Penggalan : Natsuki Rem

(Penerjemah: Anickme)


1

Suara tangisan yang keras bergema di bawah langit biru yang cerah.

Itu adalah tangisan bayi perempuan. Dia menangis dari lubuk hatinya yang terdalam.

Memperlihatkan emosinya menggunakan seluruh tenaganya adalah keistimewaan dari bayi. Saat dia memeluk sentimen itu, dia terkejut, karena itu bukanlah pemikiran dari seorang pemuda.

"Jadi, inilah keinginan pemuda... Mungkin aku harus menangis seperti Spica dan kembali ke masa kanak-kanak yang polos?"

"Jika orang dewasa melakukan hal itu di tempat umum, tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu, paham?!"

Saat Subaru, yang merasakan beban di umurnya, mengeluh, anak lelaki di sampingnya pura-pura terlihat polos. Setelah pembicaraan itu, bayi di pelukan Subaru —anak perempuan bernama Spica— mengambil napas dalam-dalam dan berkata, “Aa—!!”

"Wah! Spica menangis! Hei, uh, Rigel, kaulah kakak laki-lakinya! Lakukan sesuatu!"

"Tidak bisa, kau sendiri juga tidak bisa melakukan apa-apa mengenai itu!"

Dua laki-laki di keluarga itu saling melemparkan tanggung jawab terhadap bayi tersebut.

Kegaduhannya menarik perhatian para pejalan kaki di sekitarnya, tapi ketika mereka melihat tiga orang yang membuat kegaduhan, mereka semua berpikir, Sama seperti biasa, dan tidak mempedulikannya. Sehingga, bayi perempuan yang menangis dan dua pengasuhnya tetap seperti itu.

Subaru, yang kebingungan di tengah-tengah hal yang berisik dan lucu itu, menutupi wajahnya dengan tangan.

"Kita memiliki seorang gadis kecil yang menangis seperti ini, dan tidak ada satu orang pun yang menawarkan bantuan... Sial, apa hati orang-orang sekeras batu?!"

“Ini bukan saatnya memikirkan dunia ini! Kalau terus begini, dia akan memarahi kita saat dia kembali...”

"Siapa yang pulang, Rigel?"

"Yah, itu sudah je—"

Anak laki-laki bernama Rigel memotong perkataannya karena terkejut ketika dia melihat dari balik bahunya. Subaru berkata, “Ohh” ketika dia mengikuti tatapan Rigel, mengangkat alisnya saat dia melihat sosok yang berdiri di belakangnya.

"Sudah selesai dengan belanjaanmu?"

"Ya, tidak ada masalah... Sepertinya sesuatu tidak berjalan baik untukmu."

"Yah, Spica sangat aktif. Yang satu ini akan tumbuh menjadi seseorang yang senang berpergian dan membuat pria mengelilinginya. Dia akan tumbuh menjadi iblis kecil sebelum kau menyadarinya. Seluruh hatiku berkobar. Aku tidak sabar!”

Saat Subaru berbicara, Spica, gadis yang dipegangnya, mengulurkan tangan kecilnya ke arah wanita yang berdiri di sebelah sana yang tidak lebih besar dari sehelai daun. Subaru sadar bahwa dia sepertinya berkata, Pindahkan aku.

"Yah, tentu saja, kita tidak bisa membuatnya menangis lagi. Dengan itu, aku akan menyerahkannya padamu.”

"Ya, serahkan dia padaku."

Meskipun nadanya tetap jengkel, Subaru menyerahkan bayi itu dengan sangat berhati-hati. Wanita itu tersenyum kecil saat dia mengambil Spica, memegangnya seperti harta yang berharga. Kemudian dia memeluk Spica di depan dadanya, dengan lembut mengayun-ayunkan tubuh bayi itu untuk membuatnya nyaman.

"Ya, Ayah dan Kakak tidak bisa, kan? Spica, kau harus segera tumbuh sehingga kau bisa memarahi mereka dengan benar.”

"Hei, dia belum bisa memahami perkataan orang, jadi bisakah kita tidak memberinya latihan khusus?"

