Bab 1: Daging Cincang Goreng Tepung (Menchi Katsu)

(Penerjemah: Anickme)


Rumornya, profesi "petualang" muncul sekitar tujuh puluh tahun yang lalu, ketika empat pahlawan legendaris mengakhiri perang yang sangat panjang melawan ras iblis.

Karena itu, jumlah peperangan di seluruh dunia mulai berkurang (meskipun tidak benar-benar menghilang), yang berarti para tentara dan prajurit harus menemukan pekerjaan yang baru. Beberapa menjadi ksatria, mengangkat pedang mereka untuk para bangsawan, atau tetap menjadi prajurit yang melakukan perjalanan dari peperangan ke peperangan lain yang sedikit untuk menjalani hidup. Banyak yang melepaskan pedangnya, memilih untuk menjadi pengrajin, petani, atau pedagang. Ironisnya, bahkan ada beberapa yang mengarahkan pedangnya pada orang yang tidak bersalah, memilih menjadi bandit kejam.

Tetapi di antara para prajurit itu ada sebagian kecil yang memutuskan untuk memulai pekerjaan sebagai petualang.

Petualang: Orang-orang yang bertarung melawan monster dan bandit berbahaya, melindungi pedagang yang bepergian dari kota ke kota, menyelesaikan berbagai permasalahan di kota, dan menemukan harta karun dalam reruntuhan tua di seluruh Benua Timur. Sebagai ganti tidak ada perlindungan apapun, mereka memilih untuk hidup dalam kebebasan.

Sudah tujuh puluh tahun sejak lahirnya petualang. Petualang baru muncul setiap hari, tetapi tidak semuanya beruntung. Hanya sedikit yang menjadi kaya dan terkenal. Kebanyakan memilih untuk pensiun dengan tenang, setelah sedikit berhasil dengan kerajinan mereka. Bahkan lebih banyak lagi orang-orang bodoh yang akhirnya menjadi mayat di beberapa gua yang gelap.

Ini adalah kisah seorang petualang dalam misi pencarian barang kuno.

Namanya Sarah. Dia adalah tipe petualang yang disebut sebagai pemburu harta karun: orang yang spesialisasinya mencari harta karun dari reruntuhan.

Dia dengan hati-hati menuruni tali, turun menuju kegelapan reruntuhan.

Aku yakin dengan hari ini. Tapi itulah kenapa aku harus lebih berhati-hati, pikirnya dalam hati, mengawasi sekitarnya. Dia telah memasuki gua ini beberapa kali. Bahkan, dia sudah tahu seluruh rute dari pintu masuk ke tujuannya. Sarah bahkan telah membunuh semua monster yang bersembunyi di area tersebut. Namun, itu bukanlah alasan untuk tidak berhati-hati, dan dia tahu itu.

Aku tidak akan menjadi salah satu pecundang yang akhirnya sekarat sebelum mendapatkan benda-benda itu.

"Jika kau lengah disaat-saat terakhir, kau akan membayar harganya jauh lebih mahal." Ketika Sarah masih muda, sepupunya yang seorang pemburu harta karun telah memalu hal itu ke kepalanya.

Sayangnya, sepupunya itu pergi untuk menemukan ruang rahasia yang terhubung ke area terakhir dari reruntuhan elf dan hilang keesokan harinya. Sarah sadar bahwa tubuh mereka tidak pernah ditemukan, jadi dia berjanji untuk mematuhi kata-kata yang mereka tinggalkan untuknya. Berkat kehati-hatiannya, dia akhirnya tiba di tujuan akhirnya tanpa cedera.

"Apa-apaan ini?" ucap Sarah dengan keras, bingung melihat pemandangan di depannya.

***

Lima tahun lalu, pemburu harta karun legendaris, William Gold, meninggal. Dia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di kota pertambangan kecil. Ada rumor kalau dia menetap di kota yang kering ini selama sepuluh tahun terakhir karena dia menyembunyikan sebagian dari koleksi harta karunnya yang sangat banyak di dalam tambang.

