Bab 5: Memulai Kehidupan di Dunia Lain

(Penerjemah: Anickme)


1

"Aku senang kau ada di sini... Aku tidak akan membiarkanmu lolos kali ini."

Setelah melihat gadis itu, Bukan-Satella, yang berjalan masuk melalui pintu, Felt melangkah mundur tanpa berkata-kata.

Felt terlihat tidak senang dan berbicara dengan frustrasi.

"Kau benar-benar wanita yang gigih... Kenapa kau tidak menyerah saja?" kata Felt, terdengar seolah-olah dia hampir menggertakkan giginya.

“Sayangnya, ini bukan sesuatu yang bisa aku serahkan begitu saja. ...Jika kau menjadi gadis baik dan menyerahkannya padaku, aku tidak akan menyakitimu,” jawab Bukan-Satella, nada suaranya sangat dingin.

Saat Subaru merasakan atmosfer ketegangan di gudang jarahan, dia hanya bisa merinding.

Kenapa Bukan-Satella ada di sini?

Matahari baru saja akan terbenam. Di alur pertama, dia dan Bukan-Satella bahkan belum sampai ke pintu masuk daerah kumuh. Pada saat mereka sampai ke gudang jarahan, matahari benar-benar telah terbenam.

"...Berarti tanpa diriku, dia akan menemukan tempat ini lebih cepat..."

Bahkan jika Bukan-Satella tidak menolong Subaru di gang dan menyembuhkannya, dia akan menemukan tempat ini dengan sendirinya.

Subaru tidak dapat menggambarkan bagaimana perasaannya, dengan ketidakbergunaannya di kedua ruang dan waktu itu sangat terbukti.

Tetapi walau dia tenggelam dalam perasaan kosongnya, situasi terus berjalan tanpa dirinya.

Saat Felt melangkah mundur, dia telah melewati pertengahan ruangan ke arah belakang, dan Bukan-Satella, sambil terus menghalangi pintu keluar, mengubah sikapnya dan mengarahkan telapak tangannya ke depan.

Dengan suara lemah dari udara yang hancur, Satella menggunakan sihirnya. Sepertinya keahliannya benar-benar sihir es, dan ketika es di udara yang ada di depan telapak tangannya terbentuk, suhu ruangan menurun.

“Aku hanya memiliki satu permintaan: Kembalikan lencanaku. Itu sangat berharga bagiku.”

Ada enam es yang melayang di udara. Ujungnya agak bulat, dengan begitu kekuatan mereka lebih ke berat daripada tajam. Namun, sudah jelas jika satu pukulannya saja, akan jauh lebih berbahaya daripada sebuah batu yang dilemparkan.

Tentu saja, Subaru sendiri kemungkinan besar dihitung sebagai target, jadi dia berusaha sebaik mungkin untuk tidak mendorong Bukan-Satella, hanya menatapnya dengan diam.

"...Rom," panggil Felt, sedikit lebih keras dari bisikan.

“Aku tidak bisa bergerak. Ini salahmu karena membawa hal menyusahkan seperti itu bersama dengan lawan yang merepotkan, Felt,” jawab Rom, tubuh raksasanya tegang saat dia menggelengkan kepalanya.

Rom pada suatu titik mengambil tongkatnya dan tetap memegangnya, tetapi lengannya lemah dan dia tidak terlihat siap untuk mengayunkannya. Dia terlihat akan mencengkeram dan melepaskannya seolah-olah dia masih ragu.

"Kau akan menyerah sebelum pertarungan dimulai?" kata Felt, menantang Rom.

"Jika dia adalah pengguna sihir biasa, aku tidak akan mengeluh, tapi...yang satu ini masalah," jawab Rom, dengan sedikit peringatan dalam suaranya, menyipitkan matanya saat dia melihat Bukan-Satella.

Dalam tatapan Rom ketika dia melihat ke arahnya, ada perasaan waspada yang sangat besar dan elemen kekaguman.

"Kau elf...bukan, nona?" kata Rom, bibirnya gemetar.

Subaru mendongak secara refleks. Rom mengira kalau dia adalah elf, tapi itu hanya setengah benar. Subaru tahu dari apa yang Bukan-Satella katakan padanya mengenai dirinya di alur pertamanya.

Setelah mendengar pertanyaan Rom, Bukan-Satella menutup matanya untuk beberapa saat, kemudian setelah menghela nafas, dia menjawab.

“Secara teknis, kau salah. Hanya separuh dari diriku yang elf,” katanya dalam nada seolah dia membuat pengakuan yang menyakitkan, dan Subaru mengerutkan alisnya.

Namun, kedua orang lainnya bereaksi dengan sangat berlebihan, terutama Felt, dan dengan gemetar dia terus melangkah mundur dan berkata, "Setengah elf...dan dengan rambut perak?! Kau...kau tidak mungkin...”

“Aku bukan dia! Kami hanya terlihat sama! Itu...Itu juga masalah bagiku.”

Subaru tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi dia bisa paham kalau ini adalah percakapan yang tidak ingin dibicarakan Bukan-Satella.

Namun, bantahan Bukan-Satella sepertinya tidak membuat Felt tenang. sebaliknya, itu malah membuatnya semakin gelisah, dan dia mengarahkan mata merahnya yang penuh permusuhan ke arah Subaru, yang masih berdiri dengan diam di sisi ruangan.

"Kau ... Kau menjebakku, bukan?"

"Apa?"

“Kupikir sangat mencurigakan saat kau berkata kau ingin mengembalikan barang ini kepada pemiliknya. Fakta bahwa kau membuatku tidak mempekerjakan orang untuk menghalangi jalannya juga merupakan bagian dari rencana, bukan? Kalian berdua bekerja sama, bukan?!

Ketika Felt mengucapkan kata-kata itu, dengan penuh kebencian, Subaru menyadari beberapa hal. Satu, Felt memiliki kesalahpahaman lain, tetapi yang kedua, kenapa Bukan-Satella dapat menemukan tempat ini dalam waktu yang singkat.

Seharusnya, tidak mungkin dirinya dapat sampai ke gudang jarahan dalam waktu sesingkat ini.

Seharusnya, Felt akan mempekerjakan orang-orang di daerah kumuh untuk menghalangi jalan Bukan-Satella, untuk menunda kedatangannya.

Karena Subaru telah mengejar Felt dan menghentikannya melakukan itu, Bukan-Satella bisa datang langsung ke sini.

Meskipun keraguan Felt tidak benar, kedua hal itu tidak begitu jauh. Memang benar bahwa situasi saat ini lebih ke arah Subaru. Subaru memang ingin mendapatkan lencana dan mengembalikannya ke Bukan-Satella agar dia bisa mendapat pujiannya, tapi selama dia bisa mendapatkannya kembali, dia tidak akan mengeluh.

Jika semuanya terus berjalan seperti ini, hal itu dapat berfungsi sebagai rencana cadangan yang bagus. Namun…

"Hah…? Apa maksudmu? Kalian berdua tidak bekerja sama?”

Bukan-Satella terlihat bingung kenapa Felt menyalakan Subaru, tetapi Felt hanya tertawa.

"Ha! Hentikan tingkahmu! Akulah yang terpojok di sini. Lanjutkan saja dan ambil lencana ini dariku dan tertawakan kebodohanku, kenapa tidak? ”

"Oh ayolah. Hanya karena kau sedikit tidak beruntung bukan berarti kau dapat melepasnya dengan mudah,” jawab Subaru.

“Apa itu yang harus kau katakan setelah membawa gadis ini kesini? Sialan, sudah kuduga!” kata Felt, dengan kasar menggaruk rambut pirangnya dan mendecikkan lidahnya.

Satella sepertinya tidak menyukai sikap Felt yang jauh dari kata sopan, dan Subaru harus menelan keadaan dan kesalahpahaman yang berbahaya, tanpa tahu dari mana dia dapat memperbaikinya.

Saat Subaru melihat di sekelilingnya, dia menyadari bahwa ada hiasan bunga merah yang disematkan ke dada kiri jubah Bukan-Satella.

"Haa..." Subaru menghela napas, lalu tersenyum. Semua keraguannya sampai saat ini hanya terlihat begitu bodoh sekarang.

