Bab 10: Okonomiyaki

(Penerjemah: Anickme)


Dunia lain terdiri dari dua benua: Benua Timur dan Benua Barat.

Di Benua Barat terdapat hamparan tanah yang luas dan hutan tak berujung. Tak seperti Benua Timur, di mana Kerajaan Agung yang hilang menyatukan seluruh negara menjadi satu, negara-negara di Benua Barat terpisah-pisah.

Salah satu negara tersebut adalah Negeri Gunung. Setengah dari negara tersebut dikelilingi pegunungan, sama seperti bayangan kalian. Souemon bekerja sebagai pengawal pribadi di sana. Dia mulai rutin mengunjungi Restoran dari Dunia Lain sejak lima tahun lalu.

Saat itu, Souemon berteman dengan seorang halfling. Lelaki kecil itu telah berpetualang jauh dan melintasi berbagai Benua Barat, menciptakan banyak lagu dan membacakan puisi kepada orang-orang yang lewat dan orang-orang di desa untuk mendapatkan uang. Halfling ini, yang menyebut dirinya sebagai penyair, kurang berpenampilan baik, hampir seperti tikus.

Kedua lelaki itu berteman baik, dan Souemon bahkan mengundang lelaki yang lebih kecil itu ke rumahnya. Saat itulah halfling memberitahukannya lokasi pintu sihir yang terhubung ke Restoran dari Dunia Lain, yang terletak di dekat ibu kota Negeri Gunung. Souemon hampir tidak mempercayai perkataannya. Kalaupun percaya, dia punya alasan kuat untuk tidak pergi. Namun, sebagai seorang samurai dari Negeri Gunung, dia merasa setidaknya dia harus pergi ke tempat yang dikatakan halfing suatu hari nanti, hanya untuk memastikan ceritanya benar atau tidak.

Saat dia melihatnya secara langsung. Saat itulah dia menemukan Restoran dari Dunia Lain dan makanannya yang luar biasanya... serta pelanggan lain yang akan berkonflik dengannya di tahun-tahun ke depannya.

***

Suatu sore…

Seperti biasa, bel di pintu masuk Nekoya berdering saat Souemon masuk.

Souemon segera mengenali keberadaan seorang pria saat angin asin menghantamnya begitu memasuki restoran. Kejadian yang sama lagi? pikirnya. Sial sekali!

Dia menghela napas. “Kau di sini lagi, begitu, ya. Peramal dari Negeri Samudra.”

Yang duduk di sana, seperti biasa, adalah wajah yang sudah sering dilihat Souemon. Kulit pria itu seputih salju, seolah-olah dia tidak pernah meninggalkan rumahnya, meskipun berasal dari Negeri Samudra, yang mana warna kulit selain cokelat itu dianggap mustahil. Wajahnya kurus, menyembunyikan usianya. Orang di depan Souemon adalah pelanggan di restoran itu dan orang yang tidak akur dengannya.

"Yah, yah," kata pria itu. "Jika tidak salah kera yang mengayunkan pedang... Oh, maafkan aku. Maksudku samurai dari Negeri Gunung.”

Pria mirip rubah ini bernama Doushun, dan dia adalah seorang peramal di istana Negeri Samudra. Dia menatap tajam ke arah Souemon, membalas sapaannya dengan tajam. Kata-katanya sangat menghina para samurai, tetapi ada peraturan untuk tidak menarik pedang di Restoran dari Dunia Lain, jadi dia memutuskan untuk perang menggunakan kata-kata.

"Hmph! Kau sangat bodoh seperti biasanya. Kenapa kau datang ke sini pada jam yang sama denganku?"

"Itu juga pertanyaanku. Sebagai peramal istana, aku cukup sibuk. Kau hanya seorang penjaga istana. Bukankah kau harusnya tidak bisa datang ke sini setiap saat?"

