Bab 6: Spaghetti dengan Saus Daging

(Penerjemah: Anickme)


Thomas Alfade, mantan pemilik Perusahaan Alfade, dikatakan sebagai penyelamat perusahaan itu.

Perusahaan Alfade adalah salah satu dari banyak perusahaan tua di kota paling makmur dari seluruh kota di Benua Timur, ibu kota Kerajaan. Kota yang berasal dari Kerajaan pertama yang dihancurkan berbulan-bulan lalu.

Bisnis utama Perusahaan adalah berbagai produk gandum, khususnya mi. Dikarenakan mi gandum mudah disimpan dalam jangka waktu yang lama asal tetap menjaga kadar air, mi gandum hampir tidak memiliki rasa kecuali dengan direbus dalam air yang banyak. Ini membuatnya tidak begitu populer. Thomas-lah yang memopulerkan mi gandum, yang dulu dianggap makanan petani, menjadi makanan pokok bagi keluarga bangsawan. Dia membangun Perusahaan Alfade menjadi kekaisaran perdagangan paling terkemuka di Kerajaan.

Rahasia kesuksesan Thomas adalah berbagai saus berbeda yang dia kembangkan. Ada saus yang terbuat dari gandum dan susu, disukai oleh banyak orang. Tapi ada juga yang terbuat dari saus ikan fermentasi, kebanyakan ditemukan di negara-negara pinggir laut di Benua Barat, dan jamur yang digoreng bersama. Ada juga saus kental yang populer di pelabuhan perdagangan barat yang menggunakan telur ikan asin, serta saus pedas baru yang terbuat dari bubuk cabai.

Saus Alfade mengubah cara orang memakan mi. Mereka tidak lagi puas dengan rasa sederhana seperti garam, keju, madu, atau rempah. Mereka sekarang menginginkan saus Thomas dan mi mereka. Inilah bagaimana Perusahaan Alfade yang awalnya kecil menjadi sangat besar di Kerajaan, dengan Thomas sendiri yang dikatakan sebagai "Genius Inovasi Kuliner."

Tapi Thomas tahu dia bukan jenius. Dia hanya beruntung. Di dalam kegelapan ruang penyimpanan tempat dia menyimpan gandumnya terdapat pintu hitam misterius yang kebetulan dia temukan ketika dia masih berbisnis. Toko di sisi lain pintu itu dibuka sekitar tiga puluh tahun yang lalu berdasarkan waktu orang-orang di dunia ini (meskipun tampaknya sudah lebih dari lima puluh tahun), dan saat itulah Thomas mulai mengunjunginya sekali setiap 28 hari bukan sebagai pelanggan tetapi sebagai pedagang.

Thomas baru-baru ini mengundurkan diri dari posisinya sebagai kepala perusahaan dan menyerahkannya kepada cucunya, memilih kehidupan yang lebih tenang. Namun, dia membuat janji dengan pemilik toko sebelumnya. Selama kedua bisnis masih berjalan, mereka akan terus bertransaksi satu sama lain. Karena Thomas memiliki waktu luang yang cukup banyak berkat kehidupan barunya, dia bersiap untuk pergi mengunjungi sisi lain pintu di Hari Satur.

"Baiklah, harusnya semuanya sudah siap," kata Thomas pelan setelah memastikan bahwa semua yang dipesan pemilik ada di tas tepercayanya yang dia gunakan sejak dia masih muda. Pintu di ruangan tempat dia berada hanya muncul pada Hari Satur dan hanya bisa digunakan sekali. Begitu pintu ditutup, atau tiga ratus detik berlalu, pintu akan menghilang, tidak mungkin bisa dimasuki lagi. Pelanggan lain memberitahunya kalau itu adalah aturan pintu ke Restoran dari Dunia Lain. Itu sebabnya dia selalu memastikan untuk mengecek bahwa dia sudah membawa semua yang dia butuhkan sebelum memutar gagangnya.

Dengan segala sesuatu yang sudah siap, Thomas berpaling pada cucunya, yang dia ajak bersamanya untuk pertama kalinya.

"Bagaimana kalau kita masuk, Sirius?"

"Apa pintu ini benar-benar terhubung ke dunia lain, Kakek? Aku setuju kalau sangat aneh memiliki pintu yang sangat bagus di ruang penyimpanan lama perusahaan kita, tetapi tetap saja..."

