Bab 8: Parfait Cokelat

(Penerjemah: Anickme)


Putri kekaisaran memiliki ingatan masa lalu yang kabur.

Ketika Adelheid masih kecil, dia memakan awan.

Itu terjadi saat puncak musim panas ketika dia sedang berlibur ke istana di luar ibukota kekaisaran. Seingat Adelheid, perjalanan ke istana tersebut adalah tradisi tahunan. Satu-satunya hal yang berbeda pada tahun itu hanyalah kedua orang tuanya tidak ikut bersamanya. Dia diberitahu guru sejarahnya bahwa Kekaisaran sedang mempersiapkan perang dengan negara tetangga untuk memperluas wilayahnya. Di tahun Adelheid lahir, ayahnya mewarisi kursi kaisar dari kakeknya, membuatnya menjadi kaisar kedua dalam sejarah singkat Kekaisaran. Ini adalah kesempatan yang sempurna baginya untuk menunjukkan kekuatannya kepada dunia dan mendapatkan negara pelabuhan, sesuatu yang belum dimiliki Kekaisaran sampai saat itu. Ayahnya menuangkan segala hal untuk perang yang akan datang, yang berarti tidak ada waktu untuk berlibur.

Itu juga di saat ibu Adelheid hamil adik laki-lakinya, membatasinya pada istana pusat di ibukota kekaisaran. Akibatnya, para pelayan yang juga sebagai teman-teman Adelheid tetap berada di ibukota, tidak dapat menemaninya ke istana.

Karena itu, Adelheid yang berusia empat tahun terpaksa pergi ke istana di luar kota sendirian. Di mana hanya terasa nyaman karena dikelilingi pelayan serta ada kakeknya, namun itu adalah pengalaman yang sangat kesepian. Dia merindukan kota dan sering menangis pada malam hari.

Saat itulah segalanya berubah.

Kakeknya telah menghabiskan lima puluh tahun hidupnya untuk membangun negara kecil yang merupakan Kekaisaran menjadi kekuatan besar, kemudian turun dari posisi itu. Dialah yang memegang tangan kecilnya dan membawanya ke ruangan tersembunyi. Kakeknya yang memerintahkan pembangunan istana ini setelah pensiun dan tahu lebih banyak daripada siapa pun. Ruangan yang dia tunjukkan ke Adelheid muda cukup tersembunyi.

"Dengarkan, Adelheid. Ini adalah rahasia antara kau dan aku. Aku tidak ingin menikmatinya sendiri."

Pintu masuk ruangan rahasia berupa pintu hitam dengan gambar kucing di depannya. Kakek Adelheid tersenyum dan menepuk kepalanya dengan tangan besarnya. Dia ingat rasanya kasar tapi sangat keren.

Pria tua itu membuka pintu di depan mereka. Lonceng di pintu masuk berbunyi dengan riang, dan mereka berdua melewatinya.

Sayangnya, Adelheid tidak begitu ingat seperti apa bagian dalam ruang rahasia itu. Yang dia ingat terdapat banyak kursi dan meja, serta ruangan itu cukup terang. Kakeknya berbicara dengan pria yang lebih tua di sana, tetapi dia tidak tahu apa yang mereka katakan. Namun, dia ingat percakapan mereka terlalu sulit baginya untuk dipahami.

Pria tua itu melihat Adelheid sedang duduk dengan sopan di kursinya, bosan, dan tersenyum padanya. "Oh, maafkan aku, nona kecil. Pasti sangat membosankan bagimu, ya? Aku tahu! Bagaimana kalau kami membuatkanmu sesuatu yang manis?" Dia berbicara ke pria yang lebih muda di dekatnya.

"Hei, payah! Kau bilang kau bekerja paruh waktu di kafe dalam kampus, kan? Apa kau bisa membuat salah satunya? Kita punya bahannya, tapi aku tidak bisa membuatnya."

“Ayolah, kenapa kau memanggilku payah, Kakek?! Ya ampun... Dan apa yang kau maksud 'salah satunya'? Ah, tunggu. Aku mengerti sekarang."

Pria muda itu hanya perlu sedikit waktu untuk memahami apa yang dimaksud pria tua itu. Setelah beberapa saat, dia muncul kembali sambil memegang "itu."