Sudah pasti, ini semua hanya rumor. Bahkan kerabatnya di Firma Gold, salah satu dari sedikit keluarga pedagang besar di Kerajaan, tidak memiliki catatan publik mengenai William yang meninggalkan harta tersembunyi. Namun, alasan Sarah datang ke kota tua ini karena dia mendapatkan buku harian William Gold di tahun-tahun terakhirnya. Menurut catatannya, setelah pindah ke sini, dia selalu mengunjungi tambang setiap tujuh hari tanpa terputus.

Hari ini adalah hari Satur. Waktunya pergi ke tambang. William menulis beberapa kata lain tentang hal ini tetapi selalu menulis "Hari Satur" ini setiap tujuh hari. Selama masih kuat, dia selalu pergi ke tambang pada hari yang sangat spesifik ini. Ketika dia akhirnya sakit dan terbaring di kasur, dia masih akan menulis di buku hariannya, Hari ini adalah hari Satur ...Jika saja tubuh terkutukku masih bisa bergerak.

Sampai suatu hari, mungkin karena usia tuanya, dia mengunjungi tambang di hari kedelapan. Bersamaan dengan berbagai kekesalannya, semua yang dicatat William tentang hari itu hanyalah "buang-buang waktu."

Terlepas dari usianya, Sarah adalah pemburu harta karun yang berbakat. Dibanding dengan anak-anak muda dan bandit lain, dia sangat yakin kalau dia selangkah di atas mereka. Instingnya berteriak kepadanya bahwa buku harian ini nyata dan dia harus mengunjungi tambang pada hari yang sama dengan William: "Hari Satur."

Gambaran mengenai harta tersembunyi William memenuhi benaknya saat dia memasuki tambang tua. Dia menemukan jalan rahasia yang disembunyikannya, yang tidak akan bisa ditemukan oleh pemburu harta karun pemula. Petualangan Sarah menyusuri jalan ini mungkin akan membuatnya melawan monster yang hanya bisa dihadapi oleh para profesional. Dia akhirnya membuat peta, menemukan jalan aman menuju tujuannya, dan hari ini, pada "Hari Satur" ini, akhirnya dia sampai ke bagian terdalam dari tambang...

Saat itulah dia melihatnya.

Sebuah pintu.

Di pintu ini terdapat gambar seekor kucing, tetapi ada juga papan aneh yang tergantung. Di papannya tertulis huruf-huruf aneh yang bahkan Sarah, yang fasih dengan bahasa-bahasa di Benua Barat dan Timur, juga bahasa elf dan kurcaci, tidak bisa membacanya. Sampai kemarin, pintu eboni ini tidak ada.

"Itu pintu...kan?"

Setelah memeriksanya secara singkat, Sarah memastikan kalau pintu itu tidak terdapat perangkap apa pun. Itu bahkan tidak dikunci. Ini berarti dia bisa langsung masuk jika dia mau.

"Yah, aku tidak akan mendapatkan apapun kecuali aku melewatinya!" kata Sarah.

Berpikir sebentar, Sarah memutuskan untuk memasuki pintu itu. Dia telah siap untuk hari di mana dia akan menemukan harta peninggalan William. Dia bahkan membawa elixir, obat yang bisa menyembuhkan segala macam luka dalam satu tegukan, dan melengkapi dirinya dengan peralatan terbaik sebelum datang ke sini. Tidak ada jalan kembali.

"Jika aku mati di sini, kurasa itu akan membuktikan kalau aku bukan pemburu harta karun."

Ring, ring.

Suara bel terdengar dari sisi lain pintu.

Alarm?! Sarah dengan cepat menarik belati kepercayaannya dan membuat sikap bertahan.

"Selamat datang. Bolehkah aku meminta Anda untuk menyimpan pisaunya, nyonya?"

Di balik pintu ada seorang pria paruh baya dengan ekspresi agak jengkel di wajahnya, memintanya untuk menyimpan belatinya.

"Apa-apaan ini?" katanya untuk kedua kalinya.

***

Beberapa saat kemudian...

"Nekoya?" Setelah menyimpan belatinya, Sarah bertanya kepada pemilik restoran tentang "bisnis" anehnya.

"Yah begitulah. Hanya sekedar restoran... Ba, barat.”