Cucu Thomas dan sekarang kepala perusahaan, Sirius, tampak bingung.

"Aku tidak akan menyalahkanmu karena meragukanku," Thomas tertawa.

Para petualang yang berkeliling dunia atau elf yang sangat paham dalam sihir mungkin tidak akan ragu. Namun, Thomas dan cucunya hanyalah seorang pebisnis. Terdengar tidak lebih dari dongeng bagi manusia. Satu-satunya orang yang akan percaya bahwa hal seperti itu ada di sini hanyalah orang yang menghabiskan hari-hari mereka dengan berkhayal.

"Kau akan tahu ketika kita sampai di sana. Jangan takut. Meskipun itu dunia lain, itu sama sekali tidak berbeda dari dunia kita. Yang paling penting, kau bisa berkata kalau Perusahaan Alfade sangat berhutang budi pada toko di balik pintu ini.”

Thomas meletakkan tangannya di atas gagang pintu berwarna kuning dan memutarnya. Pintu itu terbuka, disertai dengan suara bel yang tidak asing.

"Berhutang budi…? Toko apa itu?” Sirius bertanya pada kakeknya saat lelaki tua itu sudah bergerak untuk memasuki pintu.

"Restoran dari Dunia Lain." Thomas berjalan ke toko yang dimaksud, melangkah menjauh dari kegelapan ruang penyimpanan menuju ruangan terang yang menyambutnya.

"Selamat datang... Ah, Thomas! Tunggu sebentar.” Pemilik baru saja selesai membersihkan meja dengan kain basah. Tidak ada pelanggan lain yang terlihat, hanya suara panci mendidih di dapur. Thomas selalu mengunjungi restoran lebih awal sebelum ramai. Dia tidak ingin pelanggan lain terganggu.

"Keberatan kalau kami duduk sambil menunggu?"

"Tentu saja tidak. Aku baru saja selesai membersihkan meja itu, jangan sungkan. Ngomong-ngomong, siapa dia?”

"Senang bertemu denganmu. Saya Sirius, cucu Thomas. Terima kasih atas semua yang telah Anda lakukan untuknya." Sirius tersenyum dan dengan sopan menundukkan kepalanya kepada pemilik, tanda untuk seorang pedagang yang baik.

"Aku mengajaknya bersamaku sesekali, jadi aku harap kau tidak keberatan."

"Tentu saja tidak! Jadi, kau adalah cucunya... Benar-benar mirip Thomas ketika dia masih muda," jawab pemilik.

Hubungan Thomas dengan restoran ini dimulai hampir tiga puluh tahun yang lalu, jadi dia lebih mengenal pemilik saat ini, bahkan mengenalnya sejak dia masih kecil. Di sisi lain, pemilik mengenal Thomas dengan baik sebagai salah satu pelanggan tetap kakeknya. Kedua lelaki itu bukan hanya berbagi hubungan bisnis yang kuat tetapi juga persahabatan.

"Tunggu sebentar, aku akan membawakan kalian kopi." Pemilik mundur ke belakang.

"Kopi?"

“Semacam teh dari dunia ini. Warnanya hitam dan cukup pahit, tetapi begitu kau terbiasa, rasanya lezat. Itu bahkan memberimu energi. " Thomas memberikan cucunya penjelasan singkat tentang minuman itu sambil dengan senang menyaksikan pemuda itu melihat-lihat interior restoran.

"Penasaran, kan?"

"Ya. Jadi ini benar-benar dunia lain?” Sirius mengalihkan pandangannya ke benda-benda asing yang menghiasi restoran.

"Benar. Perhatikan sekitarmu. Kau dapat mengatakan kalau dekorasi dan keseluruhan tata letak semuanya berbeda dari apa yang kita anggap biasa.”

"Aku paham... Kau benar." Sebagai pedagang di ibukota, Sirius telah melihat segala macam barang. Dia tahu dari instingnya kalau perkataan kakeknya masuk akal.

Hal pertama yang berbeda adalah lampu terang. Bahkan walaupun menggunakan sihir, itu seharusnya sedikit redup. Lalu ada banyak wadah kaca berbentuk indah. Setelah melihat dengan saksama, wadah dengan cairan hitam di dalamnya tampak transparan tetapi sebenarnya tidak terbuat dari kaca maupun keramik. Kakeknya benar. Sirius tidak berada di negara asing tetapi benar-benar dunia lain.

