Order 1: Barista Menembak Proyektil Gula Batu

(Penerjemah: Anickme)


"Namun, cokelatmu adalah sesuatu yang hampir tidak ada peningkatan," kata seorang gadis yang terlihat kekanak-kanakan dengan kerutan di wajahnya setelah dia meminum secangkir coklat.

Dia mungkin sekitar tiga belas tahun. Rambut hitamnya yang sangat panjangnya tidak hanya mencapai pinggang tapi sampai ke lututnya. Mata almondnya yang berwarna merah tua dan menyihir. Dia mungkin dua atau tiga tahun lebih muda dari Toushirou; walau dia memakai lipstik dan mengenakan gaun merah gelap yang mirip seperti seseorang dari gologan atas.

Nama gadis muda itu adalah Ageha.

Sulit untuk membayangkan kalau dia adalah seorang gadis muda yang terlihat dalam usia sebenarnya, dan Toushirou tidak tahu siapa dia sebenarnya.

"Ageha-san, kita sebenarnya ada di sebuah bar, kau tahu?" jawab Toushirou sambil menghela napas yang dengan tenang membersihkan cangkir.

Dia memiliki rambut hitam lurus dan bermata coklat dengan sedikit warna biru. Dia memakai seragam barista; rompi berkelas dibalik kemeja dan dasinya, dan di dadanya terdapat lencana bercabang tiga—tanda dari Strada terukir di atasnya. Meskipun dia berusaha untuk tegas, dia terlihat seperti orang yang terlalu cemas.

Ini adalah bagian dalam dari sebuah bar, "Strada"

Lonceng kuning tergantung di pintu berwarna amber, dan akan berbunyi setiap kali seseorang berjalan pada lantai kayu oak hitam. Di dalam toko yang tenang ini, di mana musik pun tidak dimainkan, hanya bersandar dan mendengarkan suara kecil mungkin merupakan suatu bentuk hiburan tersendiri.

Barang antik terlihat dalam rak yang digantung di dinding, dan di dalam toko terdapat enam pasang kursi-meja dan empat meja counter. Meskipun benar jika berkata kalau toko itu luas, semuanya dengan teliti menjaganya tetap bersih dan seseorang bisa berkata kalau itu kecil, ini adalah toko yang memiliki nilai suasana yang sederhana.

Tiga siphon yang ada di meja counter jarang mengandung alkohol di dalamnya, namun.

Setelah mendengar perkataan Toushirou, senyum jahat merayap ke wajah Ageha.

"Oh ho. Aku ingin tahu apa tidak masalah bagimu untuk berbicara dengan satu-satunya pelanggan tetapmu seperti itu."

Berlawanan dengan interiur mewahnya, toko itu mendapatkan sangat sedikit pelanggan dan di dalam toko, selain Toushirou yang seorang barista, hanya Ageha satu-satunya orang di sana.

Toushirou menjawab sambil menghela napas.

"Ya ya. Alasan toko kita dapat buka semua berkatmu, Ageha-san."

"Ini bukan sesuatu yang terlihat menyedihkan. Meskipun cokelat di sini tidak terlalu enak, aku suka sensasi dari cangkir yang kau miliki."

Mungkin karena ukuran toko ini kecil, sehingga cangkir ada dalam berbagai jenis. Dalam hal itu, Ageha menggunakan satu-satunya yang tersisa, dan itu menjadi cangkir pribadinya.

Bermain-main dengan cangkir kosong, Ageha menunduk ke arah apa yang terlihat seperti sebuah buku yang penuh gambar dari pemandangan di suatu tempat. Di bawah gambarnya terlihat ada penjelasan yang rinci.

"Ageha-san, apa yang kau baca sekarang?"

"Hehe. Ini koleksi foto yang diambil di Tokyo Ikai."

"Ehhh. Mereka diambil dengan baik."

Saat Toushirou melihatnya, ada banyak gambar pemandangan yang segera dia kenali.

"Apakah toko kita ada di sana?"

"Nggak. Sepertinya tidak ada."

"Oh. Aku paham."

Perhatian Toushirou segera memudar.

Tersenyum kecut dengan reaksinya, Ageha menutup buku itu dan memperlihatkannya sampul depannya. Judulnya adalah "Koleksi Foto di Tokyo Ikai", dan di bawahnya ada nama penulis. Meskipun tertulis sebagai Tanaka Yoshirou, Toushirou tidak memiliki keyakinan untuk tetap mengingatnya di kemudian hari. Itu mungkin sesuatu yang menurutnya tidak penting.

"Yah, gambar-gambar yang cukup standar, meskipun komentar reporternya sangat bagus."

"Dalam hal apa?"

"Tarian pembakar semangat dalam malam di Dunia Lain. Pengguna sihir hidup kembali di masa sekarang." Hal yang menyedihkan adalah sepertinya dia tidak diberkati dengan bakat sastra sedikitpun.

Yah, dia tidak dapat menyangkal fakta kalau hal itu adalah sensasional setingkat tabloid.

—Meskipun seseorang juga akan bertanya-tanya tentang orang yang melihat sesuatu seperti ini dan menyebut hal itu bagus.

Toushirou tersenyum kecut dan Ageha mengetuk jarinya di atas meja.

"Toushirou. Cokelatnya kering. Hari ini terasa dingin. Setidaknya lakukanlah lebih sungguh-sungguh di kemudian hari."

Sekarang bukanlah sedingin di mana salju akan turun, tapi sekarang sudah Desember. Bahkan orang-orang yang berjalan di sepanjang jalan utama memakai pakaian penghangat yang tebal. Bukannya seolah-olah dia tidak paham kalau dia ingin menghangatkan diri dengan secangkir cokelat panas.

Meski begitu, Toushirou hanya bisa menghela napas.

"Sesekali memesan kopi itu sebenarnya baik namun....."

Meskipun benar kalau ada sesuatu seperti cokelat dan teh merah di menu, mereka tidak lebih dari sekedar menu sampingan.

Ageha tertawa dengan ketidaksetujuannya.

"Kau, bahkan jika itu adalah menu sampingan kau harus tetap membuatnya dengan rasa terbaik. Bukankah ini adalah sesuatu yang dipelajari pertama kali?"

"Jika kau akan berkata begitu, bagaimana jika meminta pemiliknya untuk melakukannya dan bukannya pelayan toko sepertiku?"

"Cokelat Shuuya? Apa kau menyuruhku untuk pergi dan mati?"

"Apa orang itu membuatnya benar-benar buruk?"

"Lebih seperti seseorang membuat gula menjadi tar. Itu bukanlah sesuatu yang bisa ditangani sistem pencernaan manusia."

Saat Toushirou dipenuhi kekagetan, Ageha memeluk bahunya dan menggigil.

Seolah-olah dia kebetulan mendengar percakapan, seorang pemuda menunjukkan wajahnya dari balik meja counter. Di balik meja counter yang mengarah ke pantry dan ruangan staf.

"Apa ada seseorang yang memanggilku?"

Dia berusia sekitar dua puluh tahun. Rambutnya tidak rapi dan memakai kemeja yang lecek. Kerahnya tidak dikancingkan dan janggutnya berantakan. Walau dia memakai seragam yang sama, entah kenapa dia terlihat sangat ceroboh. Meskipun berpakaian seperti ini, dia adalah pemilik bar.

Melihat wajah pemuda itu, dia mengangkat suara sedihnya.

"Dengar Shuuya. Aku mencoba mengakali tenggorokanku dengan cokelat amatir Toushirou dan dia berani memberitahuku untuk meminum buatanmu."

"Oi Toushirou, kau mencoba untuk menutup toko kita? Kau tahu, bahkan di dunia ini, ada hal-hal yang harus dan tidak harus di—ADUH."

Segera setelah Toushirou melihat Shuuya membuat wajah serius—sesuatu yang jarang dilakukannya, Toushirou memukul belakang kepalanya dengan nampan stainless steel.

"Keluhan yang entah bagaimana sedang diajukan terhadapku karena cokelatmu menjijikkan paham!"

"Menjijikkan ya menjijikkan. Apa boleh buat. Aku tidak bisa mengerti apa yang asisten akan lakukan di depan pelanggan."

"Apa kau tidak punya keinginan untuk memperbaiki diri dengan lama?"

"Jika kau tidak senang dengan tidak ada peningkatan, bagaimana kalau kau mulai menaruh lebih upa—Oww."

"Inilah sebabnya kenapa kita tidak memiliki pelanggan."

Setelah memukul kepala Shuuya, Toushirou dengan lembut mengusap nampan seolah-olah dia kasihan dengannya.

—Sial. Karena memukul kepala idiot itu, sekarang ini membengkok.

Mengapa dia bekerja di tempat seperti itu?

Sudah tiga tahun sejak Toushirou mulai bekerja di toko itu. Jumlah pelanggan yang sangat sedikit, perkataan buruk Ageha, dan Shuuya, orang dewasa yang tidak berguna adalah semua bagian dari pemandangan yang tidak pernah berubah.

Pemandangan tentang itu tiba-tiba akan hancur.

"BANG!" yang bergema dan jendela kaca hancur.

"Uwahhh, apa yang terjadi, apa yang terjadi?"

Shuuya menjerit dan bersembunyi di bawah meja counter. Toushirou memberanikan dirinya, menggunakan nampan sebagai perisai, dan mengenai Ageha, dia sedang menutupi cangkir favoritnya dengan kedua tangannya, berusaha melindunginya.

Melihat ke atas, Toushirou lebih terkejut lagi.

Di dinding toko yang menghadap ke jalan, ada lubang yang cukup besar untuk dapat dilewati seseorang dengan mudah.

Kejadian bencana itu bisa saja dibuat dengan sangat baik karena mobil yang menabrak toko, tapi sayangnya, tidak ada hal semacam itu yang terlihat. Angin dingin dari luar tertiup ke dalam toko tanpa ampun, mengingatkan mereka dengan kenyataan yang telah terjadi.

"To, tokoku......"

Bergumam, Shuuya benar-benar shock setelah melihat apa yang ada di depannya. Sebelum Toushirou bisa mengasihaninya, saat ini, ada sesosok bayangan yang melompat melalui lubang ke dalam toko. Sosok itu adalah seorang gadis muda yang terlihat seperti malaikat putih.

"Eh—"

Pada awalnya, Toushirou pikir dia memiliki sayap.

Tapi itu adalah sesuatu yang lain.

Apa yang dia pikir sayap sebenarnya adalah rambut panjangnya. Putih, setipis sutra, dan sangat indah.

Dia hanya sedikit lebih besar dari Ageha dan mengenakan jaket pria yang terlalu besar yang tidak cocok untuknya.

Gadis muda yang lompat ke toko itu jatuh ke lantai dengan meringkukkan tubuhnya sehingga kepalanya terlindungi, dan dia berguling sekali di lantai sebelum berdiri. Lalu dia langsung menendang meja yang ada di sampingnya dan bersembunyi. Barang-barang seperti menu dan sebotol gula batu yang berada di atas meja semua tercecer di seluruh lantai.