"Sebuah restoran, terletak jauh di dalam tambang?"

Pemilik restoran mengangkat bahunya sebagai jawaban atas pertanyaan Sarah. "Tambang? Ah, kutebak Anda menggunakan pintu yang sama dengan yang digunakan William untuk datang ke sini, nyonya."

"Pintu yang digunakan William..." Menanggapi jawaban pemilik restoran itu, Sarah berbalik untuk melihat pintu masuk yang dia lewati sebelumnya. Itu adalah pintu besar yang terbuat dari kayu eboni hitam dengan lonceng emas yang tergantung dan ada gambar seekor kucing dengan kaki kanan yang terangkat.

"Apa itu semacam barang sihir?"

Memeriksa sekali lagi, Sarah menyadari bahwa lonceng kecil itu mengandung energi sihir yang sangat kuat di dalamnya. Menjawab pertanyaannya, pemilik itu mengangguk.

“Ya, bisa dibilang begitu. Aku tidak begitu paham cara kerjanya. Salah satu pelanggan lama berkata kalau benda itu membengkokkan ruang-waktu dan menciptakan banyak 'pintu' di dunia lain. Katanya, itu hanya terhubung sekali setiap tujuh hari.”

"Dunia lain?" tanya Sarah. "Apa kau berkata aku berada di dunia lain?"

Dia segera melihat ke sekeliling restoran. Para dewa dan iblis kuno yang meninggalkan dunia ini juga menciptakan berbagai dunia paralel. Alam iblis, neraka, alam surgawi, dunia cermin, kerajaan peri... Semua itu bisa disebut "dunia lain." Meskipun Sarah belum pernah mengunjunginya, pemburu harta karun yang lebih terkenal lainnya seperti William Gold telah mengunjunginya dan membawa benda-benda kuat, seperti tongkat yang terbuat dari kayu Pohon Suci. William bahkan menjualnya kepada petapa agung, salah satu dari empat pahlawan legendaris, dengan jumlah uang yang besar. Itu adalah kisah yang terkenal di kalangan pemburu harta karun.

Jadi, Sarah sendiri tidak meragukan keberadaan dunia lain. Dia hanya merasa sulit untuk percaya bahwa restoran tempat dia berdiri adalah salah satunya.

"Ini terlihat sangat normal bagiku... Mungkin tidak."

Kali ini, Sarah memandang sekelilingnya dengan mata seorang pemburu harta karun profesional, dan dia langsung berubah pikiran. Ini tidak seperti "restoran" yang dia kenal.

Ruangan itu tampaknya terpisah dari ruang basement yang lebih besar, tanpa jendela di mana pun. Di langit-langit terdapat bola cahaya, kemungkinan besar dinyalakan dengan sihir, yang dengan hangat menerangi ruangannya seolah-olah masih tengah hari. Baik kursi dan meja dalam kondisi yang bagus. Meja-mejanya ditata dengan gelas yang terlihat cukup mahal dan botol air porselen kecil.

Barang-barang seperti ini mustahil ditemukan kecuali di restoran yang paling mahal, namun tidak terlihat adanya tanda-tanda pelayan. Kalaupun ada, sepertinya seluruh tempat ini dijalankan oleh satu orang di depannya.

"Kami hanya restoran kecil biasa, tahu?" katanya. “Bagaimana dengan itu. Mau mencobanya sedikit? Mungkin akan sedikit gaduh di sini, tapi karena ini masih pagi, aku punya waktu luang."

"Tentu," kata Sarah dengan ragu. "Kurasa aku akan mencobanya."

Makanan yang disarankan kepadanya oleh orang asing. Sarah awalnya berpikir apakah itu semacam jebakan tetapi mengingat kalau ini adalah tempat yang sangat disukai William: sebuah Restoran dari Dunia Lain. Dia sangat tertarik pada makanannya.

"Baiklah! Duduklah di manapun Anda suka." Setelah itu, pemilik restoran berjalan ke dapur.

Makanan dari dunia lain, ya? dia berpikir dalam hati. Apa yang akan aku dapat? Kuharap itu tidak terlalu aneh.

