebih besar daripada yang dia tawarkan kepada murid-muridnya. Ekspresi yang hampir cerah terlintas di wajahnya.

Celestine sampai pada kesimpulannya sendiri.

Ya, aku harus mengatasi cobaan dari Dewa ini. Dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan mengenali semua yang ada di kue ini dan memakannya sampai aku bosan.

Seseorang dapat berpendapat bahwa dia mengambil satu langkah maju dan lima puluh langkah mundur.

Celestine Fragran yang akhirnya akan dikenal sebagai santo wanita yang menjadi paus. Sebagai salah satu pengikut Penguasa Cahaya, dia memiliki kekuatan sihir yang luar biasa dan belas kasih yang besar. Namun, hanya ada satu kemewahan, satu keinginan, yang sangat dicintainya untuk menyerah: "kue iblis". Suatu hari, dia membagikan kue tak abadi ini pada ketiga muridnya yang paling menjanjikan, dengan bercanda berkata bahwa kue itu diberikan kepadanya oleh iblis. Itu adalah kue yang sangat manis dan harum dengan sedikit rasa pahit, terbuat dari alkohol. Makanan manis ini sangat lezat sampai-sampai Celestine sendiri, apalagi murid-muridnya, tidak bisa menang melawan daya pikatnya. Ada rumor bahwa ini adalah alasan utama Kuil Cahaya akhirnya menjadi sangat terkenal akan pembuatan makanan manis, yang pada akhirnya menarik kebanyakan patiseri untuk percaya kepada gereja.

Dengan bantuan murid-muridnya, Paus Celestine berhasil menyempurnakan resep kue itu. Dikatakan bahwa dia selalu menampilkan senyum terdalamnya ketika dia memakannya. Bahkan setelah naik ke posisi paus, dia tidak pernah berhenti dipermalukan oleh ketidakmampuannya untuk memotong kemewahan ini dari hidupnya. Meski begitu, rasa sihir dari kue bolu tidak pernah gagal membuat dia tersenyum.
full-width