Melihat ekspresi dan sikap gigih Bukan-Satella telah mengingatkan Subaru dengan cara dia menolaknya dalam alur terakhirnya, dan membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa. Namun, dia tahu bahwa tidak peduli berapa kali dia mengulangnya, Bukan-Satella, pada intinya, tidak akan berubah.

Fakta bahwa dia menyelamatkan gadis kecil yang tersesat kali ini juga menjadi buktinya.

“Semakin banyak kita membicarakannya, ini semakin membingungkan, jadi, Felt, kenapa kau tidak mendekat dan memberikan lencana itu. Sekarang, Sate—maksudku, kau seharusnya mengambilnya dan keluar dari sini, jadi kau tidak akan kecurian lagi.”

“Kenapa tiba-tiba kau bertingkah seperti kau mengenalku? Aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi di sini...” kata Bukan-Satella.

“Aku juga tidak mengerti apa yang terjadi. Memangnya kau pikir kau siapa?” tanya Felt, menatap Subaru.

Subaru telah mencoba membuat keadaan bergerak lagi dan mengubah suasana, tetapi Subaru hanya mendapat tatapan oleh kedua gadis itu, dan gagal membuatnya.

Subaru meminta bantuan Rom, tapi ...

“Yang kita hadapi adalah pengguna sihir. Aku benar-benar tidak bisa bergerak. Jangan terlalu terburu-buru,” jawab Rom, salah mengerti dengan apa yang ingin Subaru katakan.

Ugh, pria tua ini tidak berguna, pikir Subaru, menahan diri agar tidak mendecikkan lidahnya karena kesal, lalu mencoba mencari tahu bagaimana dia akan membalas tatapan kedua gadis itu.

Tapi saat itu...bayangan hitam diam-diam tampak meluncur masuk dan merayap di belakang gadis berambut perak.

“Puck! Tahan!!"

Senyum sensual meleleh ke dalam bayangan dan berlari maju, dan kilatan perak terlihat berputar saat ia menyerang ke arah leher putih Bukan-Satella.

Pada saat itu mata Subaru terbuka lebar, kepala gadis itu terbang — setidaknya itu yang akan terjadi.

Terjadi benturan keras, bukan suara besi yang menyilukan tetapi kaca yang menghancurkan besi. Saat Bukan-Satella terlempar ke depan, ada lingkaran sihir putih kebiruan yang aktif di belakang kepalanya.

Cahaya lingkaran sihir itu menahan ujung pisau dan baru saja menjaga gadis berambut perak itu tetap hidup.

Kemudian Bukan-Satella melompat maju dan berbalik, rambut peraknya melambai, dan di balik rambutnya itu Subaru bisa melihat hewan berbulu abu-abu berdiri. Puck mengangkat hidungnya, bangga atas penyelamatannya sebelum melihat ke arah Subaru.

“Itu hanya karena tepat waktu. Kau menyelamatkan kami."

“Kerja bagus, Puck. Sungguh, akulah yang diselamatkan. Terima kasih,” kata Subaru, memberi kucing itu jempol, bahkan saat dia masih terguncang.

Matahari masih belum terbenam—dengan kata lain, rekan cadangan Bukan-Satella yang sangat dapat diandalkan masih berada di jam kerjanya.

Respon cepat Subaru penting, tapi itu karena kerja Puck yang luar biasa yang dapat membuat Bukan-Satella masih aman.

Adapun penyerangnya, serangan mendadaknya ditahan...

“Roh, roh, ya? Ah...ha-ha...Itu luar biasa. Aku belum pernah merobek perut roh sebelumnya."

Mengangkat senjata berbahaya di depan wajahnya, ekspresi wanita itu sangat gembira. Dia adalah pembunuh yang pernah dilihat Subaru beberapa kali sebelumnya: Elsa.

Baik Subaru dan Bukan-Satella langsung waspada sebagai respon atas kedatangan orang baru yang tiba-tiba, tetapi yang pertama bereaksi bukanlah mereka berdua.

"Hei! Apa artinya ini?!” teriak Felt, melangkah maju dalam nada suara yang marah.

Felt menunjuk ke arah Elsa lalu mengambil lencana dari sakunya dengan tangan lainnya.

“Yang harus kau lakukan adalah membeli lencana ini dariku. Mengubah tempat ini menjadi pertumpahan darah bukan bagian dari kesepakatan kita!"

“Membeli lencana curian darimu tentu saja merupakan apa yang mau aku lakukan di sini, tapi sulit untuk mengadakan negosiasi jika pemiliknya telah datang dan mengambilnya. Jadi, aku memutuskan untuk mengubah rencana.”

Wajah Felt memerah karena marah, tetapi setelah melihat mata Elsa yang tertuju padanya, penuh dengan niat membunuh, dia menelan ludah. Elsa memandangnya, dengan tatapan penuh kasih, pada rasa takut Felt.

"Aku akan membunuh semua orang yang ada di sini, lalu aku akan mengambil lencana itu dari lautan darah sesudahnya," kata Elsa, dengan ekspresi dari seorang ibu yang penuh kasih sayang. Kemudian dia memiringkan kepalanya dan melanjutkan perkataannya dengan kejam, “Kau tidak dapat melakukan pekerjaanmu. Apa kau benar-benar mengharapkanku untuk tidak membuang sesuatu yang tidak berguna bagiku? ”

"..."

Wajah Felt berubah seakan kesakitan, tetapi emosi di baliknya bukanlah ketakutan, tapi hal yang lain. Perkataan Elsa pasti telah menyentuh sesuatu yang sensitif, jauh di dalam dirinya. Subaru tidak tahu apa itu, tapi...

"Aku tidak setuju dengan itu, dasar jalang!!"

…hal itu sudah cukup untuk membuat Subaru berteriak marah pada Elsa, dan melupakan betapa lemahnya dia dibandingkan dengannya.

Elsa berbalik dan memandang Subaru, terkejut, dan bukan hanya dia. Felt dan Rom melihat ke arah Subaru dan bahkan Bukan-Satella juga. Namun, yang paling terkejut bukan diantara mereka, orang itu adalah Subaru.

Dia tidak mengerti, kenapa dia sangat marah. Sebagian karena dia tidak dapat paham ketika emosi ini bangkit di dalam dirinya, dia mengeluarkan semuanya.

“Apa benar-benar menyenangkan bagimu untuk memilih anak kecil seperti itu, si sadis yang terobsesi dengan usus?! Hanya karena sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, kau akan menghancurkan semuanya dan mengamuk?! Apa kau berumur lima tahun?! Bagaimana kalau kau menghargai kehidupan sekali ini?! Apa kau tahu betapa sakitnya perutmu saat robek?! Aku tahu!!”

"…Apa maksudmu?"

"Aku hanya mengambil momen ini untuk membiarkan rasa keadilan yang tak terduga dalam diriku berbicara tentang ketidakadilan dunia sialan ini, dan sekarang, bagiku, ketidakadilan dunia ini adalah dirimu, dan situasi ini, sekarang aku sedang menyalurkan semua amarahku mengenai semuanya padamu!”

Saat teriakan Subaru terdengar tidak masuk akal baginya, Elsa mengeluarkan desahan putus asa yang jarang. Tapi selagi Subaru agak terluka karena reaksi tidak seriusnya, dengan keras, dia berteriak sekali lagi.

"Baiklah! Cukup untuk mengulur waktu. Serang dia, Puck!!”

“Itu adalah amarah yang tidak memuaskan, aku ingin menuliskannya dan meninggalkannya untuk generasi mendatang. ...Kurasa aku harus merespon harapanmu, ya?”

Dibandingkan dengan teriakan dan hinaan Subaru, suara Puck terdengar tidak ramah dan berlainan. Elsa segera mendongak, tetapi di sekelilingnya, dari semua sisi, ada es tajam, lebih dari dua puluh buah.

“Sepertinya aku belum memperkenalkan diriku, nona kecil. Namaku Puck. Aku ingin kau setidaknya ingat namaku, ketika kau mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini.”

Segera sesudahnya, es itu terbang ke Elsa.

2

"...!"