Dan di sana, gadis muda itu mendongak seolah dia akhirnya melihat Toushirou.

Gadis muda itu terluka. Pakaiannya robek, dan kulit putihnya berlumuran darah. Napasnya berat, dan dia langsung tahu dengan sekilas bahwa dia melarikan diri dari sesuatu.

Dia bisa melihat bahwa mata gadis yang terluka itu gemetar, seperti dia sangat membutuhkan bantuan.

Mata birunya begitu dalam sehingga seseorang akan hampir terjebak dalam mereka, dan bibir pink indahnya seperti buah yang matang. Rambut berwarna saljunya sangat panjang sampai menutupi pinggangnya, dan kulitnya sehalus sutra.

Dia memiliki tubuh yang agak kecil, dan dari sosoknya, dia mungkin sekitar lima atau enam belas tahun.

Melihat wajahnya, hati Toushirou mulai berdetak.

—Fleu......?

Itu, tanpa diragukan lagi, wajah yang Toushirou kenali.

Hampir seolah-olah dia tidak mengenali Toushirou, gadis muda mengangkat jari telunjuknya dan berbisik "Shh-h".

“—Aku tidak akan membiarkanmu lolos kali ini!"

Mengikuti gadis muda itu, datang suara baru yang terdengar marah.

"Ada apa kali ini?"

Ketika alat-alat di toko mulai hancur, Shuuya bersembunyi di bawah meja counter sekali lagi, berkaca-kaca. Mengenai Ageha, dia mengetuk jarinya di atas meja, kesal karena dia tidak bisa minum cokelat.

Hal berikutnya yang melompat ke dalam toko, adalah seorang gadis lain.


Dia memiliki rambut merah lurus sebahu dan mata almondnya mencerminkan tekad kuatnya. Dia mengenakan seragam dari sekolahan, mungkin karena dia adalah seorang anak SMA.

Dalam menanggapi pengacau baru, gadis berambut putih itu memegangi kepalanya seolah-olah dia sakit kepala.

Dengan cepat menyembunyikan rambutnya, dia dengan takut mengintip ke pintu masuk toko, yang secara langsung berhadapan dengan meja. Tampaknya dia tidak disadari oleh gadis lain.

Gadis lain itu memeriksa toko kemudian mendecikkan lidahnya, tampak kesal.

Tiba-tiba, lintasan cahaya terbang dari tangannya seperti arus listrik, disertai suara mendesis.

"......Pengguna sihir."

Gumam Toushirou dengan pelan.

—Pengguna Sihir—

Tiga tahun yang lalu, setelah bencana yang terjadi di Tokyo, orang yang memiliki kekuatan misterius mulai muncul.

Di dunia luar, itu pasti hanyalah salah satu dari banyak legenda urban palsu.

Di Tokyo Ikai, meskipun begitu, ini bukan sesuatu yang langka atau khusus. Mereka adalah keberadaan yang sangat dekat dengan kata banyak, dan juga sangat nyata.

"Kau yang ada di sana, assisten toko. Seorang gadis berambut putih datang ke sini bukan? Di mana dia?"

"......Sebelum itu, bisakah kau memesan? Ini adalah sebuah kafe."

Toushirou memberitahunya dengan sikap tegas.

Wajah gadis itu mulai berkedut.

"Kau. Apa kau mencoba untuk mengejekku? Sudah jelas ini bukan waktunya untuk mengatakan sesuatu seperti itu paham!"

"Dengan kata lain, kau miskin?"

"KAU!!!"

Seolah-olah itu memiliki kesadaran sendiri, listrik yang mengalir keluar dari tangan gadis itu mulai berubah bentuknya, berputar menjadi sesuatu yang terlihat seperti tombak.

Kemudian, di tempat itu, terlihat semacam kekagetan muncul di wajah gadis itu.

Memegang tombak petir, gadis muda itu melirik sekilas ke sekeliling toko dan kali ini, mengangkat jari telunjuknya meminta mereka untuk tidak membuat suara.

"......?"

Toushirou memiringkan kepalanya dengan bingung, kemudian gadis muda itu mengangkat tangannya dan mengangguk, seolah-olah dia tahu persis apa yang sedang terjadi.

Merasa bahwa dia tidak boleh bergerak, Toushirou terus menutup mulutnya. Di balik meja, gadis berambut putih menutup mulutnya dan menahan napas, meskipun gadis muda yang lain itu sepertinya tidak akan melihat ke arahnya.

Hanya Ageha yang menatap cangkir yang kosong, merasa hening.

Keheningan, setelah semua kehancuran itu.

Seolah-olah dia tidak bisa menahannnya lagi, Shuuya berbisik, "Oi, Toushirou, apa yang terjadi."

“—Kau yang ada disana!"

"Gyaaa!"

Gadis muda itu melemparkan tombak petirnya. Membentur meja counter secara langsung dan menciptakan lubang, membuat serpihan kayunya terbang ke mana-mana. Ajaibnya seluruh tempat tidak terbakar, meskipun Shuuya melompat dan menjerit.

Melihat hal tersebut, gadis muda itu mengeluarkan suara seolah-olah dia kecewa.

"......Eh?"

"Apa kau tidak meng-'Eh'-kanku! Kau mencoba untuk membunuhku atau semacamnya?"

"T-Tidak! Aku hanya ingin membantu......"

Meskipun gadis muda itu melambaikan kedua tangannya, kebingungan, Shuuya hanya lebih marah.

"Meledakkan hal ini dengan tiba-tiba menggunakan sihir, apa kau mencoba untuk membantu di sini? Jangan pikir hanya karena kau pengguna sihir kau dapat pergi dengan meninggalkan segala sesuatu yang kau lakukan. Aku pastikan kau membayar biaya perbaikan tokoku karena menghancurkannya!"

"Eh, EhEhEh? P-Perbaikan? "

Terlihat kalau saat dia merasa bahwa hidupnya dalam bahaya, dia akan marah dengan cepat.

Melihat sisi tak kenal takut dari Shuuya, yang benar-benar berbeda dengan bagaimana dia sebelum, bahkan gadis muda itu merasa terintimidasi dan mundur.

—Pria ini mengatakan sesuatu seperti seorang pemilik.

Pada saat itu, Toushirou merasa kagum, yang langsung dia sesali setelahnya.

"Bawa dia keluar, Toushirou!"

"Sebaiknya kau meminta maaf padaku yang bahkan meluangkan waktu dan mencoba untuk mendengarkan opini yang lebih baik darimu."

Sambil terus menghela napas dalam-dalam, Toushirou menatap gadis berambut putih itu.

—Dia Ini Fleu......kan?

Memberikan gadis berambut putih itu anggukan kecil, Toushirou melangkah keluar dari meja counter.

Dia diam-diam menyembunyikan beberapa gula batu di tangannya.

"Umm, kau yang ada di sana."

Ketika Toushirou memanggilnya, gadis muda itu sepertinya sudah tenang. Dia terkejut, dan berbalik melihat Toushirou sekali lagi.

"Jika kau bukan pelanggan, bisa silahkan pergi? Kau bisa melupakan biaya perbaikannya."

Saat dia mencoba untuk berbicara dengannya sebiasanya mungkin, berhati-hati untuk tidak mengganggu kecanggungannya, gadis muda itu menjadi marah dan wajahnya memerah.

Sekali lagi, tangannya penuh dengan petir.

Kau, kau jelas mengejekku. Jika kau tidak ingin terancam, cepat dan serahkan dia. Dia—"

Petir di tangannya berhamburan, terlepas dari gadis muda itu.

Bukan karena dia menembaknya. Itu tersebar karena kemauannya sendiri.

"—Ini hanyalah peringatan. Lain kali, aku tidak akan gagal."

Mengapit jempol dengan jari telunjuknya, Toushirou mengepalkan tangannya seolah-olah dia membalik koin.

Namun, itu bukan koin, tapi gula batu.

"Apa yang kau lakukan?"

"Gula adalah isolator listrik. Listrik melewati air garam, tetapi tidak dengan air gula."

Toushirou menembak kubus gula itu ke petir dan mengacaukannya.

"Gu—Gula? Kau bukan......pengguna sihir?"

Toushirou tidak menjawabnya.

Walau dia mencoba untuk menakutinya, itu hanya sebuah gula batu. Bahkan jika seseorang terkena langsung, itu tidak memiliki kekuatan untuk melukai, dan pada tingkat ini, jika ada seseorang yang berlatih, bahkan pengguna non-sihir juga bisa melakukan ini.

Meskipun belum pasti berapa banyak perkataan Toushirou yang dipercayai gadis muda itu, petir itu memang telah kacau.

Gadis muda itu mundur, menggerutu.

"K-Kau akan menyesali ini!"

"Atau lebih tepatnya, kau dalam posisi di mana kau pasti akan menyesal jika kau mencampurinya lebih jauh."

Saat Toushirou menatap gadis muda itu dengan kesal, dia berbalik dan menghilang.

Melihat dia pergi, dia menarik napas lega.

—Entah bagaimana dia pergi, untungnya.

Kemudian, dia berbalik untuk melihat gadis berambut putih yang mengeluarkan kepalanya dari balik meja.

Menolak dorongan untuk berlari ke arahnya dan memeluknya, Toushirou hanya tersenyum.

"Apakah kau baik-baik saja?"

"Eh, ya......"

Walaupun dia memiliki banyak luka kecil, dia tidak terluka parah. Gadis muda itu mengangguk, sesuatu yang berat telah diangkat dari dada Toushirou.

Lalu, seolah-olah dia tidak tahan lagi, dia berlutut di depan gadis muda dan meraih bahunya.

"Di mana kau, setelah semua ini? Aku telah mencarimu. Juga, kenapa kau dikejar oleh pengguna sihir?"

Toushirou bertanya dengan khawatir, yang pada saat yang sama juga lega walaupun berbeda dengan semua yang dia katakan. Namun gadis muda itu, memiringkan kepalanya dan menatapnya dengan tatapan kosong.

"Umm...... Apa kita pernah bertemu?"

"Eh......?"

Mulut gadis itu berubah, dan dia tersenyum dengan terpaksa.

Itu adalah senyuman palsu yang tidak mirip dengan "dia", dia tahu itu.

Kemudian, gadis muda itu dengan cepat menunduk.

"Bagaimanapun juga, terima kasih karena telah menyelamatkanku. Namaku Flika. Apakah ini adalah tempat di mana agensi pekerjaan aneh, "Strada" berada?"

Kata gadis muda itu, seolah-olah baru pertama kalinya mereka bertemu.


Ada seorang gadis yang Toushirou cari.

Namanya Fleu.

Dia adalah seorang gadis muda asing yang karena beberapa alasan, dirawat di rumah sakit umum di dekat rumahnya, tempat di mana mereka pertama kali bertemu.

Meskipun dia tidak pernah memberitahu apa penyakitnya, dia ternyata dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang panjang, dan dia sering mengunjunginya sebagai teman bicaranya.

Kalau dipikir-pikir itu, dia mungkin cinta pertamanya.