Sarah duduk dan melihat benda-benda di mejanya. Di ujung ada deretan gelas: yang satu diisi dengan semacam cairan merah, yang lainnya diisi dengan apa yang dianggapnya sejenis garam. Di salah satu wadahnya sepertinya terdapat seikat tongkat kayu kecil yang tajam. Ada petunjuk yang tertempel, kemungkinan besar menjelaskan pemakaiannya, tetapi sayangnya semuanya ditulis dalam bahasa dunia yang tidak dikenal Sarah.

Pemilik kembali dari belakang saat dia memeriksa cairan hitam aneh dan partikel putih di dalam wadah. "Nyonya, bisakah Anda membaca bahasa Benua Timur?" dia bertanya.

"Ya, tentu saja," Sarah mengangguk.

Bahasa Benua Timur telah digunakan sejak zaman kuno. Sebagai penduduk negeri itu, Sarah tidak akan bertahan sebagai pemburu harta karun jika dia tidak bisa membaca atau menulis.

"Inilah menu kami. Silahkan dinikmati!"

Kemudian pemilik restoran menyerahkan daftar menu bersudut tajam yang ditulis dalam bahasa Benua Timur dan meletakkan cangkir transparan berisi es dan air di depannya.

"Maaf, aku tidak memesan minuman," jawab Sarah sambil menggurutu saat dia melihatnya.

Meskipun dia sedang haus dan mempertimbangkan untuk memesan air, akan menjadi hal buruk jika dia membiarkan pria aneh itu memaksakan keinginannya padanya. Berasal dari keluarga pedagang, Sarah berhati-hati dalam hal uang. Di zaman sekarang, mendapat air es membutuhkan penggunaan sihir, yang berarti harganya lebih dari satu koin perak. Tidak mungkin dia akan membiarkan pria ini membuatnya membayar lebih banyak.

Namun, yang mengejutkannya, pemilik restoran itu hanya menertawakan jawabannya. “Oh, air lemonnya gratis. Isi ulang juga gratis, tenang saja!”

Sekali lagi pemilik itu kembali ke dapur, memulai pekerjaannya sambil ditatap Sarah.

"Ada apa dengan tempat ini?" Sepertinya ini benar-benar dunia lain. Setelah memastikannya sekali lagi, dia meminum air dari cangkirnya.

Ini dingin dan lezat. Ada sedikit jus buah di dalamnya, memberikan rasa menyegarkan yang menyebar ke seluruh mulutnya. Setelah menghabiskan waktu berjam-jam melintasi tambang tua, minuman ini sudah cukup untuk menghidupkannya kembali. Tanpa dia sadari, semua tekanan di tubuhnya mulai menghilang. Mempertimbangkan harga gratisnya yang aneh, dia menelan air sambil melihat ke menu. Dia melihat semua jenis masakannya ditulis dalam bahasa Benua Timur... tetapi tidak ada yang dia kenali.

"Hm. Kurasa aku tahu apa yang harus kulakukan dengan daging sapi panggang ini, tapi aku tidak tahu apapun selain itu. "

Di sebelah nama setiap hidangan ada satu kalimat yang menjelaskan apa itu. Sejauh yang dia tahu, Benua Barat di seberang samudera memiliki banyak hidangan yang menggunakan nasi. Ada juga hidangan yang menggunakan remah roti yang goreng. Ini semua adalah makanan di luar pengetahuan Sarah.

"Jujur, aku tidak tahu harus memesan apa... Oh."

Mata Sarah tertuju kepada suatu menu tertentu saat dia mulai merasa bingung. Makanan harian spesial. Sepertinya, itu adalah hidangan yang berubah setiap hari, direkomendasikan oleh pemilik. Bahkan harganya dua koin perak lebih murah daripada yang lainnya.

Karena tertarik, Sarah memutuskan untuk memilih hidangan spesial. Karena bagaimanapun juga dia tidak yakin apa yang enak, dia pikir dia sebaiknya memilih makanan termurah di menu.

"Apa Anda siap memesan, nyonya?" pemilik bertanya.

"Ya. Aku memilih makanan harian spesial."