Serangan es itu menghasilkan kabut putih dan bayangan hitam Elsa menghilang dalam badai bersuhu rendah. Kecepatan es itu jauh lebih cepat daripada yang dilihat Subaru di gang, dan dia hampir tidak bisa mengikuti gerakannya. Subaru pikir es berujung tajam itu dapat dengan mudah menembus tubuh Elsa, ujung es yang bersih dinodai warna merah dengan darah. Ada dua puluh jumlahnya. Jika salah satunya mengenai sasaran, pasti mematikan. Namun…

"Apakah kita mengenainya?!" kata Rom.

"Kenapa baru sekarang kau bergerak dan mengatakan itu?!" Subaru balas berteriak.

Meskipun selama ini Rom diam, dia mengatakan hal terburuk yang mungkin akan terjadi pada saat terburuk.

"Sepadan dengan persiapannya... aku tidak suka menggunakannya karena berat, tapi sepertinya aku akan menggunakannya kali ini."

Memotong kabut putih, Elsa melompat keluar, dengan rambut hitam yang menari di belakangnya.

Dia masih memegang kukri di tangannya, dan dalam langkah ringannya sepertinya dia tidak terluka. Selain fakta kalau dia melepaskan mantel hitamnya dan sekarang hanya mengenakan pakaian ketat hitamnya, dia tidak terlihat berbeda dari sebelumnya.

"Kau tidak akan berkata kalau mantel itu sangat berat sehingga hanya dengan melepaskannya saja kau bisa lebih cepat, kan?!"

“Sepertinya itu menarik, tetapi kebenarannya lebih sederhana. Mantel itu mempunyai sesuatu yang disematkan di dalamnya agar dapat menangkis serangan sihir satu kali. Sepertinya itu menyelamatkan hidupku.” Elsa dengan sopan menjawab pertanyaan Subaru sebelum menunduk dan mengarahakan ujung pisaunya ke atas. Targetnya adalah Bukan-Satella, dan serangan itu dilancarkan untuk menyerang dadanya.

Subaru secara naluriah mulai berteriak, tapi...

“Aku akan suka kalau kau tidak meremehkan pengendali roh. Kami cukup menakutkan jika kau menganggap kami adalah musuh.”

Bukan-Satella menepuk kedua tangan di depan dadanya, membentuk lapisan perisai es yang dengan mudah ditembus oleh pisau Elsa, tetapi itu menghalangi pisaunya dan menghentikan serangannya. Elsa segera melompat mundur dan beberapa es kecil meluncur ke arahnya.

Serangan balik itu karena Puck, yang berdiri di bahu Bukan-Satella dengan rambut peraknya, menggerakan lengannya seperti ini dan terlihat seperti komandan pertempuran.

"Yang satu mengurus pertahanan dan yang lainnya serangan...Sebenarnya, ini dua lawan satu," kata Subaru, terkesan.

“Itulah hal licik yang dimiliki pengendali roh. Yang satu akan menyerang, dan yang lainnya akan bertahan. Tergantung pada situasinya, yang satunya mungkin akan memakai sihir dasar, untuk mengulur waktu, saat yang lain mempersiapkan serangan khusus... Itulah kenapa kita yang ada di medan perang berkata, 'Ketika kau bertemu seorang pengendali roh, letakkan senjata dan persedianmu dan larilah,'” kata Rom, masih memegang tongkatnya.

Subaru mengangguk. Tidak terlihat kalau pasangan antara pengedali roh dan roh mereka bisa dikalahkan dengan mudah.

"Ngomong-ngomong, pak tua, apa yang sedang kau rencanakan?"

“Aku sedang mencari celah supaya aku dapat membantu gadis elf itu. Di antara keduanya, dia sepertinya lebih mau mendengarkan kami.”

"Tunggu! Tunggu! Tunggu! Tunggu! Tunggu! Tunggu! Tunggu! Tidak! Kau hanya akan mengganggu mereka! Jika kau pergi ke sana, satu-satunya hal yang akan terjadi adalah kau akan kehilangan lengan kanan dan tenggorokanmu robek. Diam di tempatmu saja!”

“Jangan katakan itu! Caramu mengatakannya terdengar seperti aku sudah kalah!”

Karena Subaru telah melihat Rom tumbang dua kali, perkataannya memiliki rasa kebenaran dalam nadanya. Seolah-olah Rom merasakan apa yang telah terjadi padanya dalam dimensi yang berbeda itu, dia meletakkan tangannya di lengan dan lehernya.

Selagi Subaru dapat berbicara tentang Rom, kenyataan bahwa pertarungan antara Elsa dan Bukan-Satella begitu hebat, sehingga tidak terlihat bahwa seseorang dapat mengganggunya.

Bongkahan es yang tak terhitung jumlahnya telah dibuat dan terbang di seluruh ruangan. Namun, di tengah semua itu, cara Elsa melawannya hanya bisa digambarkan sebagai manusia super.

Dia akan berputar, menunduk sangat rendah, seakan dia merangkak di tanah, dan terkadang dia akan berjalan di dinding untuk menghindari serangan seolah-olah dia dapat mengabaikan gravitasi. Bahkan walau dengan semua itu dia tetap tidak bisa menghindari serangan, dia akan menggunakan pedangnya untuk memotong kristal es dan menghancurkannya. Dia telah menghindari serangan lawannya dengan keterampilan yang luar biasa.

"Dia benar-benar terlihat telah terbiasa bertarung, meskipun dia seorang wanita," gumam Puck, terkesan dengan keterampilan Elia yang seperti dewa dan sensasi pertarungannya.

"Yah, sudah lama sekali sejak seseorang memanggilku seorang wanita."

“Dari sudut pandangku, kebanyakan orang yang melawanku seperti seorang bayi. Tapi meski begitu, kau begitu kuat sampai aku hampir merasa harus mengasihanimu.”

"Dipuji oleh roh seperti dirimu, aku merasa terhormat."

Ketika Elsa menerima pujian Puck dengan senang hati, dia menangkis es batu lain dengan pisaunya.

Pasti hampir seratus bongkah es yang dilemparkan padanya, tapi selain serangan pertama itu, sepertinya tidak ada satu pun yang mengenainya lagi.

"Kupikir jika mereka terus seperti ini, Elsa akan lebih cepat lelah... tapi aku tetaplah cemas," kata Subaru.

"Wanita dalam gerakan hitam itu benar-benar luar biasa, tapi aku ragu mereka bisa kalah jika mereka terus menjaga keuntungan dalam jumlah... tapi roh tidak dapat mempertahankan diri selamanya. Sesudah roh itu lenyap, keseimbangan kekuatan akan bergeser,” jawab Rom.

“Sialan, kau benar. Berapa lama lagi sampai jam lima?!”

Di alur pertama, Puck tertidur tak lama setelah matahari terbenam. Bukan seperti waktu telah lama berlalu sejak awal pertarungan, tetapi penggunaan sihir ini sebanyak ini, tidakkah dia menggunakan semua MP-nya atau semacamnya?

"Baru saja semuanya mulai terasa menyenangkan... Aku merasa sedih saat tahu ada hal lain yang mengalihkan perhatianmu dariku," gumam Elsa ketika dia memutar tubuhnya untuk menghindari serangan es, memastikan ketakutan Subaru.

“Sebagai pria populer, itu benar-benar menyulitkanku. Aku tak pernah bisa tidur cepat karena para gadis melarangku. Namun, kau tahu jika kau tidur larut malam dapat merusak kulitmu,” jawab Puck dengan nada santai, tetapi dia tidak menyangkal apa yang dikatakannya.

Ketika Subaru mulai khawatir Puck telah mencapai batasnya, gerakan Elsa tiba-tiba berhenti. Untuk menanggapinya, Puck mengedipkan mata hitamnya padanya.

“Tidakkah kau pikir sudah waktunya kita menarik tirai pada pertunjukan ini? Saat kami terus mengulang hal yang sama, itu mulai membosankan.”

"Kakiku…"

Segera setelah Elsa mencoba melangkah, dia tersandung, menahan dirinya dengan tangannya. Kaki kanan Elsa telah dibekukan di lantai.