“Ini dia, nona kecil. Yang satu ini ditraktir Kakek, silahkan dinikmati!"

Adelheid tidak tahu apa yang dia dapat. Yang dia tahu hanyalah itu sangat indah sampai-sampai pada awalnya dia tidak ingin memakannya. Perasaan itu lenyap begitu dia memakannya. Hidangan aneh yang dia makan untuk pertama kalinya memiliki pola hitam di permukaan putihnya. Itu juga lembut, manis, dan sangat dingin... Bagaimanapun, itu lebih lezat daripada apa pun yang pernah dia makan sepanjang hidupnya. Atau setidaknya begitulah dia mengingatnya.

"Bukankah itu lezat, Adelheid?"

Sang putri benar-benar telah melupakan dirinya sendiri pada saat itu, mulutnya terpikat dengan makanan dingin saat dia terus menyendoknya. Kakeknya menepuk kepalanya. Dia memakan sesuatu yang sama sekali berbeda.

"Kakek, apa ini?!" Adelheid ingat kalau dia menanyakan pertanyaan ini kepada kakeknya. Dia juga ingat kakeknya sedikit kesulitan ketika dia mencoba menjawab.

"Yah, eh, ini awan!"

"Awan?"

"Benar! Awan musim dingin dengan banyak salju di atasnya! Enak dan dingin, kan?"

"Ya!"

Dalam ingatannya, hari itu merupakan pertama kalinya dia tersenyum sepanjang musim panas saat itu. Hanya itu yang bisa dia ingat dari hari istimewa di mana "awan" menjadi makanan favorit nomor satunya. Tentu saja, Adelheid bukan orang bodoh. Sekarang telah berusia enam belas tahun, dia menyadari bahwa ingatan ini mungkin hanyalah mimpi.

Pada musim dingin tahun itu, dia merasakan awan, kakek Adelheid, Wilhelm, kaisar pertama dan pendiri Kekaisaran Besar Benua Timur, meninggal. Dia meninggal dalam damai; dia terbaring di tempat tidur di istananya, tersenyum lebar di wajahnya. Bagi Adelheid muda yang belum memahami arti kematian, yang dia tahu hanyalah kesedihan yang mendalam karena dia tidak akan pernah melihat kakek tercintanya lagi. Dia ingat dia menangis berhari-hari. Dengan kepergiannya, dia juga tidak bisa memastikan apakah ingatannya tentang "awan" itu nyata atau tidak.

Tepat sebelum kaisar pertama meninggal, adik Adelheid lahir. Sebagai kakak perempuan dari pangeran kekaisaran, dan dengan hak keluarga kaisar miliknya, dia menghabiskan hari-harinya dengan nyaman. Begitulah, sampai dia berusia enam belas tahun dan terserang penyakit langka yang hanya menyerang orang berusia muda. Akibatnya, dia sekarang tinggal di istana kakeknya, menempuh jalan panjang untuk sembuh.

***

"Ini dia, Putri Adelheid. Tolong jangan patah semangat."

"Aku tahu. Aku baik-baik saja,” katanya, meskipun dia harus berbicara dengan batuk yang berkepanjangan.

Kamar Adelheid di istana sama indahnya dengan yang ada di ibukota. Sebenarnya, itu kamar yang sama dengan yang digunakan kaisar sebelumnya. Setelah sampai, dia mulai batuk.

"A-apa Anda baik-baik saja, Putri?" pelayan itu bertanya.

"Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit lelah dari perjalanan ke sini. Tolong jangan khawatir."

Salah satu pelayan yang dikirim ayah Adelheid untuk membantu perawatannya bergegas ke sisinya. Dia ada di sana jika gejala sang putri mulai memburuk. Sambil mengurus kebutuhan sehari-hari Adelheid, dia juga seorang pendeta Dewa Bumi dengan Sigil Besi. Ini berarti dia bisa menggunakan segala macam sihir penyembuhan.

Adelheid mengangkat tangannya, memberi tanda bahwa tidak ada masalah.

"Saya mengerti, syukurlah."

Pelayan itu mundur selangkah dari Adelheid, gerakan yang menusuk hati rapuh gadis muda itu.

Itu kejam, pikir Adelheid. Bukan aku yang meminta untuk sakit.