Doushun mengangkat bahunya, sekali lagi menyemburkan api panas ke arah Souemon. Udara di sekitar kedua pria itu sangat beracun. Dikarenakan pintu sihir muncul di mana pun mereka mau, restoran itu sesekali akan mendapatkan pelanggan yang sama sekali tidak akur. Contoh, elf dan kurcaci, ksatria dan penyihir, atau penduduk Kerajaan dan rakyat Kekaisaran.

Souemon dan Doushun adalah contoh sempurna dari masalah kecil ini.

Negeri Samudera memusatkan perhatiannya ke dalam akademisi dan seni sihir hingga dapat membuat perjalanan melintasi lautan menjadi sesuatu yang lebih aman. Ini agar mereka dapat melanjutkan perdagangan dengan wilayah timur di seberang lautan, terutama karena sekarang mereka dalam keadaan damai. Sementara itu, Negeri Gunung terkenal dengan keahlian pedangnya, keterampilan yang telah dikembangkan sejak lama untuk melindungi warganya dari iblis dan monster serta menjaga gunung. Kedua negara itu terkenal di seluruh Benua Barat karena memiliki hubungan yang sangat buruk. Masuk akal jika kedua negara tetangga ini, yang prioritas dan nilainya sangat berbeda, tidak akur. Jelas karena mereka memiliki kekuatan yang hampir sama.

Sayangnya bagi Souemon, Doushun juga mengetahui sebuah pintu di suatu tempat di Negeri Samudera dari seorang teman halfling-nya. Maka setiap tujuh hari sekali, kedua pria itu selalu bertengkar di Restoran dari Dunia Lain. Dikarenakan pekerjaan mereka, keduanya biasanya datang pada saat yang sama, di sekitar sore. Artinya, kedua pelanggan tetap ini sering terlihat bersama.

Karena hubungan mereka sangat buruk, masalah akan terpecahkan jika salah satu dari mereka menunda kedatangan mereka sekitar setengah jam, tetapi keduanya menganggap itu sebagai kekalahan. Sehingga beginilah yang terjadi.

Pemilik restoran tiba-tiba muncul dari dapur dan menyapa kedua pria yang menyeringai itu dengan senyuman. “Selamat datang, kalian berdua. Duduklah di mana pun kalian suka."

"Mm, terima kasih."

"Akan kulakukan."

Setelah membalas sapaannya, kedua pria itu duduk di meja yang sama di belakang restoran di dekat dapur. Ada beberapa pelanggan lain yang sudah datang; beberapa orang Benua Timur dan ras lain. Keduanya saling menatap sebentar sebelum berbalik dan memanggil pemilik. Mereka bahkan tidak perlu melihat menu-nya.

"Tuan, aku siap memesan."

"Tuan, bisakah aku memesan?"

Pesanan mereka sudah diputuskan sebelumnya. Selama lima tahun sejak keduanya menjadi pelanggan, mereka telah mencoba seluruh jenis hidangan. Semuanya lezat, tetapi inilah hidangan yang dipesan kedua pria itu.

"Oke. Yang biasa?"

Keduanya mengangguk.

"Mmhm. Aku mau okonomiyaki daging babi dengan banyak saus."

"Aku memesan okonomiyaki. Rasa hidangan laut. Dan bonito kering yang banyak.”

Keduanya percaya, hidangan ini paling mampu mengeluarkan kelezatan dari "saus" dan "bonito kering," dua bumbu restoran yang unik dan luar biasa.

"Pesanannya akan segera datang. Saya akan segera kembali." Pemilik kembali ke dapur.

“Hidangan laut seperti biasa, ya? Bukankah kau sudah bosan dengan itu? Kau berasal dari Negeri Samudera, bukan?”

"Dan bagaimana denganmu? Daging binatang harusnya hal umum bagi seseorang dari Negeri Gunung. Apa aku salah?"

Setelah saling mengomentari pesanan masing-masing, mereka melanjutkan obrolan kecil sambil meminum air restoran yang terkenal.