"Maaf membuat kalian menunggu. Ini kopinya." Pemilik meletakkan dua cangkir cairan hitam harum di depan mereka, bersama dengan wadah emas kecil berisi susu.

"Terimakasih banyak."

"Sama-sama. Aku akan ambil hasilnya."

Pemilik sekali lagi menghilang ke dapur.

"Baiklah. Sirius, bisakah kau memberikanku botol biru itu... Ada gula di dalamnya."

"Oh tentu. Wow, gula ini berkualitas sangat tinggi. Ini putih bersih!" Sirius mengambil botol kecil berisi gula, dan Thomas mengambil dua sendok penuh dari apa yang tidak diragukan lagi adalah gula kualitas tertinggi yang dijual Perusahaan Alfade, mencampurnya ke dalam kopinya.

Thomas selalu meminum kopi dengan dua sendok gula dan tanpa susu. Selama bertahun-tahun mengunjungi restoran, inilah cara favoritnya untuk menikmatinya.

"Mm, enak." Pria yang lebih tua meminum kopinya. Dia mendengar dari restoran lainnya bahwa jauh di seberang lautan di Negara Gurun ada minuman yang serupa. Gula putih dengan citarasa murni dan rasa pahit kopi yang beraroma unik menyatu menjadi satu, menyebar ke seluruh mulut Thomas dan meninggalkan rasa manis yang tajam di akhir.

Bersama dengan perasaan lega yang menyelimuti seluruh tubuhnya, dia juga merasakan energi baru. Diberikan secangkir kopi gratis secara diam-diam adalah salah satu hal favorit Thomas jika datang ke sini.

"Ayo, minum sebelum dingin," Thomas mendesak cucunya. “Aku sarankan ditambah gula dan susu. Akan lebih mudah untuk minum seperti itu. "

"Baik. Ini dia..." Sirius menambahkan dua sendok gula seperti kakeknya, dan setelah menyesapnya, ditambahkan susu.

"Begitu... Rasa asam dan pahitnya benar-benar membuat rasa yang unik. Ini cukup bagus." Kopi ringan yang dimaniskan membuat senyum di pemuda itu.

Biaya mendapatkan gula yang terbuat dari tebu di selatan telah turun secara signifikan sejak perang melawan ras iblis berakhir bertahun-tahun lalu, memungkinkan untuk bepergian dan berdagang dengan aman dengan Benua Barat di seberang lautan. Rumornya, itu masih menjadi produk penting yang bernilai banyak koin perak. Gula murni bahkan bisa setara dengan biaya obat.

Perusahaan Alfade memiliki keuntungan yang lebih besar dibanding usaha keluarga bangsawan lain, tetapi mereka cenderung tidak membeli apa pun yang tidak ekonomis, jadi hanya ada sedikit kesempatan untuk menikmati sesuatu yang semanis ini.

Kurasa dia masih seorang anak-anak jika hal-hal manis membuatnya senang, pikir Thomas. Dia memperhatikannya sambil tersenyum ketika cucunya bereaksi saat meminum kopi panas dalam satu tegukan. Karena terlahir di Perusahaan Alfade, Sirius kurang memiliki kualitas seorang pedagang yang biasanya harus dipelajari lewat kerja keras. Ada rumor kalau dia adalah seorang pemikir cepat dan tahu cara terbaik memanfaatkan orang-orang di sekitarnya. Thomas cukup bangga dengan cucunya. Setelah beberapa saat menikmati dan menyelesaikan kopi dunia lain, keduanya didekati pemilik, yang memegang kotak perak.

"Maaf membuat kalian menunggu. Ini adalah penghasilan restoran hari ini. Bolehkah aku mengambil tas itu?”

"Ya tentu saja. Selagi kau mengaturnya, aku akan menghitung ini." Thomas menyerahkan pemilik gelas kosong dan tas besar yang dibawanya.

“Terima kasih. Aku akan naik ke atas sebentar."

Thomas melihat pemilik naik ke atas sebelum mengalihkan perhatiannya ke kotak perak di depannya dan membukanya.

"Wow, ada delapan koin perak elf kuno di dalamnya."