Bayangan masa depan muncul di benaknya: kenakalannya yang dijepit oleh dia dan Spica, tangan di pinggulnya dikepalkan. Suasana itu, dengan kemarahan mereka baik kepadanya maupun Rigel, hanya—

“Er, sekarang kalau dipikir-pikir, itu tidak seburuk bayanganku, benar-benar tidak! Walaupun ada, itu hanya muncul sebagai ketakutan dari citra masa depan yang bahagia, bukan?”

"Jangan menyangkutkanku. Adik perempuan yang marah padaku membuatku terlihat buruk sebagai kakak laki-laki.”

"Yah, itu tidak akan terlihat buruk jika kau disamakan denganku. Masa depanmu... Aku bisa melihatnya, aku bisa melihatnya...! Terlalu lembut bagi adik perempuan yang sangat kau sukai, tunduklah kepadanya... kau akan menjadi Raja Siscon!!”

“Hei, kaulah yang terjebak di sekeliling wanita! Aku tidak akan pernah seperti itu!”

Subaru menggoyangkan jarinya untuk membuat kipas api; sebuah nadi menonjol keluar di dahi Rigel saat dia memprotesnya. Tetapi pernyataan Rigel membuat wanita berambut biru itu memegangi Spica dengan alisnya.

"Rigel—apa maksudnya berbicara seperti itu? Itu tidak bisa ditoleransi,” katanya.

"Eh, tapi, maksudku ..."

"Ibu benci mendengar kata tapi dan maksudku. Selain itu, kata-katamu yang sebelumnya salah.”

Saat Rigel diam dan komat-kamit, dia memarahinya tanpa ampun; lalu dia menekankan bibirnya ke pipi Spica dan berbicara.

“Ibu tidak memiliki Ayah yang dikelilingi wanita. Lagipula, Ayah selalu menjadi hal Nomor Satu bagi Ibu.”

Pipinya memerah saat dia mengucapkan sesuatu yang jauh lebih memalukan daripada seorang bayi yang menangis di tempat umum.

Kali ini, berhadapan dengan seorang ibu yang bisa mengatakan itu dengan keras, Rigel mengangkat kedua tangannya dengan menyerah. Bahkan Subaru hanya bisa menggaruk pipi dengan canggung.

Reaksi dari keluarga tercintanya membuatnya gembira seperti rambut panjangnya.

Hembusan angin melewati rambut Rem, biru dan cantik seperti langit, berayun lembut ditiup angin.

2

Di sudut Kota Banan, bagian dari Negara-Kota Kararagi, Subaru duduk di bangku di sudut taman umum yang penuh dengan lapangan bermain, tanpa sadar menatap ke dalam taman.

Tepat di depannya, ada Rigel, dengan rambut biru yang disisir ke belakang dan runcing, berlarian di sekitar taman umum, bermain dengan teman-temannya. Dia mungkin agak nakal kepada ayahnya, tapi dia adalah anak yang manis, seperti anak-anak seusianya.

"Kalau saja saat ini kita bisa melakukan sesuatu terhadap mata pembunuh berantai yang mengerikan itu..."

“Kami tidak akan melakukan hal semacam itu. Penampilan jahat itu adalah bagian dari Rigel. Tidak peduli seberapa menyenangkan dia, tidak peduli seberapa serunya dia, wajahnya tetap membuat seseorang ketakutan jika tidak mengenalnya—itulah Rigel kita.”

“Hei, aku bisa mendengarmu. Dan, Ma, usahamu untuk menolongku malah lebih melukaiku, tahu?!”

Rigel tertangkap dan membeku dalam permainan freeze tag—dikenai oleh Subaru— saat dia berbicara dengan marah. Subaru dan Rem melambaikan tangan pada putra mereka yang manis, seperti sepasang suami dan istri yang sedang mengipasi api.

Ekspresi kekecewaan yang meluap-luap di wajah Rigel membuatnya terlihat mirip Subaru saat masih muda.