Entah apakah itu wajah yang dia dibuat saat dia tertawa, marah, atau mencoba membujuknya untuk melakukan sesuatu untuknya; setiap kali dia melihatnya merubah ekspresi wajah, dia merasa seperti hatinya telah lengkap.

Itu tiga tahun lalu.

Sejak hari dari peristiwa yang mengguncang Tokyo yang intinya tiga tahun lalu, dia menghilang. Apakah dia terjebak dalam sesuatu, atau dia ditelan oleh "Kabut"?

Apakah dia masih hidup, atau dia—

Dia ingin melihatnya lagi.

Bahkan jika mereka tidak bisa bertemu, dia ingin tahu apa terjadi padanya.

Apa pun akan dilakukan. Dia ingin menuntunnya ke arah untuk memastikan keberadaannya.

Hanya hasrat itulah yang memberi Toushirou kekuatan untuk terus hidup.

Berpegang pada kemungkinan menemukan kabar tentangnya, Toushirou datang ke Tokyo Ikai.

—Gadis itu, apa dia benar-benar bukan Fleu?

Flika berkata kalau dia tidak mengenal Toushirou.

Meskipun dia secara terang-terangan membuat senyum yang dipaksakan, misterius, dia tidak terlihat seolah-olah dia berbohong.

Entah dia adalah orang yang berbeda, atau dia begitu terampil berbohong sampai Toushirou benar-benar percaya padanya......Atau bisa jadi dia benar-benar lupa tentang Toushirou.

Satu-satunya hal yang dia rasakan adalah secercah kecil harapan dan sangat takut secercah kecil itu menghilang.


"Kudengar jika aku pergi ke sebuah kafe yang disebut "Strada", mereka mau membantu menyelesaikan masalah yang kumiliki, jadi aku datang ke sini."

Toushirou turun dari lantai dua membawa kotak pertolongan pertama, Flika, yang duduk di meja, mulai berbicara.

"Strada", selain menjadi sebuah kafe, juga merupakan agensi pekerjaan aneh.

Rumornya, bukan pada skala cukup besar untuk dapat menyebutnya alaternatif diri. Kafe itu hanya membutuhkan beberapa pekerjaan ekstra supaya tidak bangkrut. Mereka melakukan pekerjaan mulai dari menyelesaikan masalah yang melibatkan pengguna sihir untuk membantu mencari kucing kabur, benar-benar inti dari pekerjaan aneh itu sendiri.

Dan tentu saja, orang yang menjalankan seluruh bisnis pada dasarnya Toushirou sendiri. Saat ini, toko dan pemasukan Toushirou sendiri dibantu oleh pekerjaan sampingan ini.

Toushirou menatap gadis yang menyebutkan namanya sebagai Flika.

Di Tokyo Ikai ada keberadaan sekumpulan orang yang dikenal sebagai Pengguna Sihir.

Namun, mereka bukanlah orang jahat yang berpergian dan menghancurkan sesuatu sepanjang hari. Meskipun motif mereka masih belum jelas, gadis muda yang tadi adalah salah satu yang cukup kejam.

Dikejar oleh Pengguna Sihir kejam yang dapat memanipulasi petir, luka-lukanya mungkin masih sakit sekarang. Meski begitu, tidak terlihat kalau dia kesakitan dan bahkan tersenyum. Meskipun senyumnya terlihat seperti dipaksakan, tidak ada yang benar-benar bisa menyalahkannya.

Ageha adalah orang yang mendengarkan apa yang dia katakan. Dia menggunakan sapu tangan basah yang Toushirou berikan padanya sebelum dia pergi untuk mengambil kotak pertolongan pertama untuk menyeka daerah sekitar luka.

—Mungkin lebih baik untuk mempersiapkan baju ganti untuknya?

Meskipun dia tidak tahu di mana saja dia berlari sebelum akhirnya sampai ke sini, dia terjatuh ke lantai. pakaian gadis itu robek di sana-sini, dan rambut putih yang indah itu kotor.

"......?"

Menatap tajam padanya, Flika menatapnya kembali dengan mata birunya, hampir seolah-olah dia merasa tatapan pada dirinya.

"Ageha-san, ini kotak pertolongan pertamanya."

"Ah, terima kasih, Toushirou."

Itu adalah kata-kata yang keluar dari mulut Toushirou saat dia tanpa sadar memalingkan muka.

—Itu adalah kesempatan bagiku untuk berbicara dengannya!

Saat Toushirou mengutuk dirinya sendiri, Ageha mengambil kotak pertolongan pertama dan mulai merawat luka Flika.

Meskipun dia terluka banyak, untungnya tidak satupun yang terlihat dalam.

Pendarahannya sepertinya telah berhenti, dan dia bisa melihat kulit indahnya yang dibersihkan dengan saputangan. Untuk mengobati luka-lukanya, dia melepaskan mantelnya, memperlihatkan lengan bagian atasnya yang ramping membuat Toushirou menelan ludahnya.

Mata Ageha menyipit tajam.

"Toushirou, seorang pemuda yang terhormat tidak boleh mengintip seorang wanita muda yang terluka kau mengerti?"

"……Ya."

Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan pada Flika.

Namun orang yang membuang kesempatan itu tidak ada adalah dirinya sendiri. Dan setelah perkataan itu, dia tidak punya pilihan selain meninggalkan tempat duduknya. Juga, jika tidak ada yang melakukan sesuatu mengenai lubang besar di dinding, mereka tidak dapat membuka kembali tokonya.

Bahu Toushirou turun, kemudian dia pergi dari sisi gadis-gadis muda.

Namun, lubang itu begitu besar sehingga siapa pun bisa masuk melaluinya. Mereka hanya bisa menggunakan selembar plastik besar untuk menutupinya sekarang. Itu dapat membantu menjaga suhu hangat di toko sampai batas tertentu tapi mungkin tidak bisa berbuat apa-apa terhadap tiupan angin

Jika terdapat pelanggan yang duduk di dekat jendela, mungkin akan lebih baik jika mereka menyediakan selimut semacam itu.

Shuuya menangis, memanggil sebuah perusahaan konstruksi untuk mengatur perbaikan—hal yang langka—dia bekerja sangat keras. Itu karena Toushirou bukan orang yang bertanggung jawab dan karenanya dia tidak bisa membuat penetapan seperti itu sendiri.

"......Apa kau khawatir dengan kesejahteraanku?"

"Aku perantara agensi pekerjaan aneh seperti yang kau lihat. Aku membantu melindungi privasi klienku."

Berusaha untuk tidak melihat mereka, Toushirou mencoba untuk menguping percakapan para gadis muda.

—Apa yang mereka bicarakan?

Mendengarkan percakapan mereka, dia menyadari bahwa dia sendiri sedang berusaha untuk menemukan suatu petunjuk mengenai "Dirinya".

Warna rambutnya sedikit berbeda. Sebelumnya, perak dengan sedikit warna biru, tapi saat ini, putih seperti bubuk salju.

Ekspresinya, cara dia berbicara, sangat berbeda dari gadis yang Toushirou kenal.

Meski begitu, bentuk wajahnya sama dengan hari terakhir dia melihatnya.

Tubuh cantiknya yang bisa digambarkan sebagai peri Celtic juga sama.

—Mungkinkah Flika adalah nama lain dari Fleu?

Meskipun nama mereka berbeda, mereka terlihat sama. Mungkin akan lebih baik untuk mencoba bertanya langsung padanya.

Namun, untuk menginterogasi seorang gadis muda yang baru saja lolos dari kejaran Pengguna Sihir sangatlah egois tidak peduli bagaimana kau melihatnya. Selain itu—

—Maaf……? Apakah kita pernah bertemu di suatu tempat sebelumnya?—

Hanya memikirkan jawabannya saja tidak membuatnya kehilangan semua keberanian untuk bertanya padanya pertanyaan itu.

Satu kata itu mulai sekarang, menembus hatinya lebih dalam daripada yang dia bayangkan.

"Meskipun ini agen pekerjaan aneh dengan tempat operasi, itu masih perlu perantara?"

"Malahan sebaliknya. Kafe ini hampir selalu defisit. Jadi untuk menutupi keuangannya, mereka mulai mengambil pekerjaan sampingan. Padahal, aku sudah mengatakan kepada mereka untuk menutup kafenya dan berkonsentrasi pada agensi pekerjaan aneh."

Menanggapi tawa kecil dari Ageha, Shuuya membalasnya dengan "Diam" dari dalam toko.

"Jadi, apa permintaanmu?"

Setelah mendengar pertanyaan Ageha, Flika melihat ke arah Toushirou.

"Sebelum itu, kenapa aku ditatap oleh orang di sana?"

"Ah, itu...bukannya aku menatapmu atau ......"

Meskipun dia hanya berencana untuk mendengarkan pembicaraan mereka, dia tanpa sadar telah menatap tajam mereka sepanjang waktu.

Seperti yang dibilang, bukannya kesal, Flika menunjukkan sedikit kenakalan di matanya. Meskipun itu mungkin karena senyum yang dipaksakan di wajahnya.

Menghela nafas seolah-olah itu tidak dapat tertolong, Ageha menutup kotak pertolongan pertama dan memberi isyarat Toushirou.

"Toushirou, aku tidak terkesan dengan fakta bahwa kau tidak membawa apapun untuk diminum meskipun ada pelanggan."

Sepertinya dia selesai mengobati luka Flika. Ini adalah cara Ageha untuk mengatakan "Jika kau tertarik kita bisa mendengarkan apa yang dia katakan bersama-sama."

Toushirou dengan gugup kembali ke meja counter.

"Bawakan aku secangkir cokelat lain, bawa dua ok?"

—Meskipun itu hanya mengartikan kalau cangkir cokelatnya telah habis.

Namun, walaupun akhirnya dia bisa dekat dengannya, dia tidak bisa membuatnya berjalan seperti biasanya. Toushirou mengumpulkan keberanian dan tersenyum pada Flika.

"Umm, Fl.....ika-san. Namaku Yabuchi Toushirou. Kau bisa memanggilku Toushirou. Pada dasarnya, aku adalah orang yang menangani permintaanmu."

Hampir tanpa sadar memanggilnya Fleu, Toushirou berhenti di tengah kalimat.

Bahkan saat Flika memiringkan kepalanya kebingungan, dia tetap tersenyum.

"Senang bertemumu, Toushirou-kun."

—Tooshiroo—

"Dia" memanggil namanya dengan lambat seperti itu, tanpa mengucapkan "u"

Selagi berpegang dengan perasaan bahwa ada sesuatu yang aneh dengan namanya, Toushirou berbicara.

"Kau mau minum apa?"

"Yah, aku mau minuman yang sama dengannya."

Di toko yang tidak dikenalnya, itu adalah respon seseorang yang mencoba menyesuaikan diri dengan orang lain.

—Tidak terlihat kalau dia sering datang ke berbagai kafe.

"Dia" seharusnya dirawat di rumah sakit dalam waktu yang sangat lama, jadi dapat dipahami kalau dia tidak memiliki banyak kesempatan untuk pergi ke kafe.