Adelheid mengerti. Gadis di depannya hanya seorang pendeta dalam pelatihan. Jika seorang pendeta dengan Sigil Perak, atau bahkan pendeta besar dengan Sigil Emas tidak memiliki sihir untuk menyembuhkannya, bagaimana dia bisa? Penyakit Adelheid adalah "pembunuh rakyat " yang hanya bisa disembuhkan dengan mengkarantina diri sendiri selama bertahun-tahun. Meskipun jarang menular dari satu orang ke orang lain, namun keluarga kaisar, bangsawan, dan rakyat juga takut terhadapnya. Namun semua logika di dunia itu tidak cukup untuk menyembuhkan hati gadis yang terluka.

Baru sebulan yang lalu, dia tinggal di ibukota kekaisaran, mengagumi bunga dan kupu-kupu di taman. Sekarang dia sakit dan mendadak terpaksa tinggal jauh dari keluarga tercinta di istana yang dipenuhi dengan wajah-wajah asing.

Hal yang paling baik, aku harus tinggal di sini selama dua tahun ke depan.

Adelheid merinding terhadap kenyataan yang dingin ini.

Setelah Wilhelm meninggal, hanya sedikit pelayan lama yang tetap di istana yang hampir tidak digunakan. Pelayan baru tentu saja dipekerjakan secara khusus karena hal ini, tetapi mereka semua berasal dari kota sebelah. Tempat ini berbeda dari rumah indah yang dulu dia tinggali. Sampai penyakitnya sembuh, Adelheid harus tinggal di sini seperti seorang petapa. Dia semakin merasa sedih karena hal itu.

"Jika Anda butuh sesuatu, silakan panggil saya kapan saja." Setelah itu, pelayan dengan tenang meninggalkan majikannya untuk beristirahat.

Setelah wanita muda itu pergi, Adelheid berbaring di kasur mewah di depannya dan mulai menangis dengan tenang. Dia sendirian di dunia ini, berjuang melawan nasib terkutuknya. Mulai hari ini dan seterusnya, dia akan tinggal di ruangan mirip penjara yang indah ini, tanpa kegembiraan atau kebahagiaan yang dapat ditemukan. Ini adalah awal dari kehidupannya yang baru dan gelap.

***

Belum sampai tiga hari sejak sesuatu berubah.

Adelheid sedang membaca buku ketika secara tiba-tiba dia merasakan angin dingin meniupnya. Jendela seharusnya ditutup untuk mencegah udara dingin memperburuk penyakitnya, namun ada angin dingin. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Bingung, Adelheid melihat ke arah datangnya angin dan melebarkan matanya pada apa yang dia temukan.

Hah? Aku tidak ingat ada pintu di sini...

Meragukan hal itu, Adelheid menggosok matanya sebentar sebelum memastikan kembali bahwa terdapat pintu misterius di kamarnya. Sudah tiga hari sejak dia mulai tinggal di sini, namun dia tidak pernah menyadarinya. Bukan, dia yakin tidak ada pintu hitam dengan gambar kucing kemarin. Benda aneh ini, yang secara jelas terbuat dari bahan yang berbeda dari segala hal yang ada di sekitarnya, menempel di dinding kamarnya.

Apa ini? Aku merasa seperti pernah melihat pintu ini di suatu tempat sebelumnya...

Adelheid dengan bingung menatap pintu itu saat dia menyentuh permukaannya yang halus. Entah kenapa, tidak terasa asing. Dia tidak bisa mengingat kejadiannya, tetapi dia pikir dia ingat pernah melihatnya dulu sekali. Dia tanpa sadar menelan ludah dan bersiap untuk membukanya.

Hal apa yang ada di sisi lainnya?

Biasanya itu akan terhubung ke ruangan sebelah, tetapi tidak ada ruangan di sebelah kamar Wilhelm. Jadi ke mana tujuan pintu ini? Dia tidak yakin, tetapi untuk beberapa alasan dia tidak khawatir. Apa yang ada di hatinya adalah harapan bahwa ini akan mengurangi kebosanannya dan harapan akan sesuatu, segala hal, yang tidak terbayangkan. Adelheid sendiri bahkan tidak menyadari bahwa dia mengharapkan sesuatu, bahkan dia tidak bisa mengingat apa harapannya.

Pintu hitam terbuka dengan ringan.

Ring, ring.

"Selamat datang... Oh?"

Seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian putih yang rapi dan celemek menatap Adelheid dan memiringkan kepalanya.

“Um, permisi,” dia bertanya. "Di mana ini?"

Ada meja-meja yang berjejer di mana-mana. Meskipun toko itu tidak memiliki jendela, tapi sama terangnya seperti tengah hari. Ini benar-benar berbeda dari istana tempat dia tinggal saat ini. Tetapi ada sesuatu yang tidak asing dengan tempat ini... Ketika dia terus berjuang mengingatnya, pemilik toko menjawabnya.

“A-ah, ini 'Nekoya,' sebuah restoran. Orang-orang dari 'sisi' Anda menyebutnya Restoran dari Dunia Lain... Ah!"

Di sisi lain, pemiliknya akhirnya menyadari kenapa gadis muda di depannya tampak begitu akrab meskipun ini sepertinya merupakan kunjungan pertamanya.

"Aku ingat sekarang! Nona, Anda cucu Kroket…er, Wilhelm, kan?"

Dia mengingatnya dengan cukup jelas. Nekoya jarang mendapat pelanggan yang lebih muda daripada murid SMA di daerah itu, apalagi dari dunia lain. Salah satu pelanggan yang tidak pernah berkunjung lebih dari sepuluh tahun lalu pernah membawa cucunya ke restoran. Wanita muda itu telah tumbuh sangat cantik sejak kunjungan terakhirnya, meskipun dia masih mempertahankan beberapa sifat kekanak-kanakannya. Pemilik ingat dia juga berwajah seperti itu saat pertama kali dia berkunjung.

"Astaga! Kau kenal kakekku?!” Mata Adelheid melebar dengan penuh berharap karena kata-kata pria itu.

Walaupun semua orang yang tinggal di Kekaisaran tahu tentang kaisar agung, sangat sedikit orang yang mengenalnya secara pribadi. Apalagi, pemilik menyebutnya tanpa mengatakan gelarnya. Ada beberapa orang yang akan menyebut orang yang membangun Kekaisaran Besar dengan namanya. Hanya sesama keluarga kaisar atau orang yang dia anggap teman yang diizinkan untuk menyebutnya berkali-kali.

Jadi, siapa pria aneh ini? Pikiran Adelheid dipenuhi tanda tanya.

"Ya, aku mengenalnya. Dia adalah pelanggan untuk waktu yang lama, jadi... Bagaimana? Mau memakan sesuatu? Hari ini gratis." Kata-kata pemilik itu terdengar ramah. Dia senang bisa mengingat wajah seorang pelanggan tua yang belum pernah dia lihat selama bertahun-tahun.

Kalau pemilik tidak salah ingat, kakek gadis muda itu menyukai kroket pemilik sebelumnya, tetapi belum pernah mencoba makanannya. Karena itu, dia merasa senang, setidaknya, dengan menghidangkan cucunya sesuatu yang baik.

"Makan...? Ah!"

Sementara itu, saat Adelheid mendengar perkataan pemilik, semuanya terhubung. Ingatan manis dari masa mudanya kembali datang. Ingatan saat kakeknya masih hidup dan sehat. Itu benar, di sinilah dia...

"Kalau begitu, um... Aku ingin makan 'awan.'"

...Memakan sesuatu yang sangat lezat.

"Awan..? Oh, aku mengerti!”

Pemilik mengingat kembali kunjungan terakhir gadis muda itu dan menganggukkan kepalanya. Dia ingat hidangan yang dia sajikan sekitar sepuluh tahun yang lalu.

"Kami akan membawanya." Pemilik kembali ke dapur dan mulai bekerja.

Pemilik sebelumnya tidak begitu bisa membuat makanan manis. Dia belum pernah memakannya ketika dia masih muda. Dulu ketika dia masih membantunya, pemilik saat ini memasukkan pilihan makanan penutup tersembunyi di menu kakeknya. Saat dia mengambil alih restoran, dia menjadikannya menu yang tetap.

Setelah menunggu sebentar, pemilik kembali lagi ke Adelheid dengan "awan" di tangannya.

"Ini dia. ‘Parfait cokelat’-mu.” Dia meletakkan makanan misterius tepat di depannya.

"Oh, astaga..." gumam Adelheid, matanya melihat-lihat susunan makanan yang indah di atas mejanya.