“Dengan kata lain, aku dapat memperkirakan masa depannya akan seperti milikku. Aku juga akan kaget kalau aku jadi dia... Maksudku, dua puluh tahun lagi dia akan menjadi sepertiku."

"Kalau begitu... masa depan di mana dia menikahi seorang istri yang pemberani, jago memasak, dan mampu melakukan semua urusan rumah tangga, yang juga merupakan pengantin yang luar biasa dan ideal?"

"Hei, apa yang seorang sampah katakan? Tidak bisa langsung menyimpulkan seperti itu... Tunggu, kau menyamakanku denganmu!”

Saat Subaru meletakkan tangan di kepalanya dan menjulurkan lidahnya, Rem tertawa kecil.

"Jika kau tidak menyangkalnya, istrimu akan senang dengan pujian itu."

“Apa yang menyenangkan dalam pujianmu? Itulah kebenarannya. Aku benar-benar seorang yang menjual kehidupan.”

Jika Subaru benar-benar berusaha membunuhnya dengan pujian, dia akan bergerak lebih jauh. Tetapi mereka berada di taman umum pada siang hari. Jika dia mulai mengatakan hal-hal manis padanya, obrolan kosong di sekitar mereka akan menenggelamkan segalanya. Itu bukan hal yang buruk, tetapi dia ingin menikmati waktu itu sepenuhnya.

Putranya sedang bermain; istrinya dengan lembut menggendong bayi perempuan mereka. Subaru merasa seperti tertidur di samping mereka. Duduk di sampingnya membuat Subaru mengantuk.

"Er..."

"Jika kau ingin tidur, aku akan meminjamkanmu pundakku. Bagaimanapun juga, Spica telah memonopoli lenganku.”

Ketika dia membuka satu matanya, dia menyadari kepalanya telah beristirahat di bahu Rem saat mereka duduk bersebelahan. Karena Rem yang begitu dekat, dia bisa mencium aroma manisnya dan merasakan kehangatannya. Pipi Subaru mengendur saat dia melihat ke arah Spica.

Dia berambut hitam seperti ayahnya dan berwajah seperti ibunya yang manis. Hidupnya polos, lemah, dan sangat indah.

"Sialan kau, Spica. Kau mungkin putri tercinta kami, kau adalah ahli siasat yang menakutkan, yang mengambil alih tanah suciku seperti itu.”

"Dadaku dipakai sampai malam, jadi bersabarlah."

"Saat ini, kita berada di taman saat tengah hari, jadi sebaiknya kita perhatikan apa yang kita katakan, tahu..."

Ketika mata Subaru melawan pernyataan berani itu, wanita yang mengatakan itu menjadi sedikit memerah.

"Bung, keluargaku sangat menggemaskan."

"Karena kau mencintai mereka semua setiap hari."

Mereka yang saling memandang membuatnya terasa lucu, jadi Subaru menerima tawaran Rem dan meletakkan kepala di bahunya. Sensasi dari rambut biru yang mengenainya terasa sangat baik, membuat Subaru mengusap wajahnya tanpa berpikir.

"Seseorang ingin digelitiki."

“Ah, maaf, rasanya enak sekali. Aku hanya belajar dari Spica dan menirukannya. Rigel dapat menjadi satu-satunya orang yang tidak bisa tenang. Wow, Rigel adalah anak kecil!”

“Aku bisa mendengarmu, ayah bodoh! Jangan membandingkanku denganmu!"

"Rigel, adikmu sedang tidur, tenanglah."

"Itu tidak adil!"

Rigel yang masih membeku meneriaki kemustahilan itu, tapi tak ada seorang pun di keluarganya yang mendukungnya. Menambah penderitaannya, tidak ada yang datang untuk menyelamatkan Rigel dari kondisinya. Dia dalam posisi yang cukup terisolasi.

Meskipun dia mirip Subaru dalam penampilan dan tingkah laku, anak-anak di sekitarnya tidak mengejeknya, yang menurut Subaru itu sangat baik, tetapi...