—Meskipun demikian, dia berada dalam sebuah bar karena pertolongan Dewa.

Jika bisa, dia ingin memberikannya kopi dan memberitahunya bahwa itu lezat.

Itulah yang dia katakan, pesanan adalah pesanan. Dalam cara yang sangat standar, Toushirou menaruh moka pot di atas api dan menggunakan sendok untuk menakar coklat bubuk, gula dan susu dalam pesanan itu.

Dia tidak langsung menambahkannya dengan susu. Memanaskan cokelat bubuk dan gula, dia mengaduk ringan dengan sendok memastikan bahwa itu tidak gosong. Pada waktu yang tepat, setelah cokelat telah mencair menjadi pasta, kemudian dia perlahan-lahan menambahkan susu hangat. Sebuah pusaran putih muncul dalam cairan berwarna coklat, mengeluarkan aroma yang sedap.

"Ohhoh......"

Ketika memperhatikan sekelilingnya kembali, dia menyadari kalau Flika melihat apa yang dia lakukan dengan penasaran.

Melihat ekspresinya, jantung Toushirou mulai berdetak cepat.

—Sudah kuduga, dia Fleu......kan?

Ekspresinya sama dengan yang "dia" miliki ketika dia menyeduh kopi di kamar pasien.

"Toushirou, bukankah ini saatnya hmm?"

Selagi napasnya tak beraturan, permukaan susu yang meresapi cokelat mulai menggelembung. Mendengar suara Ageha, dia dengan panik menangkatnya dari api. Menuangkannya ke dalam cangkir yang dia panaskan sebelumnya, cokelat sudah siap.

"Silahkan."

Saat dia menyajikan dua cangkir cokelat, Flika dengan lembut mengambil cangkirnya dan memegangnya.

"Ini sangat lezat. Terima kasih banyak."

Meskipun dia mengatakannya sambil tersenyum, tidak ada emosi di matanya dan sebaliknya, membuatnya merasa enggan.

"Flika, jika tidak enak katakan saja, aku tidak keberatan. Aku memanaskan cokelatnya terlalu lama sehingga mungkin akan terlalu manis."

"Ahahaha. Apa begitu? Aku benar-benar tidak tahu."

Tidak dapat membuatnya berkata kalau cokelatnya tidak enak, bahu Toushirou segera terjatuh.

"Yah, sudah waktunya membicarakan bisnis utama."

"Ini tentang kakakmu, kan?"

"Ya. Sekitar sebulan lalu, dia tiba-tiba menghilang. Aku menunggu dan menunggu tapi dia tetap tidak kembali jadi aku penasaran apa dia terjebak dalam semacam insiden......"

"Apa sesuatu seperti ini pernah terjadi sebelumnya? Seperti dia menghilang tiba-tiba?"

Mendengarkan pertanyaan Ageha, Flika menggeleng.

"Tidak. Sebelumnya tidak pernah seperti ini."

Bahunya terkulai, dan Flika melanjutkan.

"Kakakku adalah satu-satunya saudara yang aku punya. Meski begitu...... Apa yang terjadi pada kakakku?"

Flika menutupi wajahnya dan Ageha meletakkan tangannya di bahunya untuk menenangkan dirinya.

—Satu bulan...... dia telah melawan semua kecemasannya sampai saat ini.

Bahkan jika dia mengabaikan aspek Flika yang mengingatkannya pada "dirinya", itu tetaplah sebuah cerita yang menyayat hati.

Ageha menatap Toushirou dengan mata yang bertanya, dan dia mengangguk.

"Shuuya-san. Apa kau keberatan jika aku mengambil permintaan ini?"

Saat Toushirou berbicara, Shuuya muncul dari dalam toko.

"Sangat jarang. Saat kau berkata kalau kau ingin mengambil permintaan..."

"Dalam semua permintaan, hanya aku yang bekerja bukan?"

Di atas semua, dia ingin membantu gadis muda ini.

—Bahkan walaupun dia bukan Fleu.

"Tu... Bentar. Permintaan adalah sesuatu yang diterima ketika ada kompensasi. Nona, berapa banyak yang bisa kau bayar? Jangan berkata kalau kakakmu yang akan membayarnya oke?"

"Mm...... Dia mengatakan untuk menggunakan ini setiap kali aku dalam kesulitan tapi......"

Yang Flika keluarkan adalah amplop tebal.

Melihat isinya, mata Shuuya terbuka lebar.

Meskipun hanya sekilas, dia bisa memastikan kalau ada puluhan sepuluh ribu yen di dalamnya.

"……Apa ini cukup?"

"Tentu saja! Jangan ragu untuk memintanya bekerja sekeras yang kau mau."

Kata Shuuya sambil tersenyum lebars saat dia membungkuk.

—Dasar sampah......

Tapi sungguh, kenapa aku bekerja di bawah orang semacam ini?......

Saat Shuuya menyelipkan amplop ke saku bajunya, Toushirou meraih tangannya dengan kesal.

"Kenapa kau menerimanya begitu saja? Melihat caranya mengeluarkannya, bukankah itu seluruh hartanya?"

Saat Toushirou memberikan maksud terhormatnya, Shuuya memegang kepala Toushirou di bawah lengannya dan merangkulnya kuat.

(Jangan berkata yang tidak perlu Toushirou! Dinding di tokoku benar-benar hancur parah! Ini jauh dari cukup untuk membayar biaya perbaikannya paham!)

(Ini bukanlah kesalahan gadis ini! Kau tak bisa menangkap pengguna sihir itu sekarang dan membuatnya membayar hal itu?)

(Siapa satu-satunya yang membiarkan pengguna sihir itu kabur?!)

(Jika kau memiliki keluhan kenapa kau tidak hanya melakukan pekerjaannya sendiri?!)

(Aku mempekerjakanmu KARENA aku tidak ingin bekerja!)

(Aku benar-benar berpikir kalau kau sialan)

Toushirou, yang kesal dengan Shuuya, menyikut tubuh Shuuya.

Dengan cepat mengambil kembali amplop dari pemiliknya yang jatuh berlutut hendak pingsan karena kesakitan, Toushirou menyerahkannya kepada Flika.

"Kupikir kau lebih baik tidak menunjukkan uang sebanyak ini pada orang lain. 'Karena ada orang sepertinya."

"Umm, apa orang itu...mati?"

Sepertinya sikutan Toushirou bekerja. Shuuya terjatuh ke lantai, tidak bergerak.

"Jangan dihiraukan. Hal ini sering terjadi."

"Apakah kau yakin?"

Meskipun perkataannya terdengar khawatir, gadis muda itu hanya tersenyum terpaksa sepanjang waktu. Mungkin dia tidak memiliki toleransi dengan perilaku semacam ini dan ekspresinya kaku.

Toushirou bertanya sekali lagi.

"Kembali ke topik, saat kau sedang dikejar oleh Pengguna Sihir itu, apa itu ada hubungannya dengan hilangnya kakakmu?"

Namun Pengguna Sihir biasanya, mereka bukanlah orang-orang yang melanggar hukum yang akan menyerang orang di tengah-tengah kota hanya untuk bersenang-senang. Pasti ada yang menjadi alasan kenapa dia dikejar-kejar.

Namun, Flika tertawa kecil dan mengangkat bahunya.

"Itu adalah sesuatu yang sangat sering terjadi jadi aku ragu kalau itu ada hubungannya dengan hilangnya kakakku."

"…..Tunggu sebentar. Apa kau selalu diserang seperti itu?"

"Ahaha. Begitulah, aku selalu diselamatkan oleh kakakku sehingga itu bukanlah masalah besar atau......"

"Ini masalah yang cukup besar jika kau bertanya padaku, tapi kenapa hal itu bisa terjadi......?"

"Siapa yang tahu? Ada orang-orang yang dendam dan mereka yang mencoba untuk menculik dan melakukan sesuatu padaku sehingga aku tidak benar-benar tahu. Selain itu, tidak semua orang yang menyerangku memiliki alasan yang sama."

Dada Toushirou mulai sakit.

Untuk beberapa alasan, hidup gadis muda ini menjadi target oleh pengguna sihir.

Selalu dikejar— apakah itu telah menjadi sesuatu yang normal baginya?

Pada saat itu, dia melihat senyum paksaannya sebagai topeng penderitaan.

"Kalau begitu, kita harus menemukan kakakmu lebih cepat...... .Apa kau bisa memberitahuku sesuatu seperti penampilan kakakmu, atau apa kau punya ide ke mana mungkin dia pergi?"

"Nama kakakku Chris. Warna mata dan kulitnya sama denganku, dan rambutnya juga. Tinggi badannya hampir sama dengan orang yang tergeletak di lantai itu. Dia mungkin sekitar dua puluh tahun."

Ada satu kata yang membuat Toushirou dan Ageha memiringkan kepala mereka dengan bingung.

"Mungkin……? Meskipun kalian adalah saudara kandung, kau tidak tahu?"

"Aku belum menanyakan usia sebenarnya jadi......"

Flika tersenyum kecut, tapi apakah itu tidak aneh.

"Tidak, bahkan jika kau tidak bertanya bukankah itu sesuatu yang seharusnya kau tahu? Kalian berdua tinggal bersama kan?"

Meskipun ada kemungkinan kalau mereka hidup secara terpisah karena orang tua mereka bercerai, dari apa yang dikatakan Flika, mereka telah tinggal bersama-sama selama ini.

Mata Flika berkeliaran panik.

"Itu, yah, meskipun kakakku selalu tinggal bersamaku, ini lebih seperti aku tidak ingat."

"Tidak ingat? Kenapa?"

"Ahaha. Aku orang yang pelupa jadi....."

Entah kenapa sikapnya mulai aneh, dan Toushirou mengangkat alisnya.

—Apa maksudnya itu? Jika dia mencoba untuk memberitahu......kebohongan, seharusnya dia berbohong dengan lebih baik.

Jika pembicaraan mereka mengenai saudara kandung adalah kebohongan, dia bisa mengambil umurnya dengan acak.

Sebaliknya, reaksi Flika adalah bukti bahwa dia seorang pembohong yang buruk.

"Gadis ini, mungkinkah dia.....?"

Saat Toushirou dan Ageha saling bertukar pandang, Shuuya tiba-tiba duduk dan berbicara.

"Hei Nona. Hanya pertanyaan singkat, ada berapa bulan sebelum tiga tahun yang lalu?"

"......? Bulan, maksudmu yang ada di langit?"

Saat Shuuya mengangguk, Flika berbicara dengan bingung.

"Bukankah sudah jelas? Ada dua."

"Hah……?"

Toushirou mengeluarkan suara keheranan, dan Shuuya menganggukkan kepalanya.

"Aku paham. Jadi seperti itu."

"Apa maksudmu?"

Shuuya berbicara, dengan petunjuk aneh yang menyedihkan dalam suaranya.

"Nona yang satu ini tidak memiliki ingatan sebelum itu."

"Hah? Kenapa……"

"Nona, kau juga orang yang kehilangan "sesuatu" tiga tahun lalu kan?"