"Mmhm. Ini biasa. "

Entah kenapa, setiap kali Thomas datang untuk mengambil kotak penghasilan, akan ada koin perak ini. Biasanya, seseorang harus menjadi keluarga bangsawan untuk memilikinya. Entah begitu, atau mereka harus menjadi elf sendiri, atau seorang petualang yang menjelajahi reruntuhan elf. Pembuatan koin-koin ini telah berhenti lebih dari seribu tahun yang lalu, yang berarti itu adalah mata uang dengan nilai tertinggi yang dapat diperoleh seseorang. Kotak ini berisi delapan koin tersebut, 41 koin perak dari berbagai daerah, dan hampir tujuh ratus koin tembaga.

Isi kotak perak ini adalah seluruh penghasilan Restoran dari Dunia Lain dalam bulan itu.

“Hm, menarik. Penghasilannya sedikit lebih tinggi dari bulan lalu." Thomas menggunakan keterampilan pedagangnya yang tajam untuk memperkirakan jumlah di dalam kotak.

"Tunggu, ini penghasilan restoran?" Sirius bertanya.

"Benar." Pemilik memberikan penghasilannya pada Thomas setiap bulan. "Dan tas yang dia ambil adalah bayaranku." Isi tas besar itu adalah apa yang dia berikan pada pemilik sebagai ganti koin.

"Maksudmu bahan-bahannya?" kata Sirius.

Barang-barang yang dibawa Thomas termasuk bahan makanan berkualitas tinggi yang hanya bisa didapatkan oleh Perusahaan Alfade. Itu juga terdapat bahan biasa yang bisa ditemukan di pasar, seperti tepung gandum, daging, dan berbagai jenis sayuran. Tas itu juga berisi barang-barang yang telah dibawa melintasi lautan dari negara-negara lain, bahkan hidangan daging monster yang dibawa para pemburu dan petualang. Kesepakatan Thomas dengan Restoran dari Dunia Lain adalah dia akan menyediakan bahan-bahan semacam ini kepada toko, dan dirinya akan memperoleh penghasilan bulanan mereka.

"Tepat sekali. Yah, kadang-kadang dia meminta obat-obatan dan sejenisnya, tetapi secara umum, aku menjual bahan makanan kepadanya."

"Hah." Sirius mengangguk meresponnya. Ini adalah kesepakatan yang benar-benar masuk akal bagi penyedia makanan nomor satu di kerajaan, Perusahaan Alfade.

"Tapi apa yang dia lakukan dengan bahan itu? Tidak mungkin cukup untuk restoran semacam ini."

Sejauh yang Sirius tahu, penghasilan bulanan Restoran dari Dunia Lain di bawah sepuluh koin emas. Jika tempat ini hanya buka sekali setiap tujuh hari, itu berarti menghasilkan sekitar dua koin emas sehari. Tidak mungkin bahan makanan yang bisa dibawa seseorang seusia Thomas cukup untuk bertahan sebulan.

"Oh, sepertinya pemilik memakannya sendiri."

Thomas juga memiliki pertanyaan yang sama pada pemilik sebelumnya ketika dia pertama kali menyetujui kesepakatannya. Itulah jawabannya.

"Dia memakannya? Pria yang baru saja di sini?”

"Benar. Pemilik sebelumnya juga melakukan hal yang sama. Dia bilang dia menggunakannya untuk meneliti rasa.”

Jumlah bahan makanan di tas itu tidak cukup untuk memberi makanan ke semua pelanggan restoran, dan menurut pemilik, bahkan jika itu terjadi, ada masalah yang disebut "sanitasi". Itu sebabnya dia memakannya sendiri. Dia dan pemilik sebelumnya menyebutnya "penelitian."

"Apa itu artinya?"

"Aku tidak tahu banyak mengenai cara koki berpikir, tapi..." Thomas memberikan penjelasan sederhana kepada cucunya yang bingung. Dulu, pemilik telah memberitahunya mengapa dia menginginkan bahan dari dunia mereka.

Dalam Restoran dari Dunia Lain, manusia dari dunia Thomas dianggap sebagai tamu. Pemilik biasanya berurusan dengan pelanggan dari dunianya, tempat yang disebutnya "Jepang," sehingga semua makanan dibuat dengan selera mereka. Untungnya, tidak ada perbedaan yang besar, tetapi masih sedikit perbedaan.

Untuk memastikan kalau dia bisa membuat hidangan yang akan menyenangkan orang-orang dari dunia lain, dia bereksperimen dengan bahan-bahannya dan menemukan apa yang paling cocok untuk mereka. Beginilah cara pemilik memastikan makanan sesuai dengan selera mereka.