Potongan-potongan bongkah es yang Elsa hancurkan telah menumpuk di tanah, dan beberapa diantaranya telah difungsikan untuk mengikat kaki Elsa.

"Kau tidak benar-benar berpikir kalau aku menyebarkan semua hal ini tanpa sebab, bukan?"

"...Aku kira ini berarti kau telah mendapatkanku."

“Salahkan saja perbedaan umur kita. Kau memiliki banyak alasan untuk memberikan selamat kepada dirimu sendiri karena sudah sampai sejauh ini. Sekarang, selamat malam."

Membusungkan dadanya, tubuh Puck, masih berdiri di bahu Bukan-Satella, mulai bergerak dengan frekuensi tinggi. Puck berpose seolah-olah dia akan melepaskan serangan terakhirnya, dengan kedua cakar di depannya, memfokuskan lebih banyak sihir daripada sebelumnya, dan Subaru melihat sihir itu ditembakkan seperti panah. Sihir itu tidak berbentuk es, tetapi hanya mengandung energi perusak.

Di sepanjang jalan sinar putih kebiruan semuanya membeku, dan dalam satu gerakan, gudang jarahan dipenuhi dengan warna putih. Energi itu melewati Elsa dan menghancurkan dinding hingga membentuk pintu masuk ke gudang jarahan, menghenpaskannya, dan sisa energi pembekuan dari serangan itu bahkan sampai ke luar.

Ketika cahaya berkilau dari serangan itu berlalu, semuanya membeku, dari counter sampai ke barang-barang curian, bahkan tanah yang mereka injak.

Tentu saja, jika terkena langsung, bahkan seorang manusia akan langsung berubah menjadi patung es, tapi...

"Tidak mungkin..." kata Puck.

“Tentu saja bisa. Ah, itu luar biasa. Aku benar-benar berpikir aku akan mati tadi.”

...ini semua hanya asumsi jika terkena serangan itu.

"...Walaupun kau adalah seorang gadis, aku tidak bisa mengatakan aku setuju."

Ketika serangan Puck dihindari, Puck tidak terlihat lebih marah dari apa yang dikatakannya. Dia hanya tidak senang dengan apa yang telah dilakukan Elsa.

Subaru melihat darah menetes, dan sedikit uap naik dari tanah yang membeku.

Darah itu berasal dari kaki kanan Elsa. Dia berdiri tanpa alas kaki hanya beberapa jarak dari garis serangan Puck, dan mengeluarkan banyak darah dari kaki kanannya, dan tidak sulit untuk memahaminya. Lagi pula, dia telah memotong kulit telapak kakinya.

“Aku takut aku akan membiarkan seluruh kakiku terlepas, melihat bagaimana aku terburu-buru. Itu sangat nyaris."

"Bahkan jika kau hanya memotong sebanyak itu, itu pasti sangat menyakitkan," kata Puck.

“Yah ya, kau benar. Tapi ini luar biasa. Itu membuatku merasa hidup, dan selain itu...”

Merespon perkataan Puck yang terdengar khawatir, Elsa mengangguk dengan ekspresi gembira di matanya, dan tanpa ragu mendorong kakinya yang berdarah di atas es. Suara yang terdengar seperti udara pecah datang secara erotis dari tenggorokan Elsa, kemudian segera setelah itu dia mengambil es dengan pisaunya dan mendekatkannya ke sekitar kakinya. Dengan itu, dia berhasil menghentikan pendarahan dengan es.

"Agak sulit untuk bergerak, tapi ini seharusnya cukup," kata Elsa sambil tertawa, menyesuaikan sepatu esnya ke tanah, terlihat seperti sedang bersenang-senang.

Subaru tak bisa berbicara untuk menanggapi besarnya kecanduan Elsa untuk bertarung yang membuatnya tanpa ragu dapat melukai dirinya sendiri, tetapi sekarang dia adalah lawannya, Bukan-Satella, yang berada dalam kesulitan.

"Puck, apa kau masih bisa bertahan?" bisik Bukan-Satella.

“Maaf, tapi aku sangat lelah. Kupikir aku benar-benar meremehkannya. Saat ini aku akan menghilang karena kehabisan mana,” jawab Puck, untuk pertama kalinya tanpa kepercayaan diri yang memenuhi suaranya.

Saat kucing itu berdiri di bahu Bukan-Satella, sosoknya mulai bersinar, dan terlihat seolah-olah akan hilang kapanpun. Mereka kehabisan waktu.

“Aku akan mencari cara untuk menangani sisanya sendiri, jadi istirahatlah. Terima kasih."

“Jika terjadi sesuatu, aku akan menuruti kontrakku. Jika perlu, panggil aku keluar, bahkan jika kau harus menggunakan od-mu,” kata Puck sambil memperingatinya, ketika tubuhnya menghilang menjadi segumpal kabut.

Subaru menggigit bibirnya, tapi dia bukanlah yang paling kecewa dengan kepergian Puck.

“Aw... Kau akan pergi? Itu sangat disayangkan,” kata Elsa, orang yang bertarung dengan Puck dengan membahayakan hidupnya. Dia terdengar sangat kecewa.

Dia menyiapkan kukri-nya lagi dan dengan bunyi bernada tinggi dari sepatu dinginnya, mulai menuju ke arah Satella.

Beberapa es muncul di sekitar Bukan-Satella dalam meresponnya, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit daripada ketika Puck bersamanya.

Meskipun pergerakan Elsa terbatas sekarang, pertarungannya tetap terlihat.

“Sepertinya kita tidak bisa hanya duduk diam dan menonton ini lagi, kan?” kata Rom, memegang tongkatnya dan bersiap-siap untuk bergerak.

“Aku tidak tahu siapa yang akan memenangkan pertarungan ini, jika kita hanya menunggu kita akan kehilangan kesempatan kita. Kau mengerti, kan, Felt?” lanjut Rom.

"Aku tahu aku tahu. Entah itu membantu atau kabur, kita harus segera bergerak,” kata Felt, berbicara untuk pertama kalinya sejak Elsa mengancamnya.

Felt pindah ke samping Rom lalu menatap Subaru.

“Mengenai apa yang kau katakan sebelumnya... Terima kasih. Itu membuatku merasa lebih baik."

"Hah?"

"Hanya sedikit! Ditambah, jangan memanggilku anak kecil. Aku berusia lima belas tahun. Kau tidak jauh lebih tua dariku, kan?”

“...Sebenarnya, tahun ini aku akan berumur delapan belas tahun. Aku bisa mendapatkan izin untuk mengendarai mobil, dan aku juga bisa menikah.”

“Kau tidak mungkin setua itu! Wajahmu terlihat lebih muda dariku! Kenapa usiamu tidak lebih muda? Setidaknya tunjukkan itu di wajahmu!”

Yah, Subaru telah menjalani bertahun-tahun kehidupannya dengan malas di negara Jepang yang damai, dengan tujuan untuk hidup sebiasa mungkin setiap hari, jadi apa boleh buat.

Subaru merasa seolah-olah tekad kecilnya diejek, jadi dia menunduk, merasa tidak berguna.

Yang terlemah di sini adalah Subaru, dan sudah jelas kalau dia benar-benar payah dalam bertarung, tetapi juga...

"Kakiku tidak bisa berhenti gemetar... Aku rasa ini adalah apa yang terjadi ketika kau kurang bertekad."

Lupakan tentang memenuhi syarat untuk bertarung, secara fisik Subaru saja tidak mampu. Rom kuat di lengannya, Felt di kakinya dan Bukan-Satella dalam sihirnya, sehingga mereka semua masih bisa bertarung. Namun, anehnya Elsa lebih dari semua kemampuan itu.

"Sepertinya dia mulai terpojok," kata Rom, dan itu sudah cukup untuk menggambarkan apa yang terjadi.

Bukan-Satella tidak berhenti menembak proyektil ke Elsa, tapi Elsa hanya menangkis mereka dengan pedangnya, membuat mereka tidak berguna. Untuk bertahan dari tarian serangan Elsa, Bukan-Satella akan menghadangnya dengan perisai esnya, dan membekukan tanah di depan kakinya supaya menjauh, hampir terkena serangan Elsa yang terus menerus. Setelah Bukan-Satella mendapat jarak, dia akan melanjutkan serangannya, tapi kau tidak dapat menyangkal bahwa posisinya lebih rendah daripada Elsa.