"Baiklah. Satu makanan harian spesial segera datang. Mohon tunggu sebentar,” jawab pemilik.

"Oh, maaf!" Sarah memanggil pemilik ketika dia kembali ke dapur.

"Ya?"

"Um, apa makanan spesialnya hari ini?" Sarah bukannya ingin mengetahui nama masakannya tetapi dia tetap bertanya.

"Um, coba kulihat... Hah hah, ini pasti takdir." Pemilik itu tertawa keras ketika dia melanjutkan untuk menjelaskan. “Ini daging cincang goreng tepung. Itu hidangan favorit William."

Pemilik kembali ke dapur, dan Sarah mendengar suara minyak mendesis sesaat kemudian. Dia mencoba menyusun semuanya.

Sepertinya ini benar-benar alasan kenapa William Gold menetap di sini saat tahun-tahun terakhirnya.

Setiap tujuh hari sekali... Sebuah restoran kecil yang mencurigakan yang hanya bisa didatangi pada "Hari Satur". Inilah yang dimaksud William. Memikirkan semua informasi yang ada untuknya, jelas bahwa tempat kecil ini adalah alasan kenapa William menetap di kota pertambangan tua ini.

Yang berarti makanan di sini harusnya lebih enak daripada daging mewah di ibukota, kan?

William menggunakan kekayaan yang diperolehnya dari petualangan dan bisnisnya untuk membangun rumah besar yang spektakuler di ibukota. Kota paling makmur dari seluruh Benua Timur, ibukota adalah tempat segala macam orang dan benda-benda berkumpul, termasuk restoran yang paling enak.

Sejauh yang Sarah tahu, di akhir kehidupannya, William dikenal di ibukota sebagai salah satu orang terkaya di antara mereka. Dia memiliki lebih dari cukup uang untuk membeli makanan enak jika dia mau. Namun terlepas dari semua itu, dia tetap memilih untuk tinggal di sini, di dekat restoran khusus ini. Satu-satunya kesimpulan yang bisa ditarik hanyalah makanan di sini ada di level yang lain.

Akhirnya, pemilik itu kembali ke Sarah dengan pesanannya.

"Maaf karena membuat Anda menunggu. Ini satu porsi daging cincang goreng tepung pesanan Anda."

Pemilik itu meletakkan beberapa hidangan berbeda di depan Sarah. Tatapan sekilas pada berbagai makanan yang disajikan di depannya menetapkan bahwa ini benar-benar Restoran dari Dunia Lain. Itu semua di luar pengalamannya selama ini.

Hidangan besar di depannya terdiri dari dua bola besar berwarna cokelat yang mendesis seukuran kepalan tangan orang dewasa. Di sebelahnya ada buah yang diiris menjadi empat bagian dan campuran sayuran kukus serta pasta dengan saus putih di atasnya. Di sisi lain ada setumpuk sayuran segar yang dipotong halus.

Piring di sebelahnya terdapat dua potong roti dengan sesuatu yang terlihat seperti mentega yang dibungkus dengan semacam kertas perak. Terakhir tapi tak kalah pentingnya ada semangkuk sup dengan bawang cincang dan daging asap yang mengambang di dalamnya.

Perut Sarah meraung. Dia belum makan sejak meninggalkan penginapan lebih awal hari itu. Wajahnya menjadi merah padam ketika pemilik restoran itu tersenyum dan tertawa.


"Isi ulang roti dan supnya gratis, jadi jangan sungkan. Panggil saja jika Anda ingin tambah! Oh, daging cincang goreng tepungnya akan lebih enak jika dicampur saus dan sedikit perasan lemon.”

Dia menunjuk botol saus porselen dengan tutup biru.

"Silahkan menikmati!"

Dan setelah itu, pemilik restoran kembali ke dapur, meninggalkan Sarah dan makanan yang harum di depannya.

“Apa?! Ini luar biasa!"