"Silahkan menikmati!"

Pemilik kembali ke belakang, meninggalkan Adelheid yang terpesona dengan parfait. Yang tersisa di sana hanyalah tuan putri dan parfait cokelatnya.

Ini lebih terlihat seperti karya seni penuh warna daripada makanan...

Ketika dia memakannya pertama kali saat masih kecil, yang dia pikirkan hanyalah awan itu indah. Sangat indah sampai-sampai mereka tidak bisa menjadi makanan. Tapi sekarang, hal pertama yang menarik perhatiannya adalah gelas transparan cantik yang menjadi wadah makanan itu sendiri. Bentuknya sangat cantik, terbuka seperti bunga yang mekar.

Makanan di dalam gelas berbeda lagi. Perhatian Adelheid tertuju pada gunung salju putih, tidak seperti pegunungan di wilayah utara Kekaisaran. Di puncak gunung ada semacam saus hitam, menuruni salju hampir seperti sungai yang indah. Selain itu, ada suatu butiran kecil. Yang bertindak sebagai tanaman di gunung adalah serangkaian buah-buahan berwarna dan sesuatu yang dipanggang. Salah satu sisi makanan panggang berwarna cokelat muda disiram dengan sirup hitam yang sama dengan di gunung, kombinasi warna kontras yang indah.

Kemudian ada buah beri merah yang dibelah dua dan buah hijau dengan bintik-bintik hitam. Warna buah-buahan yang cerah membuat gunung salju jauh lebih indah. Di bawahnya terdapat lapisan yang terdiri dari warna putih, coklat, dan coklat keemasan. Sebenarnya daya tarik utama hidangan ini adalah seseorang dapat melihat ketiga warna ini melalui gelas transparan. Sangat indah secara estetika.

Sebagai keluarga kaisar, Adelheid telah mengalami banyak kemewahan di dunia, namun hidangan penuh warna yang indah ini mengejutkannya. Jika dia boleh berkata jujur, kepikiran untuk memakannya adalah hal sia-sia.

Kupikir sudah waktunya untuk mencobanya.

Meskipun begitu, menatapnya saja juga tidak ada gunanya. Adelheid meraih sendok perak bersinar di atas meja dan mulai memakan parfait.

Hal pertama yang dia coba adalah puncak gunung putih yang meneteskan sirup hitam. Dia membawa sendoknya ke parfait dan menemukan bahwa sendok itu menembusnya tanpa perlawanan, seperti awan yang asli. Di atas sendoknya terdapat gunung kecil berbentuk segitiga. Dia dengan hati-hati membawanya ke mulutnya, aroma sirup hitam yang manis memasuki hidungnya.

…Astaga.

Itu adalah rasa manis sesaat yang dibantu oleh sensasi dingin sendok. Adelheid terdiam. Ini tidak seperti makanan yang pernah dia makan sebelumnya.

Manis tapi tidak terlalu manis.

Rasa aromatik yang sedikit pahit meleleh di atas lidahnya tanpa harus dia kunyah. Yang tersisa di mulutnya hanyalah rasa manis yang kaya akan susu. Adelheid mendapati dirinya jatuh cinta dengan rasa itu, meskipun dia juga memiliki pikiran yang bertentangan. Parfait cokelat ini manis, tapi tidak terlalu manis. Sang putri berusaha menikmatinya.

Di Kekaisaran, camilan dan permen mahal yang biasa dimakan sang putri semuanya manis. Karena semakin tinggi kualitas gula yang digunakan, rasanya semakin manis. Ini karena adanya kepercayaan umum di Benua Timur yang menganggap gula adalah komoditas berharga. Kekaisaran juga begitu, dan Adelheid, wanita dengan status tertinggi di seluruh Kekaisaran, sudah pasti diberi hidangan termanis.

Tapi ini jauh lebih lezat daripada apa pun yang kumakan di Kekaisaran!