Untuk mengubah situasi saat ini, semacam dukungan wajib diperlukan.

"Baiklah, aku pergi!"

Rupanya Rom berpikiran sama dengan Subaru, dan setelah berteriak, Rom bergabung dalam pertarungan.

Saat Rom mengayunkan tongkatnya, ia membawa embusan angin, dan ketika Elsa menunduk, rambutnya sedikit terkena serangan itu.

"Oh, betapa kasarnya kau mengganggu tarian kami," kata Elsa.

“Jika kau ingin menari, aku akan membuatmu menari dengan bagus, jadi berikan serangan terbaikmu!”

Ketika Rom mengayunkan tongkat berduri tajam ke Elsa, dia mengubah garis serangnya. Dia mengarahkan tongkat ke tenggorokan Elsa, tetapi Rom membeku dengan hasilnya.

"Apa-apaan ini?!"

"Aku hanya bisa melakukan ini karena kau begitu kuat," kata Elsa dari atas saat dia berdiri di ujung tongkat Rom.

Teknik semacam itu hanya dapat digunakan dengan keseimbangan seperti dewa. Sebelum keseimbangan itu rusak, Elsa mengayunkan pedangnya secara horizontal ke Rom. Serangan itu sejajar dengan dahi Rom. Jika kena, bagian atas kepalanya dapat terbang.

"Kau pikir aku akan membiarkanmu?!"

Shing! terdengar suara pedang Elsa ketika berbenturan dengan pisau yang dilemparkan Felt. Benturan itu telah mengubah arah pedang Elsa, tetapi masih mengenai sisi kepala Rom dengan kekuatan penuh.  Suara membosankan terdengar saat Rom jatuh ke samping.

"Benar-benar gadis kecil yang nakal," kata Elsa saat dia mendarat dengan ringan ke tanah dan mengalihkan pandangannya ke Felt.

"..."

Pisau kecil milik Felt telah menyelamatkan hidup Rom. Dia mungkin mengincar lengan Elsa, tapi karena terburu-buru, sasarannya sedikit meleset. Namun, tanpa sedikit kegagalan itu, Rom belum tentu terselamatkan.

“Kau tidak memiliki tekad atau kekuatan untuk bertarung. Kau seharusnya tetap meringkuk di sudut seperti gadis kecil yang baik."

Bunyi langkah Elsa yang tinggi terdengar saat dia langsung menutup jarak antara dirinya dan Felt. Rom tidak sadarkan diri, dan Bukan-Satella, yang mencoba menjaga jaraknya, sekarang terlalu jauh. Felt sendiri telah membeku seperti katak yang ditatap oleh ular, dan...

"Aaaaahhhh!!!"

...jadi satu-satunya yang dapat menyelamatkannya adalah pengecut yang gemetaran di sebelahnya beberapa saat sebelumnya.

3

Subaru lompat ke arah Felt di sekitar pinggangnya, sambil mendorong tubuh ringannya dan berguling ke tanah. Tepat sebelum dia membentur tanah, dia merasakan ada semacam logam yang menggores bagian belakang kepalanya, yang membuat seluruh rambutnya berdiri. Tapi, merasakan berat orang yang dia dorong, dia berusaha sebaik mungkin untuk mengabaikannya dan terus berguling untuk membuat jarak sejauh mungkin dari tempat mereka sebelumnya.

Ketika akhirnya Subaru melihat ke belakang, berdiri di atas lututnya, Elsa melihatnya dengan kaget. Merasa seakan-akan dia telah menyelamatkan seseorang dari Elsa, Subaru hanya bisa tersenyum, canggung tapi bangga.

"Apakah kau baik-baik saja?!" katanya pada Felt. "Aku tadi nekat, jadi jika aku tidak sengaja menyentuh suatu tempat yang seharusnya tidak aku sentuh, tolong maafkan aku, oke?!"

“Jika kau tidak mengatakan itu aku akan berterima kasih padamu dengan normal! …Tapi kenapa?"

“Aku tidak tahu! Tubuhku bergerak sendiri. Jika aku harus memberi alasan...yah, kau tidak tahu tentang ini, tetapi dengan ini sekarang kita impas, oke? Ingat itu! Kita impas sekarang!” kata Subaru, mengepalkan tinjunya setelah dia melepaskan Felt.

Di alur kedua, Felt telah menyelamatkan Subaru dari pedang Elsa. Ingatan itu tidak ada artinya di dunia saat ini, tetapi dengan hal ini dia dapat membayar hutangnya.

Subaru berpikir meskipun begitu, hutangnya harus dikembalikan, jadi tidak ada maksud tertentu selain membayarnya.

“Dengar, Felt. Saat ini aku akan melakukan hal yang sama seperti Rom sebelum dia tumbang untuk membantu mengulur waktu. Saat itu terjadi aku akan pastikan untuk membuka jalan untukmu, jadi aku ingin kau menggunakan kesempatan itu untuk keluar dari sini secepat yang kau bisa. Kau paham?”

"Apa?! Tidak! Apa kau menyuruhku untuk berbalik dan kabur?!” kata Felt, menatap ke arah Subaru dengan mata merahnya. Tapi Subaru mendekat dan menatap kembali padanya. Ketika dia melakukannya, dia yakin tidak akan melewatkan momen ketika Felt terlihat seolah-olah dia takut dengan apa yang akan Subaru katakan.

"Benar. Itulah yang aku suruh untuk kau lakukan. Berbalik dan kabur. Sejujurnya, itulah yang ingin aku lakukan sekarang. Aku tidak ingin menghabiskan sedetikpun lagi di ruangan yang penuh kekerasan ini,” kata Subaru, menepuk Felt di sekitar kepalanya.

Saat Felt mulai berbicara, "Tapi..." Subaru memotongnya dan melanjutkan.

"Kau lima belas dan aku tujuh belas. Dari kita semua, mungkin kau yang termuda di sini. Jadi sudah pasti untuk memberimu kemungkinan tertinggi untuk keluar dari sini hidup-hidup. Itu hal yang alami.”

"J-jangan berkata begitu... Kau baru saja gemetaran semenit yang lalu!"

“Tadi ya tadi, sekarang ya sekarang! Aku tidak gemetaran lagi, jadi tidak apa-apa! Sungguh, sebelum aku ingat dan mulai gemetaran aku harus melakukan ini. Oke? Bersiap-siaplah untuk lari!"

Subaru meletakkan tangannya di dahi Felt saat dia terlihat keberatan lagi, lalu menguatkan dirinya untuk berdiri. Tidak jauh darinya ada tongkat Rom. Itu terlihat sangat berat, tetapi Subaru pikir dia masih bisa mengayunkannya.

Saat Bukan-Satella terus menembakkan bongkah es ke Elsa, tidak ada yang sia-sia dalam gerakannya saat dia menari untuk menghindari tembakan. Di sisi lain, Subaru tidak begitu yakin jika dia, berhadapan dengan manusia super seperti Elsa yang sama sekali tidak memiliki pengalaman bertarung, dapat membuka jalan untuk Felt kabur. Yang bisa dia lakukan hanyalah serangan dadakan tanpa peringatan ketika dia tidak memperhatikannya.

Jadi tepat setelah Elsa mengayunkan pisaunya dan menghancurkan es besar, Subaru benar-benar berada di salah satu titik butanya, Subaru melompat ke arahnya, bahkan lupa untuk bernapas, dan mengayunkan tongkat itu ke arahnya.

Mungkin Subaru terdorong dengan adrenalin-nya, karena kecepatan ayunannya jauh lebih cepat daripada yang dia bayangkan. Memotong udara ke bagian belakang kepalanya, dan...

"Kau memilih momen dan sudut yang tepat untuk menyerangku, tapi sayangnya aku bisa merasakan niat membunuhmu satu mil jauhnya."

“Niat membunuh?! Aku tidak tahu bagaimana menyembunyikan itu!”