"Dia berusaha keras untuk melakukan semua itu?" Sirius tampak bingung dengan penjelasan Thomas. Sejujurnya, dia tidak bisa mengerti nilai dari semua masalah itu, mengingat penghasilan bulanan pemilik dan fakta bahwa dia hanya buka seminggu sekali.

“Yah, tampaknya bukanya toko ini sekali seminggu untuk dunia kita adalah semacam hobi baginya. Selama dia bisa memberi makan pelanggannya dengan makanan enak dan membuat mereka tersenyum, dia senang. Itulah salah satu hal tentang dirinya yang persis seperti pemilik sebelumnya," Thomas menjelaskan sambil tersenyum.

Mengingatnya kembali, pemilik sebelumnya juga memikirkan masakannya, baik untuk pekerjaannya maupun hobinya. Sudah tiga puluh tahun sejak Restoran dari Dunia Lain membuka pintunya ke dunia Thomas. Dia lebih dari sadar bahwa salah satu alasan tempat itu sangat dicintai sampai sekarang adalah karena kerja keras yang dilakukan kedua pemilik untuk menjalankan tempat itu.

"Semuanya terlihat bagus. Terima kasih banyak." Sambil memegang dua menu di tangannya, pemilik itu kembali ke meja mereka.

"Seperti biasa, aku akan dengan senang menyajikanmu hidangan apa pun yang kau suka. Kau juga, Sirius.” Dia meletakkan menu di depan keduanya.

"Aku seperti biasa. Mari kita lihat, satu porsi spaghetti dengan saus daging besar. Apa kau juga mau, Sirius?” Thomas bahkan tidak perlu membuka menu untuk memesan.

"Ya pak. Aku akan menyerahkan keputusannya padamu."

"Oke. Dua porsi besar spaghetti dengan saus daging."

Dengan anggukan, pemilik kembali ke dapur di belakang dan segera kembali dengan memegang barangnya.

"Ini pesanannya." Dia meletakkan dua piring mi besar di depan mereka. Di sebelahnya ada sendok perak dan botol hijau. Di atas mi ada saus merah cerah dengan banyak irisan daging yang dicampur ke dalamnya.

"Inilah yang seharusnya. Kau benar-benar tidak dapat menikmati spaghetti tanpa saus daging!"

Bagi Thomas, spaghetti dengan saus daging bukan hanya hidangan yang dia nikmati di Nekoya. Itu adalah awal dari segalanya. Dalam tiga puluh tahun terakhir, jumlah hidangan mi di seluruh dunia tumbuh secara eksponensial. Ada saat di mana dia memakan segala jenis hidangan pasta untuk mencari rasa yang lebih baik, dimulai dengan neapolitan, pasta yang dapat mempertahankan rasa spaghetti dengan saus daging. Tetapi pada akhirnya, tujuan sejatinya tetaplah hidangan ini.

"Tunggu sebentar, Kakek." Sementara itu, Sirius menyadari bahwa dia mengenali piringan di depannya. Dia meminta penjelasan kakeknya dengan ekspresi bermasalah di wajahnya.

Thomas mengatakan satu hal. "Ayolah, kau akan mengerti begitu kau mencobanya. Kau akan tahu. Sekarang mari kita makan sebelum dingin. " Dia mengambil garpu perak yang berkilau di sebelah piring dan menusuknya ke pasta, mencampurnya bersama dengan saus daging, dan menelan ludah sebelum menggigitnya.

Lezat. Thomas cukup sering menyenangkan dirinya sendiri dengan menyantapnya begini, namun respon pertamanya selalu sama.

Sensasi pertamanya adalah daging yang direbus dalam saus. Rasanya benar-benar sesuatu yang istimewa. Orang bisa tahu kalau daging sapi yang lembut dan gurih ini dengan hati-hati diangkat agar bisa menghasilkan rasa sebaik mungkin. Daging babi berlemak dan berkualitas tinggi itu juga sama. Dua rasa besar ini bersatu dan menyebar seperti ombak di dalam mulut Thomas. Masing-masing daging ini akan terasa lezat jika dimasak dengan cara biasa, tetapi memotong dan merebusnya bersama menghasilkan suatu rasa yang tidak dapat diperoleh jika hanya sendiri. Biasanya, campuran daging adalah hal yang digunakan untuk menyembunyikan rasa tidak enak dari daging murah yang hampir busuk, tetapi kalau hanya menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi, itu menghasilkan rasa yang benar-benar baru.