"Jadi Negeri Samudera berencana meningkatkan kesepakatan bisnisnya dengan Kekaisaran, ya?"

"Aku paham. Penempa pedang dwarf, kan?”

Tentu saja, tidak ada hal kecil dalam pembicaraan mereka. Mereka membicarakan informasi tentang negara mereka masing-masing. Ada momen ketika hal ini bisa menghasilkan uang yang layak nantinya. Kedua pria itu duduk bersama meskipun tidak akur agar bisa saling terbiasa.

Menjadi seorang peramal berarti berada di sekitar istana Negeri Samudra, yang juga berarti memiliki hubungan dengan pedagang dan bangsawan. Di sisi lain, menjadi samurai berbakat yang bahkan menjadi penjaga kaisar sendiri berarti memiliki jaringan koneksi dan hubungan yang luas. Kedua pria ini menjalani kehidupan yang sangat berbeda, itulah sebabnya mereka tahu kisah mereka masing-masing sangat segar dan bahkan berguna.

Namun, hanya begitu, percakapan mereka segera berakhir.

"Ini dia, Tuan-tuan. Okonomiyaki." Sang pemilik mengeluarkan dua piring logam hitam pada saat bersamaan dan meletakkannya di depan keduanya.

"Ooh, akhirnya sampai!"

"Aku sudah menunggu ini!"

Aroma yang berasal dari makanan di piring logam panas membuat Souemon dan Doushun tersenyum gembira. Okonomiyaki segar disajikan di atas piring logam hitam agar tidak cepat dingin. Mereka bisa mendengar suara mendesis kecil datang dari sana.

Okonomiyaki terbuat dari campuran tepung, kol hijau, ubi, dan berbagai bahan lainnya yang digoreng bersama. Di atas sayuran kuning dan hijau cerah ada banyak saus hitam, dengan pola mirip kotak yang digambar menggunakan mayones. Sekilas, seperti ada serutan kayu yang menari di atas okonomiyaki, kecuali yang berbahan laut.

Ditaburkan di atasnya, hampir seperti untuk menambah warna ke hidangan, adalah potongan rumput laut hijau tebal. Semua bahan ini dikombinasikan untuk membuat okonomiyaki lebih berwarna. Namun, aromanya bukanlah yang utama. Saus okonomiyaki yang menetes menuju piring logam panas mendesis, menyebarkan aroma yang mengirimkan kejutan melalui perut Souemon dan Doushun.

"Mm. Aku yakin ini saatnya untuk makan," kata Souemon.

"Terima kasih atas makanannya," kata Doushun.

Souemon dan Doushun, keduanya tak bisa menahan keinginan untuk mencobanya lebih lama lagi, mengambil sumpit mereka dan mulai makan di saat yang hampir bersamaan. Alat makan kayu memotong okonomiyaki yang lembut, seperti selimut, dengan mudah. Dari celah potongan, saus hitam menetes ke piring dan mendesis, menyebarkan bau terbakar samar. Souemon membawa sepotong okonomiyaki ke mulutnya, sambil menikmati aroma yang berasal dari hidangan.

Itu panas.

Panas adalah hal pertama yang dia rasakan. Dengan piring logam untuk menjaga panasnya makanan, okonomiyaki tentulah masih panas.

"Ho, ho, kupikir penduduk Negeri Gunung masih makan seperti orang malas!" sindir Doushun.

Souemon mengabaikan perkataan Doushun dan membuka mulutnya untuk mengeluarkan panasnya.

Setelah panasnya keluar, yang tersisa hanyalah aroma saus dan asam yang terbakar. Setelah okonomiyaki cukup dingin untuk dikunyah, dia akhirnya bisa menikmati lapisan luarnya yang renyah dan bagian dalamnya yang penuh dengan kubis.