Itu adalah kata-kata yang tidak bisa Toushirou bantah.


"Sebelum tiga tahun lalu, hanya ada satu bulan di langit. Pengguna sihir tidak ada, dan tidak ada tempat-tempat disebut sebagai Ikai"

—Apakah dia akan percaya kalau dia terkena amnesia?—

Kata Shuuya saat dia mulai berbicara dengan Flika, yang kelihatan bingung.

Yah, jika dia adalah satu-satunya orang yang memberitahunya kalau dia terkena amnesia, dia mungkin akan sulit untuk mempercayainya.

Namun, yang mengejutkan adalah Flika tidak tahu mengapa Tokyo Ikai disebut sebagai Ikai. Mungkin itu yang terbaik untuknya, hidup bersama dengan kakaknya adalah segalanya.

Shuuya mencoba mencari sesuatu di saku bajunya, dan menghela nafas saat dia ingat kalau itu tidak ada.

Itu hanyalah kebiasaannya setiap kali dia berbicara serius. Meskipun dia sudah tidak merokok, dia adalah seorang perokok berat di masa lalu, sehingga menimbulkan kebiasaan ini.

"Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada hari itu, tapi di tengah-tengah Tokyo ada sebuah lubang yang terbuka. Itu adalah lubang yang terhubung ke Ikai, tempat yang tak terjelaskan."

Lubang itu terbuka bukan karena sesuatu yang masuk akal seperti kawah.

Itu hanya dapat digambarkan sebagai "lubang"; itu adalah ruang distorsi. Dari kejauhan, itu terlihat seperti kilauan gelap di udara. Jika kau mencoba mendekatinya, kau akan kembali ke tempat asalmu sebelum kau dapat menyadarinya. Itu bisa saja semacam fatamorgana.

"Dan, ada semacam kabut yang keluar 'lubang' itu dan siapapun yang mengenainya akan kehilangan "sesuatu" tidak peduli siapa dirimu. "sesuatu" itu, bisa saja lengan atau kakimu, atau bisa saja bukan bagian tubuhmu, tapi keluargamu atau hal tertentu, berbagai hal. ......Di dalam itu, jauh dari kehilangan 'sesuatu', ada orang-orang yang kehilangan keberadaannya."

Suaranya diwarnai dengan kesedihan, sangat berbeda dari sifat malasnya.

Bagi Toushirou, itu bukan sesuatu yang asing.

Pada hari itu, orang tua Toushirou tertelan oleh kabut dan menghilang begitu saja.

"Dia" juga menghilang pada hari yang sama.

Mereka adalah dua hal yang menghilang bagi Toushirou dalam Ikai.

—Meskipun begitu, bukannya seolah-olah aku melihat Fleu menghilang.

Tidak seperti orang tuanya, tidak ada bukti kalau "dia" menghilang dalam kabut.

Itu sebabnya, bahkan samapi sekarang, dia masih mencarinya.

Gadis muda yang wajahnya mirip dengan "dia", anehnya mendengarkan Shuuya dengan serius.

Shuuya menjauh dari wastafel dan membuka tirai di samping meja. Di timur, melalui jendela, kau bisa melihat jalanan yang sejajar dengan bangunan, dan dinding besar yang menembusnya.

Itu adalah dinding yang tinggi dan tebal, dengan warna logam yang kusam.

"Bahkan mereka yang ada di luar, mungkin bisa paham kalau kabut dan 'lubang' adalah berita buruk. Hal aneh mengenai negara ini yang tidak bisa dikatakan pasti adalah bahwa mereka menggunakan dinding untuk mengisolasi kota-kota yang telah dikelilingi kabut."

Setelah beberapa bulan, kabut menghilang. Tapi bukannya menghancurkan dinding, mereka malah membangunnya, membuatnya lebih kuat, dan menjebak orang-orang di dalamnya.

Pada awalnya, itu hanyalah pagar. Lalu dibangun kembali dengan beton dan kerangka besi, dan akhirnya diperkuat dengan besi.

"Akhirnya, keputusan itu benar karena dari orang-orang yang kontak langsung dengan kabut, mereka yang dipanggil pengguna sihir mulai muncul dalam jumlah besar."

Sampai sekarang, tak seorang dapat membedakan pengguna sihir dan yang bukan. Meskipun semakin banyak kau kehilangan, semakin mudah kau untuk menjadi pengguna sihir.

Saat ini, bahkan dengan pengguna sihir yang diberkahi dengan sihir serangan, menghancurkan dinding itu hampir tidak mungkin.

"Setelah itu, bulan lain muncul di langit, dan kota ini dikenal sebagai Tokyo Ikai."

Shuuya menatap Flika sekali lagi.

"Hei, Nona. Kau kehilangan ingatanmu tiga tahun lalu bukan?"

"……Ya."

Sesuatu yang dapat hilang darimu ketika kau melakukan kontak langsung dengan kabut yang selalu hal yang berwujud. Ada kasus di mana sesuatu itu adalah penglihatan atau pendengaran seseorang. Salah satu contoh yang bisa kau lihat adalah Flika yang kehilangan "Ingatan" miliknya.

—Itu sebabnya dia tidak ingat apa-apa tentangku.

Dia yang tidak mengingatnya, adalah hal yang sangat menyedihkan dan dan menyakitkan.

Namun, ada juga bukti kalau Flika adalah "dia".

Mata Toushirou mulai berkaca-kaca dan dia berusaha menahan air matanya.

"Dengan kata lain nona, itu bukti kalau kau memiliki 'kualitas' itu bukan?"

"Kualitas? Apa yang kau maksud......?"

Melihat Flika memiringkan kepalanya dengan bingung, Shuuya berbicara seolah-olah dia tak akan berdiri karena dia menghindari pertanyaan itu.

"Nona, tipe sihir yang kau gunakan?"

Setelah mendengar perkataan itu, Flika menatapnya, mata sangat heran dan tertawa.

"Apa yang kau bicarakan? Tidak ada sesuatu seperti sihir?"

Begitu Shuuya mendengar kata-kata yang membuatnya meragukan akal sehatnya, mulutnya terbuka karena kaget.

"Bukankah aku baru saja menjelaskanmu alasan di balik keberadaan pengguna sihir?"

"Pengguna sihir, kalau maksudmu adalah orang-orang seperti barusan, yang menyerangku dengan senjata-senjata aneh kan? Meskipun aku pikir terserah mereka menyebut diri mereka sesuai yang mereka mau, saat kau mengatakan kalau sihir benar-benar ada, itu sedikit......"

Melihat wajahnya menjadi pucat, Shuuya hampir meneteskan air mata.

"Bukankah pengguna sihir tadi menggunakan sihir padamu?"

"Benda yang berderak-derak itu kan? Bukannya itu model pistol setrum yang baru atau semacamnya? Kakakku memberitahuku kalau hal-hal tersebut benar-benar ada."

"Tidak mungkin akan ada pistol setrum yang seperti itu."

"Bahkan jika kau berkata kalau, aku tidak memiliki ingatan apapun dan juga aku tidak punya bukti kalau hal-hal itu tidak ada, jadi aku lebih percaya pada apa yang kakakku katakan."

"Kenapa kakakmu begitu keras kepala?"

Teriak Shuuya sambil berjongkok.

"Terserah. Meskipun seseorang berusaha untuk berbicara serius denganmu...... inilah kenapa aku benci bekerja."

"Ini benar-benar tidak ada hubungannya dengan kenapa kau harus bekerja bukan?"

Meskipun dia tidak bisa mengatakan bahwa dia tidak kasihan dengan Shuuya, itu tidak mengubah fakta kalau, pada dasarnya Shuuya adalah orang yang tidak berguna.

Toushirou menegaskan hal itu.

"Yah, sihir bukanlah topik yang kita bicarakan sekarang. Selain itu……"

Toushirou dengan mata yang terpaku pada Flika

"Kau, benar-benar tidak ingat apa-apa tentangku?"

"Aku telah mengatakan hal yang sama sebelumnya tapi, Toushirou, apakah aku telah bertemu denganmu sebelumnya?"

Flika terdengar seperti sedang berbisnis dan seolah-olah dia menolaknya.

Hampir seolah-olah, dia tidak ingin tahu tentang masa lalunya.

—Jika dia tidak memiliki ingatan, bukankah masuk akal jika dia ingin tahu lebih banyak tentang masa lalunya?

Saat dia pikir, dia sadar kalau hal yang sebaliknya juga mungkin.

—Ada juga kasus di mana dia tidak ingin mengingatnya.

Toushirou hanya mengenal Fleu di rumah sakit.

Secara harfiah dia tidak tahu apa yang terjadi di luar rumah sakit.

Itu pasti sesuatu yang tidak akan membuat Toushirou menggalinya hanya karena rasa ingin tahunya.

—Aku ingin dia mengingatku.

Meskipun dia berpikir seperti itu, jika Flika tidak ingin mengingat masa lalunya, itu hanya akan menjadi keegoisannya karena mengharapkan hal itu darinya.

—Di sisi lain, dia tidak memiliki bukti untuk menunjukkan bahwa Flika sebenarnya Fleu.

Setelah terkoyak dalam waktu yang singkat itu, Toushirou menggeleng.

"Jangan pikirkan, ayo kita kembali ke permintaanmu. Kau datang ke sini karena ingin kami mencari kakakmu kan?"

Setidaknya, dia ingin menyelesaikan permintaannya sebelum bertanya padanya. Karena dia kehilangan ingatannya, kakaknya itu lebih dari sekedar keluarga terdekatnya, dia mungkin pilar emosi yang mendukungnya.

Entah kenapa, wajah Flika dipenuhi dengan rasa lega.

Kali ini, tidak seperti senyum yang dia paksakan sampai sekarang, dia melihatnya sebagai perasaan yang sebenarnya, dan Toushirou percaya bahwa keputusannya adalah benar.

"Kalau begitu, apa kau bisa menceritakan tentang kakakmu?"

"Ya......meskipun begitu, penampilannya itu kurang lebih apa yang aku jelaskan kepadamu tadi."

"Sebagai contoh, apa yang biasanya kakakmu lakukan, atau kemana dia pergi menurutmu."

Menunduk seperti sedang berusaha untuk mengingat, Flika menepukkan tangannya.

"Aku tidak bisa memikirkan tempat apapun tetapi biasanya dia berurusan dengan senjata dan sejenisnya."

Setelah mendengar itu, Toushirou memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Senjata.....? Senjata yang kau maksud seperti, senjata api?"

"Ya. ......Dan dia sepertinya cukup terampil menggunakannya."

"Tunggu sebentar. Kenapa dia berhubungan dengan semacam senjata?"

"......? Bukankah itu normal?"

"Meskipun ini Tokyo Ikai, ini tetap bagian dari Jepang, jadi kau tidak bisa menganggap kalau memperoleh senjata adalah hal yang normal."

Entah kenapa, sepertinya itu adalah hal yang normal untuk Flika selama tiga tahun dia tinggal bersama kakaknya. Tampaknya dia sendiri tidak tahu bahwa itu adalah hal yang tidak normal.