"Kau tidak bisa seperti itu, Spica! Cukup Kakak yang seperti itu. Yah, kau mirip Ibu, jadi masa depanmu cerah. Aku hanya berdoa agar kau tidak ditangkap oleh orang yang tidak baik sepertiku. ”

“Tidak ada yang dapat menggantikamu. Sayangku adalah yang terhebat di seluruh dunia.”

Subaru tersenyum kuat pada persetujuan Rem. Keheningan menyelimuti mereka sementara waktu; tapi ini sama sekali bukan keheningan yang tidak nyaman. Dengan sinar matahari di belakang mereka, dia menatap putranya yang diejek oleh teman-temannya dengan sedih saat dia bersandar pada istrinya, memegangi putri mereka di lengannya, dan beristirahat—itu adalah waktu yang manis dan bahagia.

"—Subaru."

Panggilan yang tiba-tiba itu membuat Subaru membuka matanya yang tertutup. Ketika dia melirik ke atas, mata Rem yang bersih, berwarna biru muda menatap matanya. Mata berairnya melonggarkan lidah Subaru.

“...Sudah lama sejak kau memanggilku seperti itu. Hanya ada 'sayang' dan 'Ayah'. "

"—"

Kata-kata yang diucapkan Subaru saat bangun tidur membuat Rem mengerutkan bibirnya yang bergetar.

Dia melihat wajah yang sering diperlihatkan Rem beberapa tahun lalu, tepat setelah mereka melarikan diri. Subaru bisa tahu bahkan ketika Rem mencoba menyembunyikannya. Lagipula, dia selalu menatapnya.

Dimandikan oleh angin, Subaru menyipitkan matanya. Rem yang mengajaknya untuk tamasya keluarga hari itu. Dia menduga bahwa dia punya alasan untuk itu. Lagipula—

"Hari ini...sudah delapan tahun sejak hari itu, ya?"

"...Kau sadar?"

"Yah, bagiku...tidak, bagi kita, pada hari itulah segalanya berubah, kan? Bukannya aku tidak sadar atau ingat, ini karena aku tidak bisa melupakan—tidak mungkin aku melupakan.”

Itu adalah hari dimana dia menyerah, hari dimana dia membuang segalanya dan melarikan diri bersama Rem.

Itu adalah hari ketika dia bermaksud untuk menyerahkan segalanya, tetapi ada satu hal yang belum dapat dia serahkan.

Pada hari itu dia mendapatkan cintanya—dan Subaru yang duduk di sana ada berkat itu.

"Subaru, apakah kau...?"

Rem secara sadar berhenti memanggilnya dengan nama yang dikenalnya sejak mereka melarikan diri ke Kararagi. Tidak diragukan lagi ini adalah peringatan di mana dia meninggalkan kehidupan lama mereka.

Selama itu, Subaru tidak memintanya untuk mengungkapkan maksud sebenarnya di baliknya, dan Rem juga tidak memberi tahu Subaru. Adapun apa yang membuatnya melakukan peringatan setelah begitu lama, itu adalah—

"…menyesal?"

"Menyesal?"

"Ya, kau melarikan diri. Kau menyerah. Kau membuang segalanya. Kau—"

"Jika kau mau berbicara, pilih aku, aku akan sangat marah. Aku akan membawa Rigel dan Spica kembali ke rumah sekarang! Ah, yah, aku akan meninggalkan Rigel di sini.”

Dia melihat Rigel yang menatapnya dengan tajam, tetapi Subaru tetap berbicara—"Aku dan Ibu sedang berdiskusi penting"—membuang kekhawatiran putranya ke dalam jurang maut. "Sekarang lihat ke sini," katanya, berbalik kembali ke Rem ketika dia berbicara. "Itu pertanyaan yang cukup tiba-tiba setelah delapan tahun, dan aku tidak yakin berapa lusinan atau ratusan kali mengatakan ini akan membantu, tapi ..."

"Ya."

“Aku sangat mencintaimu lebih dari apapun di seluruh dunia. Kau satu-satunya wanita untukku, dan aku satu-satunya pria untukmu. Kau bukan wanita murahan...pria sepertiku tidak menyukai seseorang sepertimu.”