Untuk menghadang ayunan yang datang tepat di belakangnya, Elsa memukul tongkat dengan ujung pedangnya yang tumpul, mengubah garis ayunannya cukup untuk menghindarinya. Namun, pada saat itu juga, Subaru membuka mulutnya lebar-lebar, dengan gigi-giginya yang terlihat, dan berteriak.

“Sekarang, Felt! Lari!!"

"!!"

Seperti pegas, Felt mendorong tubuh kecilnya ke angin dan berlari maju. Dia berjalan sangat cepat sampai Subaru tidak bisa melihatnya dengan matanya, dan gadis itu, sekarang berubah menjadi angin, bergegas ke pintu keluar.

"Apa kau benar-benar berpikir aku akan membiarkanmu pergi?"

Untuk menghentikan Felt, Elsa mengambil pisau lain dari sakunya dan melemparkannya ke Felt. Seakan itu adalah simbol balasan atas apa yang Felt lakukan sebelumnya, pisau biasa yang tidak ada ukirannya terbang lurus ke punggungnya. Namun…

"Sayang sekali, tapi aku ingin membiarkannya pergi!"

Subaru menendang meja bundar yang ada di sampingnya ke atas, lalu bertabrakan dengan pisau dan mengirimnya keluar dari jalur serangannya.

“Wah, aku luar biasa! Itu luar biasa! Wow, jari kakiku lebih sakit dari yang kukira! ...Uwah ?!"

Mungkin itu adrenalin Subaru lagi, atau kekuatan yang terbangun dalam dirinya yang gagal mengaktifkannya tiga kali terakhir, tetapi saat kaki panjang Elsa muncul dan menendangnya di samping kepala dan mengirimnya terbang, ucapan selamatnya telah dipotong.

Dia ditendang begitu keras sampai dunia terlihat berputar, dan bersama dengan rasa sakit dan rasa darah di mulutnya, Subaru muntah.

"Ini pertama kalinya dalam waktu yang lama seseorang membuatku sedikit marah."

“Yah, aku senang mendengarnya! Ha-ha! Melawanmu dengan benar! Aku membiarkan salah satu dari kami lolos!!”

Subaru berdiri dan berpura-pura dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, berusaha sebaik mungkin untuk terus menarik perhatian Elsa.

Seakan Elsa telah membaca pikiran Subaru, dia tersenyum padanya, dan melupakan kejadian Felt untuk sementara waktu.

“Baiklah, jika itu yang kau inginkan, aku akan memperhatikanmu. Tarianmu sebaiknya tidak membuatku bosan.”

“Aku akan maju dan menyiapkannya, tapi jika kau akan menari bersamaku, kau sebaiknya berhati-hati. Aku belum pernah belajar menari jadi aku pasti akan menginjak kakimu,” kata Subaru, menyemburkan darah di mulutnya. Dia menyesuaikan cengkeramannya di tongkat yang masih di tangannya.

Tidak terlihat kalau Subaru memiliki banyak kesempatan untuk melakukan serangan, jadi dia berusaha fokus untuk menyerang Elsa saat dia berlari ke arahnya.

"Sebaiknya jangan lupakan aku!" kata Bukan-Satella, bersama dengan sebongkah es yang dilemparkan dari belakang.

Tapi tanpa melihat ke belakang, Elsa mengayunkan pedangnya dan memecahkan es sampai berkeping-keping. Dengan indera manusia super Elsa dalam tampilan penuh, bahkan Subaru tidak dapat terus mengejeknya.

"Aku sudah mulai bosan dengan permainan kecil ini... Apa kau yakin kau dapat membuatku terhibur?" tanya Elsa dalam suara rendah, dengan senyumnya yang berwarna darah.

Saat Subaru menatap senyumannya, dia menggigil di seluruh punggungnya, dan melihat Bukan-Satella untuk melakukan kontak mata.

"Jika kau memiliki semacam kekuatan tersembunyi, kupikir sekarang adalah waktu yang tepat untuk menggunakannya."

"...Aku memiliki trik lain yang kusembunyikan, tapi jika aku menggunakannya, hanya tinggal aku saja yang masih hidup."

“Aku lebih suka jika kau tidak menggunakannya. Jangan bom bunuh diri. ...Oke baiklah, aku mengerti. Sial. Gunakan itu jika memang perlu, tapi jangan terlalu terburu-buru, oke?”

Subaru sebenarnya bercanda, untuk membantu menyingkirkan kepengecutannya, tapi Bukan-Satella menanggapi pernyataan Subaru dengan serius. Setelah melihatnya mengambil napas dalam-dalam dan membulatkan tekadnya, bibir Bukan-Satella hampir tersenyum.

“Aku tidak akan menggunakannya. Aku tidak bisa sementara kau masih berusaha sebaik mungkin. Kau bisa melakukannya, teruslah berjuang. Mengandalkan kekuatan satu-satunya orang tuaku adalah pilihan akhirku yang mutlak,” jawab Bukan-Satella.

Saat dia mengatakan itu, dia benar-benar terlihat seperti kehabisan pilihan, dan itu menyalakan api di dalam Subaru.

Di satu sisi, Bukan-Satella tampak seolah-olah dia hampir siap untuk menyerah; pada saat yang sama dia terlihat siap menerima kenyataan bahwa Subaru lemah dan tidak banyak membantu.

Bagi Subaru, Bukan-Satella adalah orang yang, tak peduli betapa sulitnya hal itu, tidak akan pernah melihat ke bawah dan menyerah. Karena begitulah dia, Subaru telah bekerja sangat keras untuk melihat senyumnya.

Subaru telah mati beberapa kali dan sampai sejauh ini untuk menyelamatkannya. Dia tidak sampai sejauh ini hanya untuk melihatnya menyerah.

"Aku tidak mengerti apapun sekarang."

"…Apa?"

“Percakapan yang baru saja kami alami, itu tidak pernah terjadi! Aku baru ingat alasanku di sini. Serahkan saja padaku, sialan! Aku akan pastikan kau tidak perlu menggunakan pilihan terakhirmu itu!!”

Subaru menunjuk ke arah Bukan-Satella kemudian Elsa, dan menyatakan pernyataannya. Dia meludah, berdiri, dan membiarkan semua emosinya keluar dari jiwanya.

“Aku akan mengirimu pergi dan kami akan memiliki akhir yang bahagia. Kau tidak termasuk di dalamnya, jadi enyahlah!”

"...Yah, tidakkah kau terlihat terlalu bersemangat," jawab Elsa.

“Aku hanya siap untuk memberikan semuanya. Kali ini akan menjadi akhir. Aku punya lebih banyak energi daripada sebelumnya!”

Saat Elsa mencondongkan tubuh ke depan, Subaru mengayunkan tongkat itu seolah-olah dia menyatakan ingin mendapat pukulan home run. Bibir Elsa lalu tersenyum dan dia meleleh dalam kegelapan.

Dari ketinggian serendah itu terlihat seolah-olah dia merangkak di tanah, Elsa meluncur ke arah Subaru. Saat dia terus menatap kilau pedangnya yang redup, Subaru mengayunkan tongkat itu dengan sekuat tenaga.

Subaru mengayunkannya sekuat tenaga; dia siap untuk mengalahkan Elsa sampai mati. Tapi Elsa hanya merunduk lebih rendah, seperti itu bukan apa-apa, dan begitu rendahnya seolah-olah dia menjilati tanah.

"Kau manusia laba-laba!!"

"Yah, kurasa itu benar kalau mengatakan kau terjerat di jaringku."

Ketika Subaru melihat pedang Elsa naik ke atas, Subaru dengan cepat mendorong tubuhnya ke belakang. Namun, dia masih belum keluar dari jangkauan serangan pedangnya. Ketakutan berlari di punggung Subaru, dan tanpa berpikir dia menendang lututnya. Meskipun dia tidak bermaksud menggunakan lututnya, karena Elsa berada tepat di depannya, menyerang perutnya. Jalur pisau sedikit bergeser, kemudian tepat di jalur itu muncul cahaya putih kebiruan, diikuti dengan suara bernada tinggi.

“Perisai es! Perlindungan yang bagus!”

“Aku tidak bisa membuatnya dari kejauhan. Aku bisa tanpa sengaja membekukan seseorang!”