Adelheid selalu merasa kalau camilan yang dia makan terlalu manis, dan karenanya dia tidak begitu menyukainya. Namun, di tempat ini dia menyendok parfait ini sedikit demi sedikit. Tidak bisa dipercaya. Setelah setiap gigitan, dia akan mencelupkan sendok peraknya ke gunung untuk memakannya lagi. Saat setiap potongan mencair di atas lidahnya, pipi Adelheid akan mengendur tanpa sadar, dan matanya menyipit. Sebagai hasil langsung dari rasa manis parfait yang seimbang, dia dapat merasakan semua rasa hidangan dengan bebas, seperti zat putih yang terasa seperti susu atau sirup hitam yang agak pahit yang membantu mengeluarkan keseluruhan rasa manis hidangan. Kombinasi elemen tersebut meleleh di mulutnya, menciptakan rasa seperti di mimpinya.

Buah asam-manisnya juga luar biasa!

Sendok Adelheid mengambil dua potongan besar buah hijau dan merah. Buah-buahan yang berwarna-warni memiliki tingkat kematangan yang tepat. Mereka tetap mempertahankan rasa manisnya, tetapi juga terdapat rasa asam. Mereka membuat lidah, yang sekarang digunakan untuk merasakan manisnya parfait, untuk beristirahat sejenak. Mereka meningkatkan rasa awan putih dan hitam lebih dalam.

Semuanya luar biasa!

Tidak dapat mengambil permen cokelat dengan sendoknya, Adelheid, yang sadar betapa tidak pantasnya seorang putri melakukan ini, mengambilnya dengan dua jari rampingnya. Permen coklat keemasan ini ditutupi dengan zat putih yang ditaburi sesuatu berwarna hitam. Ini memiliki aroma segar dan sedikit manis. Adelheid juga tidak bisa mengabaikan buah berwana krem cerah dengan rasa manisnya sendiri, benar-benar berbeda dari awan.

Berapa banyak rasa dalam hidangan ini?

"Aaah!" Adelheid dengan tenang menikmati ledakan rasa manis di mulutnya ketika dia secara tiba-tiba berbicara. Benda putih yang dia makan tiba-tiba menjadi sedingin salju.

Ini benar-benar berbeda dengan apa yang ada di atasnya!

Ini membuat wanita muda itu benar-benar lengah. Tersembunyi jauh di dalam awan lembut terdapat sesuatu seperti awan salju, sedingin musim dingin itu sendiri. Berbeda dengan sesuatu yang ada di puncak gunung, awan ini sangat dingin, licin, dan mempertahankan bentuknya lebih lama di mulutnya.

Aku tidak pernah tahu ada yang seperti ini!

Awan salju yang meleleh di atas lidah Adelheid yang hangat sangat lembut seperti sutra, dengan rasa manis yang menyebar ke seluruh mulutnya. Kembali ke istana, dia pernah memakan es parut yang dibuat oleh para penyihir kekaisaran, dituang jus buah dan ditambah madu serta gula, tetapi ini berbeda. Ini kedua kalinya dia memakannya.

Ini awan musim dingin yang penuh dengan salju. Dan…

Adelheid teringat perkataan mendiang kakeknya saat dia makannya, lalu mengarahkan sendoknya ke gumpalan bulat seperti tanah. Cukup satu pandangan yang membuat Adelheid yakin kalau itu memiliki bahan yang berbeda dengan gunung. Dia mengarahkan sendok kepadanya tanpa ragu.

Manis namun pahit... Ini cokelat, kan? Ya, ini cukup lezat.

Itu lebih keras daripada awan, tetapi ada rasa manis yang unik. Batu berwarna tanah yang dingin memiliki rasa yang sama dengan benda hitam di puncak gunung. Setelah mengalami serangkaian rasa lembut dan manis, sedikit keras dan pahit membuatnya menjadi makanan yang menyegarkan.

Ah, Aku sudah selesai.

Adelheid merasa sedih saat dia mempersiapkan dirinya untuk menikmati makanan panggang terakhir, agak basah karena menyerap manisnya salju yang menutupinya. Aroma gandum yang kuat memasuki hidungnya. Kenyataan bahwa penampilan rasa yang luar biasa ini akan segera berakhir adalah hal yang paling dikecewakan.

Yang menyedihkan, semua hal lezat itu hampir habis. Adelheid memakan makanan panggang terakhir dan meletakkan sendok di atas meja.

"Whew…"

Desahannya merupakan campuran dari kepuasan yang luar biasa dan sedikit kesedihan. Adelheid duduk dengan diam, menatap gelasnya yang kosong.

Sudah cukup lama sejak terakhir kali aku merasakan hal ini.