Ketika mereka saling memandang, ujung jari Subaru menyentil pelan di dahi Rem. Kemudian dia mendekat ke wajah gadis yang terkejut itu dan berbicara.

“Sepertinya aku bersumpah hari itu. Aku menjadi milikmu. Aku akan melakukan apapun untukmu. Aku akan memberikan apa pun kepadamu. Aku hanya hidup untukmu— Yah, saat ini aku harus menambahkan anak-anak kita.”

Saat mata Rem tertutup, dia mengerutkan hidungnya dan mencuri ciuman dari bibirnya.

Sebuah senyuman menghampiri Subaru hanya dari sentuhan bibir mereka dan cukup dekat untuk merasakan napasnya. Tidak peduli berapa tahun telah berlalu, kekanak-kanakannya masih tetap sama.

"Tidak bisakah kau berhenti khawatir sekarang?"

"…Aku minta maaf. Aku selalu khawatir. Maksudku, aku semakin mencintaimu, Subaru. Meskipun aku terus berpikir...tidak akan pernah ada waktu yang lebih bahagia dari ini ... aku sangat bahagia dan lebih. Aku suka, aku bahagia, dan karenanya aku khawatir.”

Air mata muncul di mata Rem. Dia menggelengkan kepalanya sedikit, bahkan saat dia menyatakan kebahagiaannya. Setelah menggelengkan kepalanya, dia menyentuhkan pipinya ke pipi Subaru, membiarkan kehangatan saling mengalir di antara mereka saat dia berbicara.

"Aku khawatir kau akan pergi, dan aku tidak akan bisa menyentuhmu seperti ini lagi."

"Santai. Aku tidak akan meninggalkanmu dan aku tidak akan pergi. Selama kau mencintaiku, aku tidak pernah pergi darimu. ”

"Cintaku padamu tidak akan pernah habis, Subaru—"

"Kalau begitu, kita akan bersama selamanya. Aku mencintaimu, Rem. "

Rem tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan perasaannya saat Subaru menciumnya lagi.

Terdiam karena terkejut, dia tenggelam jauh ketika lidah panas mereka terjalin sekali lagi. Ketika dia merasakan lidahnya pergi, menikmati sensasi air liur di gigi depannya, napasnya sedikit tak beraturan ketika Subaru melanjutkan, “Jangan membuatku mengatakan hal-hal bodoh seperti mungkin aku yang memilihmu sejak awal. Jadi bagaimana? Dari pada cinta untuk Rigel dan Spica apa aku harus mengasihani mereka? Spica adalah kristalisasi dari cinta kita semua sesuai rencana, dan Rigel adalah anak yang lahir dari masa muda kita dan cinta membara yang berjalan liar. ”

"...Itu adalah waktu ketika Rigel lahir."

Ketika Subaru meletakkan tangannya di pinggulnya dan menasihatinya, Rem tersenyum lembut ketika dia melihat ke arahnya, mengingat masa lalunya.

"Meskipun kita harus menemukan rumah dan pekerjaan di Kararagi dan mengatur kehidupan yang tenang dan stabil..."

"Yah, um, hei, kita masih muda, jadi kita tidak bisa diam saja."

"Dan meskipun kau lelah dari bekerja, kau menjadi sangat energik di malam hari, Subaru."

"Eh, um, hei, ketika kau muda kau punya energi untuk cadangan, kan?"

"Aku hamil hampir bersamaan dengan mendapatkan pekerjaan penuh, jadi aku cukup lelah pada saat itu..."

"Seorang pria benar-benar tidak suka mengakui kesalahan masa mudanya ..."

Subaru merasakan serangan balik yang kuat dari Rem ketika dia memandang ke kejauhan dan bergumam. Di sisi lain, Rigel meringis diperlakukan seperti kesalahan Subaru, tetapi dia tampaknya membaca suasananya dan menahan diri untuk tidak mengganggu. Tidak buruk untuk putranya.