Kemudian, dia teringat dengan amplop pada dirinya.

—Bagaimanapun juga, dia meninggalkan sejumlah besar uang, mungkin saja pekerjaannya adalah sesuatu yang berbahaya?

Flika berbisik, wajahnya penuh dengan rasa ingin tahu.

"Lalu, apakah itu berarti bahwa teroris bukanlah pekerjaan yang normal?"

"Hah...... ???"

Mendengar ini, bukan hanya Toushirou, bahkan mata Shuuya dan Ageha pun melebar.

"Teroris……? Kakakmu, adalah seorang teroris?"

"Itu yang dia katakan sendiri."

—Jadi ini alasannya kenapa dia dikejar-kejar oleh pengguna sihir......!

Apa yang Flika katakan bukanlah Yakuza atau Mafia, tapi teroris.

Meskipun Yakuza dan Mafia juga memiliki senjata api, itu hanya sebuah jalan. Untuk mereka, perselisihan antar faksi yang berbeda hanya bagian dari apa yang mereka lakukan, bukan apa yang mereka mau. Ini karena mereka tidak menggunakan senjata jika itu tidak diperlukan.

Namun, untuk teroris, kegiatan subversif bukan hanya bagian dari apa yang mereka lakukan, hal itu juga tujuan utama mereka. Dengan penghancuran, mereka menegaskan keberadaan mereka. Itu adalah konsep yang dapat dengan mudah disebut musuh dunia.

Shuuya dengan cepat menjauhkan diri dari Toushirou.

Kemudian, dia menirukan suara Toushirou dan berkata

"Shuuya-san, kau tidak keberatan jika aku yang mengambil pekerjaan ini kan? ......Mmm, Toushirou, aku mengerti bagaimana perasaanmu, jadi kali ini aku tidak akan melibatkan diri dengan semua ini."

"Kau bahkan tidak melibatkan diri dalam hal-hal yang normal."

"Toushirou, mengenai permintaan ini, aku pikir aku akan banyak membantu."

"Apa yang kau katakan Ageha-san?"

Melihat pertukaran kecil ini, bahu Flika sedikit turun.

"Ahaha...... Maafkan. Ini mengganggumu bukan? Aku akan, mencari kakakku sendiri."

"......"

Meskipun Flika tertawa, wajahnya terlihat seolah-olah dia berusaha menahan air matanya, dan sesuai ekspektasi, menusuk kesadaran Shuuya dan Ageha.

Saat Flika berdiri, Toushirou dengan cepat menyambar lengannya.

"Tolong tunggu sebentar. Aku berkata kalau aku akan mengambil permintaanmu."

"Eh......?"

Flika berbalik dengan ekspresi terkejut di wajahnya—...... Dari sakunya, ada sesuatu yang terjatuh.

Yang terdengar seperti bunyi berbahaya adalah gumpalan logam kusam. Ukurannya kira-kira satu kepalan tangan, dan mirip seperti telur. Toushirou ingat kalau dia pernah melihat sesuatu yang serupa sebelumnya. Saat dia masih kecil, dia sering melihatnya di rak-rak toko mainan.

Itu adalah granat tangan.

Walau untungnya pin itu tidak terlepas, itu adalah sesuatu yang lebih berbahaya dari sihir.

Gadis muda itu menjulurkan lidahnya

"Aha."

" 'Aha' apanya! Apa-apaan yang kau bawa?"

Sikapnya dari pertama sampai sekarang sepertinya telah menghilang, dan sambil tersenyum dengan terpaksa, Flika jengkel.

"Apa kau tidak berpikir kalau Tokyo Ikai adalah tempat yang berbahaya bagi seorang gadis muda yang lemah untuk bertahan hidup?"

Memeriksa jaketnya, tidak hanya granat tangan, tetapi juga sejumlah genggaman yang mirip seperti pistol tangan dapat terlihat.

"Apa-apaan benda berbahaya yang kau bawa sekarang. Atau sebaliknya, jangan bilang padaku—”

“—Orang yang membuat lubang di dinding toko, adalah kau."

Shuuya mengeluarkan suara marahnya.

Meskipun dia yakin kalau itu adalah ulah seorang pengguna sihir ......

"I-Itu......"

Gadis muda itu menunduk seolah-olah dia dilukai.

Melihat perilaku yang seperti itu, Toushirou menelan ludah.

"Karena aku dikejar-kejar oleh seseorang yang disebut "pengguna sihir", apa boleh buat. Bagi seorang penduduk murni untuk melindungi diri dari orang-orang berbahaya, apa kau tidak berpikir kalau mempersenjatai diri adalah satu-satunya cara?"

Tampilan menyedihkannya menjadi tidak berguna karena perkataannya.

"Silahkan lihat di kamus arti kata murni."

Meskipun dia sudah kehabisan akal, Toushirou menjawab secara naluriah.

—Jadi dia gadis semacam itu......!

Kemungkinan besar, dia terlihat patuh karena dia baru bertemu mereka pertama kalinya. Sepertinya ini adalah sifat aslinya.

Kemudian, dia menghela nafas dengan pasrah.

—Seperti yang aku pikir, gadis ini, benar-benar berbeda dengan Fleu bukan?

Dia tidak ingin menganggap kalau mereka adalah satu orang yang sama.


"Apa boleh buat. Yang terpenting, diantara seorang gadis muda cantik pembawa sial dan orang kejam yang mengeluarkan listrik, siapa yang menurutmu lebih salah? Sudah jelas orang yang kejam itu."

"Diamlah dan bersihkan gelas. Dan yang terpenting, kau tidak berbeda dari orang kejam."

Setelah senjata dan bomnya terbongkar, sepertinya dia sudah tidak menjadi anak yang patuh lagi. Sambil tersenyum dingin, Flika menggerutu.

Meskipun mulutnya masih senyum, matanya seperti tak bernyawa seolah-olah dia baru saja mendengar lelucon membosankan. Kalian bisa mengatakan kalau matanya setengah tertutup. Lebih dari tidak senang, lebih terlihat seperti tidak ada emosi di dalamnya.

Seolah-olah dia penuh dengan emosi, dan pada saat yang sama, seakan segala sesuatu tentang dia benar-benar palsu. Rasanya seperti seseorang sedang berbicara dengan boneka yang sangat bagus.

Itu karena ekspresi wajahnya yang tidak dapat kalian pahami, apakah dia sedang marah atau dia hanya berusaha untuk membuat serangkaian alasan.

Sambil menggerutu dan mengeluh, Flika mencuci piring di belakang meja counter.

—Untuk biaya perbaikan, dia harus bekerja untuk membayarnya—

Hanya beberapa perkataan dari Shuuya, dan Flika naik dari pelanggan menjadi pekerja paruh waktu. Meskipun Shuuya adalah orang yang ingin dilihatnya bekerja, tetapi apa boleh buat.

Namun, biaya perbaikan untuk dinding yang benar-benar hancur akan menelan biaya tidak kurang dari ¥100.000 bahkan dengan perkiraan yang paling murah.

Jumlah tersebut tidak mungkin dapat dibayar hanya dengan bekerja paruh waktu, jadi untuk saat ini, dia akan bekerja tanpa dibayar sampai dia dapat membayar sisanya.

—Namun, apakah akan menjadi masalah jika membiarkanya bekerja dengan pakaian itu?

Meskipun di luar dingin, penghangat ruangan dalam toko menyala. Bagaimanapun juga, dia tidak mau melepaskan mantelnya. Di dalamnya tersembunyi segunung senjata api. Meskipun dia adalah orang yang kejam, kenyataan kalau dia berlari, dan pakaiannya yang sangat kotor.

Ini bukanlah pakaian dari seseorang yang bekerja di dapur.

Toushirou menyuruh Shuuya yang sedang menangisi dirinya sendiri untuk tidur di dalam toko.

"Shuuya-san, aku tidak menyangka kau punya seragam untuk seorang gadis?"

"Ah—…..? Ada beberapa di ruang ganti kan? Gunakanlah sesukamu."

Mendengar suara lesu yang sama, Toushirou menjadi pusing.

—Kenapa aku yang harus khawatir tentang semua hal ini dan bukannya Shuuya-san?

Biasanya, seragam pegawai adalah sesuatu yang seharusnya diurus oleh pemiliknya sendiri.

"Ageha-san, permisi sebentar. Flika, ikuti aku."

Memberitahu pelanggan, Toushirou membawa Flika masuk ke dalam meja counter.

Memasuki titik buta dari kursi pelanggan, seseorang bisa melihat pintu dengan tulisan "Khusus Pegawai", dan tangga yang menuju ruang bawah tanah. Di balik pintu itu ada ruang istirahat dan ruang bawah tanah itu digunakan untuk menyimpan biji kopi dan sejenisnya.

Membuka pintu dari ruang istirahat, di tengahnya terdapat meja besar dan beberapa kursi pipa. Minuman, permen dan majalah tua—berbagai sampah berserakan. Sangat berbeda dengan interior berkelas yang dimiliki toko, seperti perwujudan fisik dari kecerobohan Shuuya.

Di sepanjang dinding ada komputer akuntansi dan brangkas, tapi dia belum pernah melihat salah satunya bisa berfungsi.

Di atas meja, Shuuya membuka sebuah majalah gravure. Entah kenapa sepertinya dia menyerah mengurus administrasi perbaikannya.

"Shuuya-san, ada seorang gadis di sini jadi bisakah kau tidak membuka buku tersebut?"

"Diam. Ini satu-satunya hal yang dapat menyembuhkan kehancuran hatiku sekarang."

"Jangan datang padaku jika kau dituntut atas pelecehan seksual mengerti?"

Setelah menutup matanya seakan mempertimbangkan sesuatu, Shuuya menutup majalah itu seolah-olah dilakukan dengan terpaksa.

"Ba...baiklah, aku seorang pria bagaimapun juga. Hal tersebut tentu tidak baik. Ya."

"Apa kau, pecundang?"

Melihatnya dengan tatapan penghinaan, Toushirou berjalan ke ruang istirahat. Yang ditutupi dengan tirai adalah ruangan kecil untuk loker dan rak, dan juga berfungsi sebagai kamar ganti. Meskipun salah satu loker diberikan untuk Toushirou, selain untuk menyimpan seragamnya, dia hampir tidak pernah menggunakannya.

Meskipun ini pertama kalinya dia membuka loker selain miliknya, dia menemukan seragam perempuan begitu dia membuka loker di samping miliknya.

Terlihat mirip seperti seragam pria yang Toushirou pakai kecuali fakta bahwa bagian bawah adalah rok dan kemeja yang berjumbai.

—Ukuran Flika, mungkin 'S'?

Dia mengambil seragam dan menyerahkannya pada Flika.

"Kupikir ukuran ini seharusnya pas, tapi kalau terlalu kecil silahkan yang lebih besar."

"Oke."

"Meskipun kupikir itu tidak akan terjadi, jika Shuuya-san mau mengintip jangan ragu untuk menembaknya."