Adelheid merasa dirinya sedang tersenyum, perutnya puas. Sekarang dia memikirkannya, ini pertama kalinya dia benar-benar tersenyum sejak sakit. Parfait cokelat ini berhasil mengembalikan senyumnya tidak hanya sekali, tetapi dua kali.

“Anda terlihat lebih baik! Aku senang melihatnya." Kepuasan wanita muda itu membuat pemilik ikut tersenyum. Dia membawa cangkir keramik putih ke mejanya. Berisi teh hitam.

"Ini dia. Kopi panas, gratis. Jika Anda langsung meminumnya, rasanya agak pahit, jadi silakan masukkan gula dan susu sebanyak yang Anda suka. Botol biru itu berisi gula, dan yang perak berisi susu."

"Terima kasih banyak." Adelheid mengucapkan terima kasih kepada lelaki itu dan mengambil minuman kopi aneh itu.

...Huh, ini agak panas dan pahit.

Karena dia belum pernah meminum teh semacam ini sebelumnya, Adelheid ingin mencoba rasa “apa adanya” terlebih dahulu. Yang dia temukan adalah rasa pahit yang membuatnya mengerutkan alis. Dia menyukai aromanya, tetapi lidahnya masih dingin setelah menyantap parfait cokelat. Panas dan pahitnya kopi agak terlalu kuat baginya.

Aku yakin pemilik mengatakan untuk mencampurnya dengan gula dan susu... Oh, astaga.

Adelheid mengikuti saran pemilik dan mencampurkan gula dan susu; hanya satu sendok sehingga tidak terlalu manis dan agak banyak susu. Setelah mengaduknya, kopi hitam pekat berubah menjadi cokelat muda. Rasa pahitnya juga lebih berkurang.

Ini cukup lezat. Aku bisa merasakan tubuhku mulai menghangat.

Adelheid sedikit menyukai kombinasi yang baru ini. Penambahan susu mendinginkan minuman dan mengurangi sedikit aromanya, juga membuatnya lebih mudah untuk diminum. Ini adalah cara terbaik untuk menghangatkan tubuh setelah memakan parfait cokelat dingin.

Tuan putri mendesah puas setelah dua pukulan dari parfait cokelat dan kopi penghangat tubuh. Seseorang tidak harus peka untuk mengatakan bahwa dia sangat bersemangat.

“Kami buka setiap tujuh hari sekali, jadi silakan datang lagi jika Anda mau. Oh, dan aku akan menagihmu lain kali."

Pemilik bisa tahu kalau aura sedih yang sebelumnya mengelilingi wanita muda itu sekarang benar-benar hilang. Perasaan melihat pelanggan senang setelah makan makanannya tidak pernah memudar, terutama ketika yang datang adalah orang-orang muda sepertinya yang masih memiliki umur panjang.

"Aku pasti akan datang lagi," jawab Adelheid sambil tersenyum.

Dia meraih ujung gaunnya dan membungkuk, lalu mulai meninggalkan toko, sekali lagi mendapati dirinya berada di kamarnya di istana. Ruangan itu tidak berubah, namun Adelheid tidak lagi memandangnya sebagai penjara.

Emas... Aku penasaran berapa banyak koin emas yang kubutuhkan?

Secara realistis, berapa banyak koin emas yang dibutuhkan untuk membeli hidangan yang begitu menakjubkan? Sang putri dengan gembira menjatuhkan dirinya ke kasur, jauh dari mata orang lain dan berpikir mengenai bagaimana dia akan memiliki pengalaman yang luar biasa ini lagi dalam tujuh hari. Mungkin karena betapa bahagianya dia, gelombang kelelahan menghilang dari dirinya, dan napasnya, saat tidur malam, memenuhi ruangan.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa saat terakhir, Adelheid tidur dengan gembira dan bermimpi. Dia bermimpi tentang suatu hari dia akan sembuh dan kembali tinggal di ibu kota, sambil bersemangat menunggu waktu gembira yang akan kembali dalam tujuh hari.

Adelheid tidak sadar bahwa dalam waktu tujuh hari, dia akan kesulitan memilih satu parfait dari banyak parfait di menu restoran. Dia mungkin tidak sadar akan banyaknya pertemuan penting yang menunggunya di Restoran dari Dunia Lain.
full-width