Sarah mencoba supnya lebih dulu, berpikir kalau dia terlalu berharap banyak. Sebaliknya, mulutnya dipenuhi dengan campuran rasa yang tak terduga. Manisnya oranie (bawang bombai di dunia lain) dikombinasikan dengan gurihnya daging adalah salah satunya. Namun, walau kelihatannya hanya ada dua hal di dalam sup, sebenarnya itu penuh dengan berbagai rasa sayuran dan daging. Berbagai rasa ini bercampur tanpa ada yang terlalu kuat, yang membuatnya terasa menyegarkan.

Dia meminum semuanya dalam sekali teguk.

Sup itu sendiri jauh di atas apa pun yang pernah dia makan di restoran lain sebelumnya.

"Astaga, ini sangat lembut!"

Selanjutnya adalah roti. Sarah nyaris tidak bisa menahan rasa terkejutnya akan betapa lembutnya roti itu. Bagaimana bisa? Itu hanya roti putih, tetapi jauh lebih lembut dari apa pun yang pernah dia makan di rumah. Hanya mengoleskan sedikit mentega dari bungkusan misterius berwarna perak sudah cukup untuk membuatnya terasa luar biasa. Rasa asin dari mentega cair yang dipadukan dengan tepung roti yang lembut dan manis menghasilkan rasa yang terbaik.

Itu hilang dalam sekejap mata.

"Permisi! Bisakah aku menambah roti dan sup?!” Sarah memanggil.

"Tentu, tunggu sebentar!"

Lalu, Sarah mengalihkan perhatiannya ke hidangan utama: benda misterius berwarna cokelat. Dia mengarahkan pisau dan garpu ke daging cincang goreng tepungnya.

Dia meneteskan air liur meskipun dihadapkan dengan makanan yang tidak terlihat lezat. Ini semua baru bagi Sarah, tetapi sejauh yang dia tahu, jika roti dan supnya seenak itu, hidangan utamanya pasti ada di level yang lain. Tidak mungkin itu tidak enak.

Entah kenapa, kewaspadaannya berubah menjadi harapan. Dia berhati-hati menggunakan pisaunya untuk memotong daging itu. Tepat saat pisau menyentuhnya, jus daging mulai mengalir keluar dari lubang cokelat yang terbakar. Setahunya, makanan itu terbuat dari daging cincang halus. Dengan sangat berharap, dia membawa garpu ke mulutnya.

"...Apa?"

Hanya itu yang bisa dia katakan. Itu enak sekali.

Jus daging yang melimpah tercampur dengan lapisan bertekstur ringan yang jenuh dengan minyak, saat mereka meledak dan mengalir keluar di mulutnya. Itu adalah serangan serentak dari daging yang dibumbui dengan keseimbangan yang tepat antara garam dan merica, menghasilkan rasa daging terbaik serta oranie yang tercampur dengannya.

Sepertinya Sarah diundang ke dunia baru yang penuh dengan kemungkinan.

"O-oh iya. Dia berkata ini akan enak jika dicampur perasan lemon dan saus."

Setelah menyantap salah satu dari dua daging cincang goreng tepung, Sarah mengingat perkataan pemilik itu dan dengan hati-hati memotong daging yang tersisa menjadi dua sebelum mengambil botol saus biru.

Dia dengan perlahan memiringkan lubangnya ke potongan daging itu, dan saus cokelat kental mengalir keluar. Saus gelap dan kental menutupi lapisan daging yang digoreng. Sarah kemudian mengambil lemon dan memeras jusnya ke dalam potongan daging. Daging itu menyerap cairannya dan melunak sedikit. Lagi, Sarah membawa daging ke mulutnya...

Yang terjadi selanjutnya adalah keheningan total. Jika ada waktu untuk berbicara, ada waktu untuk lebih menikmati rasanya.

Susunan rasa yang kompleks dalam saus ini diperkuat dengan rasa asam dari lemon. Tambahan elemen-elemen baru ke dalam potongan daging entah bagaimana membuat potongan pertama dia makan kekurangan sesuatu. Sesuatu yang kurang adalah rasa asam. Dengan menambahkan saus dan perasan lemon, buah yang tidak manis sama sekali, daging cincang goreng tepung telah berevolusi menjadi bentuk yang sempurna.