"Oke"

" 'Oke' apanya! Yang lebih penting, kenapa aku tertarik melihat anak ini telanjang?"

Seperti yang diharapkan, sepertinya dia mendengarnya. Shuuya membela dirinya.

"......apa tidak masalah kalau aku menembaknya?"

"Tolong lakukan jika itu benar-benar terjadi."

Jawab Toushirou sambil menghela napas saat Flika akan mengambil pistolnya, tersenyum.

Lalu, Flika menatap sesuatu di atas kepalanya.

"Apa jendela itu, tidak ada tirainya?"

Di bagian atas kamar ganti, ada jendela kecil.

"Tidak ada, selain itu, ini terbuat dari kaca buram dan dekat dengan lantai kedua jadi tidak akan ada yang mengintipmu. Santai."

"Ini juga terkunci dari dalam bukan?"

"Yah, begitulah……"

Bahkan Toushirou memiringkan kepalanya bingung dengan pertanyaan yang terlihat spesifik, dia mengangguk, yang mana Flika tertawa penuh pengertian.

"Yah, aku akan segera berganti pakaian jadi bisakah kau keluar?"

"Ya tentu. Tolong kembali ke meja counter setelah kau selesai."

Kata Toushirou sambil meninggalkan kamar ganti.

Ketika dia kembali ke meja counter, Ageha mulai mengetuk mejanya dengan keras.

"Secangkir cokelat lagi?"

"Tidak, meskipun aku mau, aku ingin tahu bagaimana kau akan melakukannya."

"Apa yang kau maksud dengan 'bagaimana'?"

Ekspresi yang terlihat menyedihkan terbentuk di wajah Ageha saat dia dengan cepat melihat ke arah lubang besar di dinding.

"Ah.....Seperti yang diharapkan, meskipun ini bukanlah titik di mana tokonya harus ditutup, sepertinya hari-hari di mana ada tauge dan beras akan berlanjut sedikit lebih lama."

Yang terburuk datang ke yang terburuk, mungkin akan lebih baik bagi Toushirou untuk bersiap-siap kalau gajinya akan ditunda selama satu bulan lagi.

—Aku penasaran jika aku harus mempertimbangkan antara mengganti pekerjaan atau fokus pada pekerjaan sampingan......

Namun, setengah dari waktunya sudah digunakan untuk pekerjaan sampingan yaitu sebagai agensi pekerjaan aneh. Apa pekerjaan sampingan lain yang bisa dia mengambil?

Seolah-olah dia tahu apa yang ada di pikiran Toushirou, Ageha berbicara,

"Tentunya toko ini akan memburuk jika Toushirou berhenti. Kalau Strada akan menghadapi penurunan seperti itu, aku mungkin harus memberikan beberapa kemurahan hati. Toushirou, bawakan aku Panino."

Dia mungkin telah mengerti kenyataan jika Toushirou pergi, dia tidak punya pilihan lain kecuali meminum cokelat buatan Shuuya. Meskipun dia sangat jarang mau memesan sesuatu selain cokelat, sikapnya sangat arogan.

"Ya ya. Ham atau bacon, apa yang kau mau?"

"Keduanya. Meskipun kecil, kupikir, apa kau harus menjaga kantongmu agar tetap hangat?"

Tersenyum kecut pada gadis muda yang membusungkan dadanya dengan udara merendahkan, Toushirou menuju ruang istirahat di belakang.

Biasanya, karena pesanan untuk sesuatu selain minuman adalah hal yang jarang, semua bahan makanan disimpan jauh di lemari pendingin besar di ruang penyimpanan.

Memasuki meja counter dan hendak berjalan menuruni tangga—Toushirou mendengar suara aneh yang berasal dari ruang istirahat.

Ah, ugh......ini ketat......

Mengenalinya sebagai suara Flika, Toushirou mengintip ke ruang istirahat.

Di dalamnya, Shuuya sekali lagi ada di meja dan membuka sebuah majalah gravure tepat di depannya. Sepertinya Flika masih belum keluar dari kamar ganti di dalam.

"Suara apa itu?"

"Aku tidak tahu. Bagaimana aku bisa tahu?"

Entah kenapa, saat Toushirou memanggil Shuuya, itu seperti dirinya dicap cabul.

—Yah, Meskipun jika aku dipanggil dengan seseorang yang membaca majalah seperti itu di depan seorang gadis, respon tersebut juga tidak bisa dihindari.

Namun, hanya berganti pakaian, ada sesuatu yang aneh.

Tidak hanya suara gesekan pakaian; dia bisa mendengar suara derap seolah-olah ada sesuatu yang ditendang di sekitarnya.

Kemudian dia mendongak ke atas kamar ganti tanpa alasan tertentu.

Sejak ruang itu dipisahkan dengan loker dan rak, tidak ada yang menghalangi sesuatu di dekat langit-langit. Dalam celah kecil, dia bisa melihat sesuatu berwarna putih bergerak.

Menyadari hal apa itu, baik mata Toushirou dan Shuuya penuh dengan ketidakpercayaan.

"Ayolah, tinggal sedikit lagi...... Ungh, pistolnya tersangkut. Ah, tidak, itu akan jatuh!"

Setengah tubuh bagian bawah gadis muda itu tersangkut jendela di bagian atas kamar ganti.

Meskipun jendelanya kecil, ukuran tubuh Flika yang seperti itu seharusnya bisa melaluinya. Namun, sepertinya sejumlah besar senjata di mantelnya tersangkut, membuatnya tidak bisa keluar.

Dengan melihat bagian bawah tubuhnya, dia sepertinya telah mengganti pakaiannya.

Toushirou membuka tirai dari kamar ganti.

"Sepertinya susah. Apa mau aku bantu?"

"Ini...Ini bukan apa-apa. Kalau saja aku tidak punya senjata ini, ini tidak akan terjadi!"

"Omong-omong, bagaimana jika kau turun dan melepas mantelmu?"

"Aku paham! Seperti yang diharapkan dari Toushirou-ku—n......"

Suara Flika berhenti dengan cepat.

—Untuknya karena mencoba kabur hanya beberapa menit setelah aku melepaskan pandangan darinya.

Dia cukup berani tidak seperti penampilannya.

Flika turun menggunakan bingkai jendela dan membersikan dirinya.

"Ah, jika tidak keberatan Toushirou-kun. Apa kau membutuhkan sesuatu?"

"Ya. Aku ingin tahu apa yang mau kau lakukan berkaitan dengan menemukan kakakmu."

"Umm...mari kita lihat, aku ingin kau untuk mencari kakakku tapi meskipun begitu, aku tidak suka bekerja jadi......"

Gadis muda itu mengedipkan matanya seolah-olah menunjukkan daya tariknya, tapi hati Toushirou sedingin es.

"Aku paham. Bagaimanapun, ku lihat kau sudah selesai mengganti pakaian?"

"Ya. Dan sangat cocok. Bagaimana penampilanku?"

Pada saat itu, dia berputar.

Roknya berkibar lembut, dan rambut putihnya terangkat seperti tirai. Pita besar yang ada di belakang pinggangnya sangat cocok dengannya.

Dia terlihat seperti ilusi, tapi meskipun begitu Toushirou tidak bergerak.

"Ya. Kau terlihat hebat."

"Fufufu, Toushirou-kun kau pria nakal. Apa aku membuatmu bersemangat?"

"Jika aku harus memilihnya, aku akan berkata kau membuatku kesal?"

Flika tersenyum lebar—senyuman manis di mana seseorang bisa berkata kalau itu dipaksakan dalam sekali pandang, namun—yang mana Toushirou tersenyum dingin untuk membalasnya.

Di atas itu, membuat lelucon buruk seperti itu dan mempunyai wajah yang sama dengan "dirinya", bahkan Toushirou ingin dia menghentikannya.

Dalam senyuman yang sangat bertentangan, orang yang pertama kali memalingkan matanya adalah Flika

"Ah. Haha...... Apa kau marah?"

"Jika aku terlihat seperti itu, mungkin itu benar."

Toushirou menjawab sambil tersenyum, Flika mengerakkan jari-jarinya di depan dadanya dan menjadi penurut.

"Kalau begitu, kedepannya, apa kau keberatan belajar bagaimana cara membuat panino? Oh dan aku akan mengurus mantel berbahayamu. Aku akhirnya membuatmu berpikir kalau tidak ada gunanya bagimu untuk memakainya."

"Kyaa, Toushirou-kun mesum! Kau tidak dapat melakukan itu kau tahu, melucuti pakaian seorang gadis muda."

"Aku yang akan mengurus hal itu."

"Yah, sebagai seorang pemuda yang sehat, bukannya aku tidak mengerti keinginanmu untuk mengintip rahasia dari, gadis yang sekilas muda, cantik, dan indah atau sebagai—”

"Aku yang akan mengurus hal itu."

"Tidak tunggu, umm......"

"Aku yang akan mengurus hal itu."

"Oke……"

Melihat senyuman Toushirou yang tidak ada tempat untuk negosiasi, sepertinya Flika dengan cepat menerimanya.

Memegang mantel yang diserahkan kepadanya dengan enggan, wajah Toushirou berubah.

"......Apa...apa yang kau masukan ke dalamnnya sampai membuatnya seberat ini?"

"Bertanya mengenai berat badan seorang gadis muda, itu hal yang buruk Toushirou-kun."

"Sesuatu yang menyimpan bahan peledak sebanyak ini disebut gudang bahan peledak. Harap diingat itu."

Saat dia hendak membuang mantel itu, Flika berteriak.

"Tunggu Toushirou-kun! Jika aku tidak memiliki senjataku... Aku memiliki penyakit di mana aku akan terserang dengan rasa tidak aman seperti jika aku ditinggalkan di dataran Siberia sendirian."

"Mana ada penyakit semacam itu! Yang lebih penting, meskipun kau amnesia, bagaimana kau tahu tentang Siberia?"

"Saat aku menggunakan kamuflase Siberia pada eksteriorku, itu memiliki efek yang membuat lawanku lebih sulit untuk melihat target mereka."

"Bagiku, aku tidak bisa memahami apa yang terjadi di dalam kepalamu. Selain itu, tamu kita sedang menunggu. Tolong cuci tanganmu—Shuuya-san, aku akan memakai brangkasnya."

Meminjam kuncinya dari Shuuya, Toushirou mengambil mantel yang penuh dengan senjata dan melemparkannya ke dalam brankas di ruang istirahat. Karena brangkasnya yang berjenis dikunci dengan kunci, satu-satunya yang memegang kuncinya adalah pemilik, Shuuya.

—Seperti perkiraanku, mungkin karena Shuuya-san tidak akan membiarkan biaya perbaikan sedikit diringankan.

Dia mungkin tidak akan melakukan sesuatu yang bisa membuat Flika mendapatkan kuncinya dikarenakan kelalaian sehari-hari.

Melihat senjata api yang disegel menghilang, Flika mengeluarkan "Ahh" yang sedih.


Beberapa menit kemudian.

Setelah menyiapkan bahan-bahan dan kembali ke meja counter, Flika menatap Ageha seolah-olah dia sedang mencari bantuan.