Menyelimuti daging berkualitas tinggi adalah inti dari saus daging, sayuran dari dunia lain yang sangat mirip marmett rebus. Rasanya merupakan fondasi seluruh makanan. Thomas mengingat kembali ingatan sekitar sepuluh tahun lalu, ketika dia dengan bersemangat menemukan makanan yang terbuat dari marmett kering di negara kecil yang belum pernah didengar oleh kebanyakan orang di Kerajaan. Direbus dan dihancurkan menjadi cairan yang menghasilkan rasa manis, asam dan gurih dari marmett. Saus merah cerah ini melengkapi daging dengan luar biasa, memunculkan rasa yang terakhir.

Irisan jamur tipis, kacang yang dihancurkan dan dipanggang, ditambah oranie yang ditumis dalam minyak bersama dengan berbagai macam rempah... Kita masih harus menempuh jalan yang panjang.

Thomas menggunakan waktu ini untuk menikmati mi lalu menghela napas. Kapan dia bisa mengenali sejumlah bahan kompleks yang dimasukkan ke dalam saus ini?

Ketika dia masih muda dan menemukan restoran ini, pertama kali dia memakan spaghetti dan saus daging yang dibuat pemilik sebelumnya, dia memakannya dengan cepat. Thomas tahu bahwa itu lezat, tetapi dia tidak dapat memikirkan kata-kata yang tepat. Itulah dampak dari hidangan itu pada pikiran mudanya. Sangat luar biasa sehingga membuatnya ragu apakah mi yang dijual keluarganya benar-benar untuk dimakan.

"Hm. Jadi, bagaimana menurutmu, Sirius? Bagaimana rasa pasta dari dunia lain?” Thomas bertanya kepada cucunya, yang masih membuka mulutnya dengan tak percaya setelah satu gigitan. Dia akhirnya tersadar kembali.

"Bagaimana restoran ini menjual hidangan yang belum kita rilis ke publik?!" Sirius mengenali rasa ini.

Rasanya seperti saus marmett.

Saus Marmett dibuat dari sayuran yang telah susah payah mereka hasilkan secara konsisten di Kerajaan. Mereka menghabiskan uang untuk membawa petani dari negara kecil yang tidak dikenal, dan meminta mereka bekerja bersama para ilmuwan untuk memecahkan masalah dan menciptakan lingkungan di mana marmett bisa dibudidayakan.

Perusahaan Alfade berencana merilis saus "baru" ini kepada publik saat musim panas. Apa yang digigit Sirius beberapa saat yang lalu sangat mirip, kecuali bagian dimana rasanya lebih halus dari produk mereka sendiri.

"Tunggu, jangan katakan padaku..." Menyadari sesuatu, Sirius segera melihat menu restoran dan daftar hidangannya, dengan hati-hati membaca deskripsi di sebelahnya. Dia akhirnya mengerti kenapa kakeknya menganggap dirinya berhutang budi pada tempat ini.

"Kakek, apa kau..."

"Tepat. Aku bukan Genius Inovasi Kuliner. Gelar itu tidak ada artinya. Aku hanya sangat ingin makan makanan semacam ini di dunia kita.” Kakek Sirius memberitahu semuanya, bersyukur bahwa hari itu akhirnya tiba ketika dia bisa melepaskan beban berat dari pundaknya.

Thomas Alfade adalah seorang pedagang. Terlepas dari motivasinya, menjadi pedagang berarti menjual sesuatu jika seseorang merasa akan menguntungkan. Begitulah kejayaan Perusahaan Alfade bisa muncul.

"Bagaimana kalau kita lanjutkan?" Thomas mengambil botol hijau, dan salah satu wadah gelas yang berisi cairan merah.

“Botol hijau ini berisi keju yang diparut hingga menjadi bubuk. Taburkan sedikit di atas saus, melembutkan rasanya. Cairan merah ini disebut saus tabasco. Ini memiliki rasa pedas dari pepel dan asam dari cuka. Ini benar-benar memunculkan rasa saus daging.”