Daging dan lapisannya saja sudah lebih dari cukup untuk memuaskan rasa lapar seseorang. Hanya beberapa gigitan dan perasaan berat akan datang, memaksa untuk menghentikan makan malamnya. Di sinilah rasa asam datang, menyeimbangkan semua elemen ini bersama untuk membuat seseorang merasa segar.

Orang bisa makan ini selamanya. Pasti ini adalah makanan para dewa di alam surgawi.

Kemudian Sarah memesan daging cincang goreng tepung lagi. Terkadang dia meminta roti atau sup lebih banyak. Pemilik itu akhirnya menyarankan untuk menjepit daging di antara roti dan sayuran leafy (sebutan selada di dunia lain). Seperti harapannya, tekstur dan rasa dari potongan daging itu menyatu sempurna dengan roti dan selada. Yang dia lakukan hanyalah menyatukan makanan, namun, entah bagaimana, dia merasa makanan itu menjadi hidangan yang benar-benar baru.

Akhirnya, Sarah meletakkan garpu dan pisau di atas meja ketika dia mencapai batas yang bisa diterima perutnya.

"Wah... Itu luar biasa."

Dia mengeluarkan satu koin perak dan beberapa koin tembaga, menaruhnya di atas meja.

"Terima kasih banyak," kata pemilik itu. Setelah memeriksa pembayaran, dia memberikan tas kepada Sarah. "Oh, nyonya, maukah Anda menerima ini?"

"Apa itu?"

"Terima saja."

Pemilik itu teringat ketika salah satu pelanggan tetapnya masih hidup dan sehat, tersenyum sedih, dan menjelaskan isinya kepada Sarah. “Ini sandwich daging cincang goreng tepung. William selalu memesan itu bersama hidangan favoritnya. Karena Anda terlihat sangat menikmati makanan itu, aku memutuskan membuat salah satu makanan kesukaannya. Ini gratis, jadi silakan dibawa. Lebih bagus saat sudah dingin, tapi kusarankan segera memakannya saat ada waktu."

"Apa kau yakin?" dia bertanya, terkejut dengan tawaran pemilik restoran. Mengingat seberapa kenyang dirinya, dia tidak yakin bisa makan lagi. Sebenarnya, dia ingin mencicipi makanan yang luar biasa lagi setelah rasa kenyangnya berkurang. Ditambah, dia baru saja mengetahui betapa hebatnya sandwich ini. Jika dia tidak begitu kenyang, dia mungkin akan memakannya sekarang.

"Ya. Anggap saja ini dibayarkan William," katanya.

"Kalau begitu aku menerima tawaranmu." Sarah mengangguk pada pemilik restoran dan mengambil tas itu dari tangannya. Saus yang masih hangat memancarkan aroma yang dapat merangsang nafsu makannya meskipun perutnya penuh.

"Aku akan pergi. Selamat tinggal."

"Terima kasih sudah datang. Kami menyambut kunjungan Anda selanjutnya."

Setelah itu, Sarah berbalik ke arah pintu keluar. Dia membuka pintu, disambut dengan suara lonceng yang familiar, dan melihat keluar ke arah tambang tua.

"Oh, satu pertanyaan..."

Sarah berbalik ketika dia mendengar pemilik restoran di belakangnya.

"Bagaimana keadaan William...?"

“Kudengar dia pergi dengan damai. Kalaupun ada, dia sepertinya frustrasi karena dia tidak bisa datang ke sini lagi," jawabnya.

Dengan itu, pintu menutup di belakangnya dan menghilang, hanya menyisakan tambang yang tua dan sunyi.

"Harta karun terakhir pemburu harta karun legendaris..." Sarah merenung. Dia menatap dinding yang sekarang kosong di mana sebelumnya terdapat  pintu, memikirkan semua hal yang telah terjadi. "Aku mengerti sekarang. Harta tersembunyi milik William Gold yang benar-benar layak."

William semasa anak-anak. Sarah ingat pernah mendengar bahwa kakek buyutnya adalah seorang pecinta kuliner.

Sarah Gold, pemburu harta karun muda pemula dan nyonya muda dari organisasi pedagang besar, Firma Gold, bergegas pulang. Dia tidak sabar menunggu sampai Hari Satur berikutnya.
full-width