Semua rasa ini menyatu dalam mulutnya. Dari potongan rumput laut muncul aroma laut, dan dari bonito kering yang terlihat seperti potongan kayu, ada rasa ikan.

Daging babi berlemak memiliki rasa yang lembut, tidak seperti daging singa, meskipun tidak terasa busuk di akhir rasa. Rasa dari tepung minyak yang tercampur kuat dengan kubis manis, dikuatkan lagi dengan rasa yang kaya akan telur dan saus merah pedas. Yang menyatukan semua itu adalah rasa mayones yang manis dan asam, gurih namun lembut.

Ini adalah hidangan yang mengandung banyak rasa pegunungan dan lautan, dan menggabungkan mereka dalam satu hidangan lezat. Inilah alasan kenapa Souemon mau berurusan dengan sensasi panas yang intens dari gigitan pertama setiap saat; dia ingin merasakan semua rasa ini sekaligus. Setelah mencicipi berbagai hidangan yang ada di restoran, inilah yang dia sukai. Sejak hari bersejarah itu, hanya ini yang dia pesan. Souemon sama sekali tidak pernah bosan.

"Tidak bisakah kau memakannya sedikit lebih sopan?"

Doushun menggelengkan kepalanya dalam ketidakpercayaan dan memotong potong kecil okonomiyaki-nya. Dia meniupnya dengan hati-hati sebelum memasukkannya ke dalam mulut.

"Mmph. Lezat seperti biasa. Tidak ada bau amis ikan. Bukan hanya hidangan laut yang telah diproses dengan indah, taburan bonito ini juga sangat lezat.”

Doushun mendapati dirinya menganggukkan kepala dengan puas saat dia mengatakan pendapatnya tentang kraken kecil, lembut, dan gurih. Dia tahu bahwa bagian favoritnya dari hidangan, taburan bonito, dibuat dari suatu ikan, tetapi dia benar-benar tidak tahu bagaimana itu bisa menjadi serpihan kecil dan lezat yang ada di depannya. Dia merasa bahwa jika dia bisa memecahkan kode dan menemukannya di negara samuderanya sendiri, budaya makanannya tidak akan terkalahkan.

Itulah sebabnya Doushun memutuskan untuk memesan hidangan yang sama setiap kali dia datang. Bisa dikatakan, dia tidak bisa menyangkal kalau dia juga memakannya karena itu sangat lezat.

Setelah beberapa saat, kedua pria itu selesai makan.

"Tuan, aku ingin tambah."

"Tuan, bisakah kau membuatkanku satu lagi?"

Mereka menempatkan pesanan secara bersamaan.

“Oke, segera datang. Okonomiyaki untuk kalian berdua, kan? Rasa apa?" pemilik bertanya kepada pelanggannya, sangat tahu apa jawaban mereka nantinya.

"Aku hidangan laut," sahut Souemon.

"Aku daging babi," kata Doushun.

Seperti biasa, kedua pria yang terkesan mirip tanpa mereka tahu, saling pandang saat mereka memesan. Setelah melihat yang lain begitu menikmati okonomiyaki-nya, mereka akhirnya ingin mencobanya sendiri. Ini terjadi setiap kali mereka duduk bersama.

***

Setelah selesai makan, Souemon kembali ke pinggiran kota, menghela napas beraroma saus. Satu-satunya keluhan tentang restorannya, hanyalah dia harus bertemu pria terkutuk itu setiap kali dia datang.

"Sayang sekali. Nekoya akan jauh lebih baik jika peramal sialan itu tidak pernah muncul lagi.” Souemon membiarkan kata-kata itu keluar dari mulutnya seolah dia berusaha menutupi fakta bahwa dia benar-benar menikmati percakapan mereka sebelumnya.

"Waktunya bekerja lagi besok!"

Dia kembali ke kegiatan kesehariannya, sambil dengan penuh semangat menunggu tujuh hari berikutnya untuk berlalu... dan memikirkan perang berikutnya dengan pria itu.
full-width