"Umm, bukankah orang itu sedikit terlalu tegas?"

"Yah, itu karena menjaga ketegasannya adalah salah satu sifat Toushirou."

"Aku ragu kalau itu dianggap sebagai menjaga ketegasan."

Di depan Flika yang sedang mengejeknya, Toushirou mulai meletakkan roti, selada, ham, dan bacon yang dipesan.

"Omong-omong, apa itu panino?"

"Ini sandwich dari Italia. Hal itu juga berlaku untuk nama "bar" dan "barista" dan pada kenyataannya, menu kami benar-benar standar Italia."

"Italia......Ahhh, negara Berettas kan? Pistol itu memiliki sedikit rekoil dan mudah digunakan. Aku bahkan punya dua yang sering kugunakan. Aku tidak tahu apa-apa lagi tentang hal itu selain ini."

"Berhentilah mengatakan hal-hal yang membuat Italia terlihat seperti sebuah negara yang hanya memiliki senjata."

Berbicara mengenai Perusahaan Berretta, itu adalah pembuat senjata Italia yang terkenal. Toushirou tahu banyak tentang ini.

Saat dia berbicara, Toushirou dengan terampil menggunakan pisau pemotong dan memotong roti menjadi bagian atas dan bawah.

Menyerahkannya ke Flika, dia menyuruhnya untuk memasukkannya ke dalam oven pemanggang roti.

"Waktu memanggangnya sekitar setengah menit. Sementara itu, cepat siapkan piring atau sesuatu yang mirip. Untuk panino, gunakanlah piring yang ada pola merah."

"Merah……"

Saat dia memberikan instruksinya dengan lancar, Flika dengan ragu-ragu mengambil piring bundar dari rak.

"......Flika. Aku bilang piring dengan pola merah. Ini warnanya biru?"

"Ahaha. Aku minta maaf. Yang mana yang warna merah?"

"Lagi-lagi kau dan lelucon burukmu."

"Tunggu, ini benar-benar bukan lelucon....."

"......?"

Dengan nada atau kejengkelan dalam suaranya seolah-olah dia telah dibodohi, Toushirou terkejut.

Meskipun Flika memberikan senyum palsu biasanya yang terlihat bodoh, dia bisa mendengar dari kalimat terakhir bahwa dia benar-benar ragu.

Piring dengan desain dedaunan merah tepat berada di depan Flika. Meski begitu, mata Flika berkeliaran, tidak yakin dengan piring yang akan diambil.

—Bukan begitu......dia tidak bisa melihatnya dengan benar?

Bukannya dia sedang mencoba untuk menjadi lucu, maupun dia tidak bisa melihat itu.

Seperti yang dia pikir, Toushirou sadar.

—Apa dia juga melupakannya, nama warna?

Jika dia tidak bisa mengingat hal-hal seperti itu, mungkin akan menjadi masalah dalam kesehariannya juga.

Dia merasa kalau kepalanya menjadi sedikit lebih jelas.

Ragu-ragu sejenak, Toushirou menunjuk piring di depan Flika.

"Piring yang ini. Yang tadi kau ambil berwarna biru, dan itu digunakan untuk salad."

Dengan ini, Toushirou menjelaskan langkah berikutnya.

"Untuk serbet panino-nya, silakan gunakan yang satu itu."

Itu serbet yang dihiasi dengan garis-garis hijau. Ukuran yang sempurna dimana desain piring bisa hanya terlihat melaluinya, dan itu adalah yang Toushirou—bukan Shuuya—upayakan dengan sungguh-sungguh untuk memesannya.

Roti yang dipanggang dalam waktu singkat dan kali ini, dia mengeluarkannya ke talenan.

"Saat ham atau bacon langsung menyentuh roti, itu akan menjadi tawar. Itulah kenapa mereka ditempatkan antara selada."

Berpikir kembali mengenai bagaimana dia tidak mengenali warna, dia menunjuk setiap bahan saat dia memberi instruksi, yang mana Flika membawanya dengan terampil.

Dengan cepat meletakkan selada, dia menaruh ham mentah dan bacon di atasnya diikuti oleh lapisan hiasan dan taburan lada. Lalu, setelah lapisan selada lain, kemudian bagian akhirnya ditutupi dengan lapisan roti lainnya. Butuh waktu kurang dari tiga puluh detik untuk selesai.

—Jarinya, seperti jarum jam.

Untuk aspek itu, bahkan Toshirou memberikan persetujuan yang jujur.

"Sekarang, kita potong ini menjadi setengah. Bukan lurus ke bawah, tapi miring ke samping seperti apa yang kau lakukan untuk roti Perancis. Juga, jangan berlama-lama dan lakukanlah dalam satu irisan."

"Yaaaaa."

Sambil menjawab, kemudian dia memotong roti dengan keterampilan menggunakan pisaunya.

Lalu, menaruh produk jadi ke dalam piring yang telah dihiasi, panino selesai.

Bau harum roti, aroma minyak dari bacon, bercampur dengan aroma lada, tercium di seluruh ruangan dan lebih dari cukup untuk membuat orang meneteskan air liur.

"Maaf telah menunggu lama."

"Mmm."

Saat Flika membawa panino itu, Ageha memasukkannya ke dalam mulutnya dengan puas.

"Tidak buruk. Bukankah kau lebih berbakat daripada Toushirou?"

Dipuji oleh Ageha, Flika terlihat agak lega.

Meskipun itu dengan cepat ditutupi oleh senyum palsu, dia berpikir bahwa itu adalah ekspresi wajah alami pertama yang dia buat.

—Mungkin gadis ini hanya berani di luar.

Menyadarinya, Ageha mengatakan sambil menyesalinya,

"Namun, meskipun panino ini standarnya cukup baik, kenapa cokelat yang kau buat selalu berstandar "Toushirou", aku penasaran?"

"Berapa kali aku harus memberitahumu kalau kami adalah toko yang mengkhususkan diri dalam kopi sampai kau paham?"

Segara setelah Toushirou menjawab, ada beberapa pejalan kaki yang berdiri di pintu masuk toko, sesuatu yang jarang terjadi.

......Yah, itulah yang diharapkan.

Karena meskipun lubang besar di dinding telah ditutupi dengan kain biru, itulah kenyataan Strada sekarang.

—Dan sekali lagi, pelanggan akan mulai menghilang......

Pada saat itu ketika Toushirou merasakan sakit di perutnya.

Dengan sebuah bunyi lonceng, pintu terbuka dan seorang pria paruh baya masuk seolah-olah dia berada di tengah-tengah pekerjaan. Dia tidak memiliki jas dan mengenakan setelan bisnis sambil membawa koper bisnis.

"Apa sekarang tempat ini buka?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu, waktunya untuk mengambil sedikit istirahat."

Ini saatnya bola mulai menggelinding dan sejumlah pejalan kaki yang berhenti mulai masuk. Ini sudah lewat dari waktu makan siang dan ada banyak orang muda, pelajar, orang dewasa muda dan semacamnya.

Ini pertama kalinya ada banyak pelanggan yang datang ke toko, dan mata Toushirou melebar karena terkejut.

Kebanyakan dari mereka mengelilingi meja counter, dan orang yang pertama kali masuk berbicara dengan Toushirou.

"Dia benar-benar cantik. Apa dia selalu di sini setiap harinya?"

Begitu dia menyadarinya, dia mendapati dirinya mendengarkan pertanyaan yang sama dari setiap pelanggan.

Tampaknya itu adalah tujuan salah satu orang atau yang lainnya, tujuan mereka ada Flika.

Memang benar bahwa rambut putihnya menonjol. Bahkan penampilannya begitu mempesona hingga Toushirou mengira dia adalah malaikat bahkan jika itu hanya sepersekian detik.

Meskipun tidak seorangpun yang tahu mengenai mantelnya, seragam barista mengikuti siluet tubuh gadis muda yang indah. Meskipun mungil, dadanya juga cocok untuk orang seusianya, dikombinasikan dengan pinggang rampingnya, dan di bawahnya, rok mengembang dan melengkung.

Dengan seorang gadis muda yang seperti itu berada di depan mereka, tidak mungkin akan ada seseorang yang tidak akan memperhatikannya sedikit pun.

Terkejut dengan lubang besar di dinding dan berhenti untuk melihat, seseorang akan melihat gadis muda di dalam toko yang menyediakan kopi. Itu sepertinya memiliki efek merangsang rasa ingin tahu dari orang yang lewat, membuat mereka ingin datang jika mereka memiliki waktu.

Sedikit melirik ke arah Flika, dia membusungkan dadanya dengan tampilan kemenangan di wajahnya seolah berkata kepadanya, "Bagaimana itu?"

—Apa-apaam wajah menyebalkan itu?

Kata-kata itu hampir keluar dari mulutnya, tapi Toushirou berhasil menelan itu turun.

"Akan sulit bagiku untuk menjawab pertanyaan seperti itu, tapi aku selalu siap untuk mencatat pesananmu."

"Whoops, salahku. Pertama, aku memesan kopi."

Sudah lama sejak dia punya seseorang yang memesan kopi dan Toushirou begitu kewalahan dengan emosinya yang membuatnya hampir meneteskan air mata.

"Ini menunya."

"Ehhh, sudah jarang melihat kopi Costa Rican."

"Ini mungkin bukan nama yang sering kau dengar di Jepang, namun tanah di Kosta Rica itu berkualitas baik dan cukup terkenal, dan menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi. Adapun untuk rasa, kepahitannya mungkin lebih kuat."

"Kalau begitu aku memesan ini."

"Aku expresso."

"Aku memesan cappuccino."

Pesanan datang satu per satu, dan aroma kopi melayang di seluruh toko.

"Flika, bawa kopi ini ke meja nomor tiga, lalu bawa cappuccino ini ke meja nomor dua."

Memberinya rincian sederhana dari pengaturan meja dan menggeser nampan dan cangkir ke depannya, Flika memegang nampan dengan kedua tangan dan membawanya ke meja.

Keseimbangan sepertinya tiba-tiba membaik, dan gerakannya tidak sedikit pun goyah saat dia berjalan naik dan turun di toko.

"Permisi, maaf telah menunggu lama. Nikmatilah."

"......Ohhhh, inilah pertama kalinya aku melihat senyum palsu yang jelas seperti itu."

Melihatnya tidak pernah mengubah senyum palsu bahkan sampai tidak mau repot-repot untuk menghapusnya di depan pelanggan, pelanggan pria paruh baya terkejut karena keget.

"Untuk sebuah senyuman di toko kami, itu akan seharga satu juta dolar jadi......"

"Jangan pergi begitu saja dan memulai urusanmu sendiri Flika!"

"Aku paham, jadi inilah apa yang akan terjadi saat tempat ini bukanlah restoran cepat saji."

Tawa pelanggan dengan hangat saat Toushirou berteriak dari meja counter.

Hari itu, adalah pertama kalinya Strada memiliki bisnis yang lancar sejak Toushirou mulai bekerja di sana.

full-width