“Yah, um, aku juga senang. Ketika kau memberi tahuku, pada awalnya hanya sedikit darah yang menetes dari hidungku, dan kemudian ketika aku mencoba untuk memeriksa apakah itu mimpi atau bukan, itu sebenarnya berdarah setelah kau memukulku..."

Rem juga agak marah, jadi pukulan kuat yang diterimanya membuatnya menabrak dinding dengan kekuatan yang cukup untuk membuat tempat tinggal sementara mereka miring. Sudah cukup buruk dia menghindari kemungkinan untuk mengalami Bangkit dari Kematian sekali lagi setelah hiatus panjang.

Bagaimanapun, Subaru dapat mengingat setiap detail ketika Rem memberitahunya tentang kehamilannya, termasuk perasaan hangat yang mengalir di dadanya pada saat itu...

Namun, Rem menanggapi kata-kata Subaru dengan menggelengkan kepalanya.

"Kau salah. Kebahagiaanku kemungkinan kebahagiaan yang berbeda dari kebahagiaanmu. Apa yang aku pikirkan tentang kebahagiaan adalah... kebahagiaan di mana aku tidak harus kehilanganmu, Subaru."

"—"

“Rigel adalah ikatan nyata yang lahir antara Subaru dan Rem. Ini mungkin kurang sopan, tetapi seorang anak yang lahir di antara kita dengan tegas mengikatmu padaku sehingga aku tidak akan pernah meninggalkan sisimu... Itu membuat aku bahagia."

Mungkin dia telah condong kepadanya sejak hari-hari ketidakpastian.

Dia telah membuang segalanya sampai titik itu, mereka berdua melarikan diri ke tanah baru tanpa apapun kecuali satu sama lain. Kembali pada masa itu, dengan tidak ada apapun kecuali satu sama lain, Rem selalu terguncang oleh ketakutan irasional bahwa suatu hari nanti dia akan kehilangan Subaru lagi.

Karena Rem kurang percaya, Subaru telah bertemu lawannya.

Bagi Rem, nilainya jauh lebih dari sekadar penilaian minimal tentang dirinya sendiri, kehidupannya dengan Subaru adalah salah satu kebahagiaan dan kecemasan maksimal, memelihara keberuntungan dan ketakutan sebagai dua sisi dari mata uang yang sama.

Dan itu adalah kehidupan baru di antara mereka yang menjadi penanda untuk mengakhiri waktu itu.

"Kau tidak percaya?"

"Tidak. Aku percaya kau lebih dari apapun di seluruh dunia ini, Subaru."

"Tidak. Maksudnya bukan mempercayaiku... Maksudku, kau tidak percaya pada dirimu sendiri?"

Kata-kata Subaru menarik napas kecil dari Rem; lalu dia mengangguk ke arahnya. Di dalam dirinya, Subaru tampak sangat besar. Rem, mengira dia sangat kecil, pasti merasa cemas karena itu.

Cukup untuk tidak menyadari bahwa Subaru telah menyembunyikan kekhawatiran yang sama selama itu.

Subaru hanya tersenyum sedih melihat betapa mereka sangat menghina diri sendiri, suami dan istri. Pemandangan itu membuat pipi Rem mengembang.

"Tidak apa-apa. Aku bodoh. Kau tidak bisa disalahkan karena tertawa...,” katanya.

"Tidak, tidak. Aku hanya berpikir bahwa kepribadian kita adalah pasangan yang sempurna, itu dan ya, istriku benar-benar terlucu sedunia.”

Untuk sesaat, pengakuan mengejutkan itu membuat Rem berkedip dan pipinya memerah. Dada Subaru terasa hangat saat meresponnya; dia berhasil membuat Rem benar-benar merasakan cintanya padanya.

Dia menyukai, dan mencintai, Rem lebih dari apapun di seluruh dunia. Dia mampu berteriak dengan suara keras. Bahkan, dari waktu ke waktu, dia melakukan hal itu. Itu membuat mereka terkenal secara lokal sebagai suami dan istri yang sangat bersemangat.

"—Rigel, Spica."

"Mm?"