“Dia, kan?! Maksudmu dia, kan?!” jawab Subaru, dengan mencampurkan candaan dalam ucapan terima kasihnya.

Bukan-Satella terus menyerang Elsa kembali dengan serangan esnya.

“Aku mulai bosan dengan serangga kecil yang berdengung. …Aku pikir sudah waktunya aku menyelesaikan ini.”

“Hei, jangan meremehkan serangga, oke? Bukan salahku jika kau terluka dan mati di dalam sarang!”

“Yah, tidakkah kau terdengar sangat sombong dan kuat saat kau berada di luar jangkauanku?” jawab Elsa saat dia fokus menghindari serangan Bukan-Satella, selagi Subaru terus berusaha menarik perhatiannya.

Selagi Subaru ingin sekali mencoba menyerang punggung Elsa saat dia terus menghindar, dia tidak ingin menanggung risiko terkena tembakannya, jadi dia benar-benar tidak bisa bergerak. Itu mungkin alasan kenapa serangan Bukan-Satella hilang saat Subaru melakukan pergerakan sebelumnya.

Itu adalah suatu masalah yang harus kau hadapi ketika bekerja di tim improvisasi.

Subaru terus mengawasi saat Elsa menangkis serangan Bukan-Satella, sesekali masuk untuk menyerangnya, lalu mundur lagi, tapi dia bisa merasakan situasinya semakin memburuk.

Jika Elsa benar-benar niat, sudah pasti dia bisa mengurus Subaru dengan cepat, seperti yang dia lakukan terhadap Rom. Satu-satunya alasan kenapa mereka berada pada posisi yang sama adalah karena Elsa tidak menyerangnya dengan fokus. Kewaspadaan Elsa justru tertuju pada kemungkinan bahwa roh Puck akan muncul lagi. Itu cukup untuk mempertahankan situasi saat ini.

Alasan lain kenapa Elsa tidak bertindak adalah karena kepengecutan Subaru yang menahan dirinya. Dia berhati-hati untuk tidak menempatkan dirinya dalam bahaya yang mematikan. Jika Subaru adalah seorang idiot pemberani, dia akan mengalahkannya dan keseimbangan akan bergeser. Namun, tidak terlihat seakan kepengecutan Subaru dapat melayaninya lebih lama.

Saat serangan balik Elsa menjadi semakin parah, hindaran Subaru tidak tiba tepat waktu, dan dia mendapat sedikit luka di seluruh tubuhnya.

Subaru terluka di lengan atasnya, di betisnya, ketiaknya, dan bahkan beberapa luka kecil di lehernya, dan ketika luka itu bertambah, olahraga abu-abu Subaru mulai ternodai oleh darah.

“Sial, itu sakit! Argh!! Bagaimana dengan ini?!"

Meskipun rasa sakit itu cukup untuk membuatnya menangis, Subaru mengayunkan tendangan, mencoba melakukan sesuatu yang baru untuk menyerang Elsa yang lengah.

Namun…

"Aku menangkapnya," kata Elsa.

"…Sialan."

Elsa dengan mudah menghindari tendangan Subaru dan selanjutnya, dia dengan mudah menangkap kakinya. Elsa mengangkat kukrinya, dengan tujuan untuk memotong seluruh kaki. Dengan kekuatan ayunan Elsa, kecepatannya, dan ketajaman pedangnya, Subaru tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kakinya akan terpotong di bagian paha dan dia akan mati karena terkejut akibat kehilangan darah dan rasa sakit membanjirinya. Subaru hanya bisa melihat kata-kata AKHIR BURUK 4 yang naik di depan matanya.

Seharusnya aku tidak melakukan itu! Subaru menjerit di pikirannya.

Dia mencoba mengangkat tongkat untuk menghadangnya, tetapi dengan kerugian yang dia hadapi, satu kaki yang dipegang di udara, dia tidak akan tepat waktu.

Bukan-Satella menjerit. Luka yang tanpa ampun akan mencapai kakinya dengan cepat. Saat Subaru memikirkan rasa sakit dan menumpahkan darah akan membuatnya menjerit, darah yang akan dia muntahkan ketika ...

"Sudah cukup."

Api muncul, membakar atap di tengah-tengah gudang jarahan.

Api itu dipenuhi dengan maksud yang mengerikan yang menyapu ruangan, yang bahkan menghentikan gerakan Elsa.

Kaki Subaru dilepaskan, dia melompat mundur sebelum terjatuh. Tepat di depan matanya, di tengah-tengah kepulan asap yang meninggi, dia melihat sosok merah, menyala, dan bersinar.

"Hampir saja. Aku senang aku berhasil datang tepat waktu. Sekarang…"

"K-kau..."

Api itu bergelombang dan melangkah maju. Keberadaannya cukup untuk membuat Subaru, Bukan-Satella, dan Elsa semuanya membeku.

Menjadi pusat perhatian semua orang, tanpa terguncang sedikit pun, berdiri sebuah rasa tekad yang mutlak. Dengan mata biru langit yang bersinar dengan rasa keadilan murni, pemuda itu tersenyum kecil.

"Kurasa ini waktunya untuk menarik tirai pada pertunjukan ini!" kata sang pahlawan, sambil menyibakkan rambut merahnya.

4

Ketika Felt melesat seperti angin melalui jalan masuk ke gudang jarahan, dia merasa seolah-olah dia telah dibebaskan dari keputusasaan.

Di belakangnya, Felt dapat mendengar suara udara yang membeku, dan suara logam yang membentur es. Dia juga mendengar suara benda tumpul berayun di udara, bersama dengan "Hii!" dan "Wahhh!" dan ucapan bodoh lainnya dari seseorang yang menghindari serangan.

Perterungan masih mengamuk di belakangnya.

Ketika kaki Felt mulai gemetar saat dia berlari, dia menggelengkan kepalanya untuk mencoba menolak kekacauan pikirannya.

Sudah jelas kalau jika dia tetap disana, dia akan terbunuh.

Melawan musuh yang bisa menjatuhkan Rom dengan satu serangan, Felt tidak punya kesempatan. Hal yang sama berlaku untuk setengah elf berambut perak itu. Tanpa bantuan dari rohnya, tidak mungkin dia bisa menang melawan wanita itu.

Subaru bahkan lebih buruk. Sudah jelas bahwa dia hanya memiliki sedikit pengalaman bertarung, dan sepertinya tidak terbiasa sama sekali. Tangan dan jarinya yang halus adalah bukti bahwa dia bahkan belum pernah mencoba memegang senjata sebelumnya, dan rambut serta kulitnya yang bersih adalah bukti bahwa dia belum pernah terluka sebelumnya.

Dengan kata lain, Subaru telah menjalani kehidupan yang terlindungi, di mana dia tidak perlu berpikir untuk bertarung. Mengingat bahwa dia memiliki mitia yang mahal, itu semua masuk akal.

Felt seharusnya menerima permintaannya saja. Meskipun tidak tahu apa-apa tentang dunia, Subaru telah membiarkan pikiran kesatriaannya menguasainya dan mencoba sesuatu yang jauh melampaui kemampuannya. Felt seharusnya menertawakan kebodohannya saja. Subaru pergi dan mencoba untuk bersikap tenang dan membiarkannya kabur, jadi dia mungkin akan senang melihat dia terus berlari. Tetapi tetap saja…

"Seseorang! Siapa saja!"

Meskipun Felt tahu di pikirannya bahwa dia seharusnya menenangkan diri di gang-gang, dia berlari lurus ke arah jalan utama. Kehabisan nafas dan dengan ekspresi panik di wajahnya, Felt tampak seperti ini dan itu.

Ini aneh. Felt mengeluarkan tangannya dan dengan panik menggosok matanya yang berkaca-kaca. Bahkan jika dia punya alasan untuk bersedih karena Rom, Subaru adalah orang yang baru saja dia temui. Kenapa dia harus peduli jika dia mati?

Tapi Subaru marah pada Elsa karena Felt, dan dia baru saja membuang hidupnya agar dia bisa kabur hidup-hidup.