Thomas tahu ini pertama kalinya cucunya memakan semua ini, jadi dia dengan hati-hati menjelaskan setiap hal kepadanya. Sedikit demi sedikit, dia menaruh keju dan saus tabasco di pastanya sendiri. Hal yang membuat spaghetti dengan saus daging adalah hidangan yang fantastis adalah bagaimana seseorang dapat menyesuaikannya dengan kesukaan mereka.

“Hati-hati. Jika kau menaruh terlalu banyak ke dalamnya, kau akan merusak rasanya." Lelaki yang lebih tua itu teringat kembali kesalahannya sendiri.

Pertama, dia menuangkan sedikit tabasco ke saus daging dan menggigitnya. Hal itu menambahkan sensasi panas pada marmett asam dan daging gurih. Menambahnya terlalu banyak akan memunculkan air mata pada pria terkuat sekalipun, tetapi dalam jumlah yang tepat memunculkan rasa hidangan yang lainnya.

Lalu, dia menambahkan sentuhan keju parut. Ini, juga, memiliki keajaiban hebat dengan rasa marmett, meningkatkan kelezatannya. Namun, menambahnya terlalu banyak akan membuat hidangan itu menjadi seperti tepung, dengan rasa keju yang kuat. Setelah dengan hati-hati menambahkan jumlah yang tepat ke piringnya, Thomas memutar beberapa spaghetti dan saus daging di sekitar garpunya dan menggigitnya.

Aku benar-benar harus melihat penjualan ini di perusahaan... Ha ha, apa yang kukatakan? Aku sudah pensiun!

Kombinasi rasa keju, asam, dan pedas yang dicampur saus daging gurih menciptakan pengalaman baru dari yang sebelumnya. Seperti biasa, Thomas memuaskan dirinya. Bahkan, itu sudah cukup untuk membuatnya lupa bahwa dia sudah pensiun dari bisnisnya. Setelah tersadar kembali dengan sebuah tawa, dia beralih ke mode pelanggan lagi dan menikmatinya.

"Halo! Kau sudah buka, kan?" Di belakang Thomas terdengar suara pelanggan lain.

***

Setelah menghabiskan makanan dan menikmati secangkir kopi lagi, Sirius dan kakeknya keluar dari restoran. Saat pintu di belakang mereka tertutup, pintunya segera menghilang menjadi udara tipis. Sekali lagi mereka sendirian di ruang penyimpanan yang gelap.

"Kakek..." Sirius tampak bingung saat dia membuka mulutnya untuk berbicara. Dengan pintu yang hilang, seolah-olah semua yang terjadi hanyalah mimpi. Namun, kenyataan dimana sebagai ganti tas besar berisi bahan-bahan yang mereka bawa, mereka memiliki tas yang berisi koin. Sensasi rasa dari saus daging masih melekat juga. Itu bukan mimpi.

Itu kenyataan. Sirius kehilangan kata-kata.

"Seseorang hanya dapat pergi ke tempat itu setiap tujuh hari," Thomas menjelaskan kepada cucunya, jelas menikmati reaksinya. "Aku akan pergi ke sana setiap empat minggu sekali, tapi jangan ragu untuk pergi sebanyak yang kau mau."

Pria yang lebih tua itu turun peringkat sebagai "pelanggan."

"Apa kau yakin?" Sirius menjilat bibirnya, sisa rasa saus daging memenuhi mulutnya. Dia mulai mengerti arti kata-kata kakeknya.

"Tapi tentu saja. Aku yakin pemilik tidak akan keberatan jika kau ke sana sebagai pelanggan dan bukan mitra bisnis." Pria yang lebih tua itu menganggukkan kepalanya. Thomas, yang sudah memasuki usia lanjut, yang dikenal sebagai pedagang berpikir bahwa sudah waktunya menyerahkan bisnis ke tangan cucunya yang muda dan cakap.

"Terima kasih, Kakek! Ya ampun. Aku ingin tahu apa yang harus kucoba selanjutnya... "

Thomas menyipitkan matanya dan menatap cucunya. Tidak ada keraguan dalam benaknya bahwa pemuda itu akan mengunjungi restoran lagi dalam waktu tujuh hari. Mungkin Sirius akan menyanggupi tujuan lamanya yaitu mereproduksi hidangan mi dari dunia lain. Thomas sendiri hanya berhasil melakukannya dengan jumlah yang kurang dari setengahnya.
full-width