Tiba-tiba, Rem mengucapkan nama kedua anak mereka yang manis. Ketika Subaru memiringkan kepalanya, Rem berkata, "Bukan apa-apa," menatap Subaru dengan mata yang melihat ke atas.

"Keduanya nama bintang, kan? Bintang di tanah kelahiranmu, Subaru?"

"Ya. Ayahku pada dasarnya memiliki selera yang buruk, tetapi aku langsung mengaguminya karena menamaiku Subaru. Aku suka nama ini. Subaru adalah nama bintang, ya.”

Saat, selama di SD, dia mengangkat topik tentang asal usul namanya, Subaru tahu bahwa dia dinamai dengan nama gugus bintang di langit malam. Subaru sejak dulu tertarik pada buku bergambar tentang bintang. Jadi dia tahu banyak nama bintang, dan saat dia menamai sesuatu—

“Aku selalu mengambil nama dari bintang. Aku menggunakan nama bintang untuk inisialku di internet, dan jika aku menggunakan nama lain biasanya mengambil nama dari bintang. Jadi, bahkan dalam pengertian itu, nama-nama ini benar-benar bersinar!!”

"Aku tidak yakin apa yang kau maksud dengan itu, tapi aku pikir nama bintang itu indah. Jika anak ketiga lahir, aku yakin itu akan sama."

“Bukankah ini terlalu cepat jika membicarakan tentang yang ketiga? Spica masih bayi.”

“Kupikir aku bisa meninggalkan segalanya kecuali menyusui untuk Rigel. Kenapa kau pikir aku tidak ingin memiliki anak lagi sampai dia bertambah besar?"

"Sulit untuk memperhatikannya, tapi kau juga cukup keras pada Rigel, kan, Rem?!"

Subaru tersenyum keras pada perlakuan rutin Rem terhadap putra mereka ketika dia bangkit dari bangku, menggaruk punggungnya. Kemudian, ketika Rem menatapnya, dia mengulurkan tangan ke arahnya.

"Mari kita kembali. Seorang pria bisa menggoda orang lain hanya melalui mata, paham,” katanya.

"Kurasa begitu. Saat ini, aku merasa seperti kau ingin menggodaku dengan seluruh kekuatanmu dengan cara yang belum pernah kau lakukan sebentar lagi.”

"Oh ya. Saat ini, libidoku mungkin cukup untuk mengimbangi kekuatan iblis...”

Dengan gumaman gugup itu, dia menggunakan tangan yang Rem pegang untuk menariknya ke pelukannya. "Wah!" Serunya yang kaget ketika Subaru memeluknya, Spica dan semua, dengan cekatan menyampaikan kehangatannya kepada keluarganya.

"Yah, mari kita kembali,—ke rumah kita."

"Ya, Sayang."

Subaru berjalan maju, satu keranjang bahan makanan di satu tangan, tangan Rem di tangan yang lain, bersama Rem, yang membawa Spica, meringkuk di hadapannya ketika dia mengikuti setengah langkah di belakang.

Begitulah cara mereka berjalan mendekati putra mereka yang masih membeku di tengah taman umum.

"Hei, Nak, masih terjebak di WinterFest sendirian? Ini berjalan sangat lambat bahkan untuk permainan freeze tag, dan aku bosan, jadi Ibu dan aku membawa pulang adikmu. Kau bisa menginap di rumah teman malam ini. ”

“Itu benar-benar membuangku, sial! Dan ini setelah orang tuaku bermesraan di taman umum pada siang hari.”

"Kau membeku? Maaf, Rigel. Rem adalah milikku."

"Diam!"

Subaru mengipasi kobaran api, menarik teriakan marah dari Rigel, tapi dia hanya sebentar mengerjai putranya. Dia segera mengambil napas dalam-dalam dan berbicara. “Tenang, tenang. Jangan biarkan Ayah melemparkanmu kemana-mana. Tenang, aku tenang... OK, aku sudah tenang. Jadi apa yang kau dan ibu bicarakan?”

"Dari mana namamu berasal. Kalau dipikir-pikir, kupikir Vega adalah kandidat pertama untuk namamu. ”

“Kedengarannya kuat! Kenapa kau membuangnya?"

“Yah, ketika aku memikirkan latar belakang aslinya, rasanya cukup kasar untuk sebuah nama. Tidak mungkin aku membesarkan seorang putra yang hanya bisa bertemu kekasihnya setahun sekali. Kekasih itu penting... terutama pengantinku, yang paling lucu dari semuanya. ”

"Ya, aku Rem milik Subaru."

"Bisakah kau berhenti menggunakan topik tentang aku untuk bertingkah seperti itu?!"

Hubugan pernikahan orangtuanya yang manis mendorong Rigel untuk menendang tanah saat dia melampiaskannya.

Anak-anak lain yang bermain freeze tag melihat gerakan Rigel.

"Aah, Rigel bergerak! Kau tidak bisa melanggar aturan permainan freeze tag!”

"Geh!"

Anak-anak yang melupakan Rigel pada saat itu menghujaninya dengan tuduhan melanggar aturan. Ketika Rigel membeku, tenggorokannya menegang, Subaru menepuk pundaknya.

“Orang yang melanggar peraturan permainan freeze tag harus dihukum. Kau harus menghadapi neraka yang digelitiki oleh iblis sampai kau tidak dapat tertawa atau menangis— Kuatlah.”

"Jangan membuat aturan seenaknya... Hei, apa yang kalian pikirkan tentangmu...! Tunggu sebentar! Jangan menerima apa yang dia katakan begitu saja! Wa, uwaaa—!! ”

Rigel mati-matian lari ketika berbagai anak mendekatinya. Namun, mereka menghalanginya. Mereka terus menekan Rigel ke tanah ketika beberapa jari mendekat ...

"Sampai jumpa, anakku. Ayah dan Ibu memiliki sesuatu yang sangat penting untuk dibahas, jadi jangan berani-berani kembali sampai malam hari. Juga, penggunaan tandukmu dilarang. Dan pastikan kau tidak merobek pakaianmu."

"K-Kalian orang tua yang tak berperasaan, aku akan mengingat ini—!"

Jari mendesak Rigel dari segala arah, bermain-main dengannya sesuka hati; suaranya yang tertawa bergema di taman umum seperti teriakan minta tolong. Tawa kakak laki-lakinya membuat Spica berkata, “Kya-kya,” tertawa dengan gembira.

Subaru merasakan prospek yang baik di masa depan. Mungkin pertumbuhan Spica akan semakin memperkuat posisi Rigel di keluarga Natsuki.

Setelah memperlihatkan cintanya yang tak terbatas pada putra tercinta mereka dengan sedikit mengubah hidungnya, Subaru berjalan, mengandeng tangan Rem.

Dan dia menuju ke rumahnya sendiri, tempat di mana dia tinggal bersama keluarganya yang berharga dalam ketenangan dan kebahagiaan—

"Subaru."

"Mm?"

Ketika dia tiba-tiba merasakan lengannya ditarik, Subaru berhenti dan melihat ke belakang.

Saat itu juga, embusan angin yang kuat bertiup di antara Subaru dan Rem. Dia tanpa sadar menutup matanya, perlahan-lahan membukanya lagi ketika angin mulai pelan.

Rambut panjang Rem yang biru berkibar ditiup angin, berkilauan seolah membuat sinar matahari mencair.

Rem telah memanjangkan rambutnya. Subaru saat ini entah bagaimana mengerti bahwa ini adalah karena persaingannya dengan seseorang. Dan begitu pula dia mengerti bahwa ketika dia memikirkan seorang wanita dengan rambut panjang, gambar pertama yang muncul di benaknya adalah gambar di depan matanya: bahwa gadis yang paling berharga baginya dari seluruh dunia yang luas.

Rambut panjang itu diam-diam mengalir ketika Rem tersenyum pada Subaru, merangkul putri mereka yang tercinta di lengannya.

Bagi Subaru, senyum penuh kasih itu adalah hal terindah dari semuanya.

"Saat ini, aku...wanita paling bahagia di dunia."

full-width