Felt tidak mengerti apa yang dia rasakan, tetapi karena perasaan itu ada di dalam hatinya, dia terus berlari. Dia merasakan harus melakukan sesuatu sebagai respon atas tindakan Subaru. Karena perasaan itu, sensasi menggigilnya tidak berkurang, dan ketika dia merasa ingin menjerit, Felt terus berlari.

Kemudian, akhirnya setelah berlari melewati beberapa jalan ...

"Tolong....bantu aku."


“Mengerti. Aku akan menolongmu.”

…dia menemukan pria muda seperti api merah, dan mengubah takdir dunia.

5

"...Reinhard?"

“Benar, Subaru. Kukira belum terlalu lama sejak terakhir kita bertemu. Maaf aku terlambat.”

Pemuda berambut merah, Reinhard berbalik untuk melihat Subaru, yang masih terguling di tanah, dengan sedikit senyuman meminta maaf.

Bahkan ketika Reinhard membersihkan debu dari lengan bajunya, setiap gerakannya terlihat terlatih dan tenang. Sikap Reinhard berbeda dari saat Subaru pertama kali bertemu dengannya di gang dengan Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh, dan ketika Subaru memperhatikannya, dia pikir dia sekarang melihat kilasan diri Reinhard yang asli.

Tanpa menurunkan kewaspadaannya, Reinhard melihat ke depan, dan matanya tertuju pada wanita cantik berpakaian hitam yang sekarang memfokuskan rasa permusuhan padanya. Mata biru Reinhard menyipit, seakan dia mengingat sesuatu.

“Rambut hitam dan pakaian hitam, dan senjatamu adalah pisau bengkok khas negara utara. Dengan semua ciri itu, tidak salah lagi. Kau adalah 'Pemburu Usus', bukan?”

"Apa-apa julukan yang terdengar sangat sadis itu ...?" gumam Subaru.

“Itu adalah julukan yang diberikan padanya berdasarkan caranya membunuh. Dia terkenal di ibukota sebagai orang yang berbahaya. Namun, dari apa yang kudengar dia sepertinya lebih seperti seorang tentara bayaran,” jawab Reinhard yang selalu menjawab pertanyaan retoris Subaru saat dia memfokuskan mata teguhnya pada Elsa.

“Reinhard. Ah, benar. Ksatria di antara para ksatria...dan garis keturunan "Ahli Pedang". Yah, itu luar biasa. Aku tidak pernah berpikir aku akan bertemu lawan yang menyenangkan seperti itu. Aku harus berterima kasih kepada majikanku sekarang karena memberikan pekerjaan ini, bukan?”

“Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Aku sarankan kau menyerah, namun...”

"Apakah kau akan mengatakan kepada predator yang kelaparan ketika ia berdiri di hadapan mangsanya yang terluka, spesimen sempurna dan sudah meneteskan darah, untuk menahan rasa laparnya dan menyerah?"

Elsa menjilat bibir merahnya yang tipis secara erotis dengan ekspresi kegembiraan ketika dia menatap Reinhard.

"Aku mengerti." Reinhard menjawab, menggaruk pipinya seakan dia berharap ada cara lain.

“Subaru, aku memintamu untuk menjauh, dan tolong bawa lelaki tua itu juga. Setelah itu, jika kau bisa berada di samping orang itu, itu akan sangat membantuku.”

“Dimengerti. ...Wanita itu benar-benar monster, jadi jangan sampai lengah, oke?”

"Untungnya, kau bisa mempercayaiku bahwa bertarung dengan monster adalah keahlianku," kata Reinhard penuh percaya diri, dan berjalan ke depan tanpa terlihat kalau dia sedang mempersiapkan dirinya untuk bertarung.

Reinhard bahkan tidak meraih pedang di pinggangnya, tapi bertarung dengan tangan kosong.

Setelah mengambil nafas, kukri di tangan Elsa pindah ke depan, dalam sekejap, menuju leher Reinhard.

Tidak seperti ketika Subaru adalah lawannya, tidak terlihat bahwa Elsa menahan diri saat dia melakukan serangannya, dan terlihat seperti membunuh udara saat dia berlari menuju leher Reinhard.

Namun, Reinhard benar-benar tak berdaya. Bukan hanya dia tidak membuat gerakan untuk melindungi diri, dia bahkan tidak bergerak untuk menghindari serangan itu.

Subaru sudah membayangkan kepala Reinhard terbang dari tubuhnya. Namun…

"Aku benar-benar tidak ingin melakukan kekerasan terhadap wanita, tapi..." kata Reinhard, berbicara dengan sopan, tapi Subaru berpikir bahwa nada suaranya telah menurun.

"...kau harus memaafkanku."

Reinhard menanamkan satu kakinya ke bawah, tekanannya mematahkan tanah di bawahnya, dan kakinya yang lain meluncurkan tendangan yang sangat kuat hingga membuat gelombang kejut ketika bertabrakan dengan Elsa dan membuat tubuhnya terbang. Ledakannya cukup kuat bagi Subaru untuk merasakannya di tempat dia berdiri. Dia terdiam.

Semua itu, hanyalah tendangan depan biasa, tetapi tekanan udara yang ditimbulkannya cukup untuk menciptakan angin yang mengguncang seluruh bangunan.

Elsa, yang terkena serangan itu, terbang seperti daun. Tetapi, dia dapat mengurangi kerusakan yang diterimanya dengan melompat dari tembok untuk menghilangkan dampak benturan itu dengan kakinya. Namun, saat dia mendongak, kalian bisa melihat ekspresi kaget di wajahnya.

“Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak. Tidak mungkin. Kau bercanda, kan? ....Apa hanya segitu?”

Subaru telah menetapkan hal-hal itu sebagai "pada skala yang sangat berbeda" beberapa kali sebelumnya dalam hidupnya, dan pada saat inilah dia sadar bahwa dia telah keliru. Kalimat itu, "pada skala yang sangat berbeda," ada hanya untuk menggambarkan pahlawan yang berdiri di depannya. Sebelum keberadaan Reinhard, semua fenomena luar biasa dari dunia baru ini meredup dalam persamaan.

"Seperti yang mereka katakan...atau lebih tepatnya, kau lebih dari apa yang dikatakan semua orang," kata Elsa.

"Yah, aku hanya bisa berharap aku dapat memenuhi harapanmu."

“Maukah kau menggunakan pedangmu itu? Aku ingin merasakan ketajaman yang legendaris.”

Elsa menunjuk pedang Reinhard. Dia ingin melawan Reinhard dengan kekuatan penuh, tanpa menahan dirinya. Namun, Reinhard menggelengkan kepalanya.

“Pedang ini dibuat hanya untuk digunakan ketika harus digunakan. Fakta bahwa pedang itu tidak keluar dari sarungnya berarti sekarang bukan waktu yang tepat.”

"Kurasa aku sudah diremehkan."

“Secara pribadi, aku lebih suka menerima tawaranmu. Jadi…"

Reinhard tiba-tiba mengalihkan pandangannya dari Elsa, dan melihat ke sekeliling gudang jarahan. Mata akhirnya tertuju pada pedang dua tangan yang tampak tua yang disandarkan ke dinding. Reinhard menggunakan kakinya untuk menendang gagangnya, membuat pedang itu berputar di udara. Dia dengan mudah meraihnya, dan mengayunkannya sekali seolah-olah mengujinya.

“...Aku akan menggunakan ini untuk menghadapimu. Ada masalah?”

“Tidak... Ini luar biasa, luar biasa! Kau lebih baik memperlihatkan pertunjukan yang bagus!"

Saat Reinhard memegang pedangnya, Elsa melakukan langkah pertama, melesat ke samping. Ketika dia membuat serangan, dia melompat untuk meningkatkan kecepatannya. Sebagai respon, Reinhard menyiapkan kuda-kuda untuk mengayunkan pedangnya dari bawah, lurus ke atas.

Pada saat serangan dan bertahan itu, Subaru bisa melihat dengan jelas mengenai apa yang terjadi.

Serangan Reinhard itu indah, ajaib, dilatih dengan sempurna. Di tangannya, bahkan pedang sekali pakai yang hampir rusak, tertidur di gudang jarahan, bersinar seperti beberapa pedang berharga yang diwariskan oleh legenda dari generasi ke generasi. Teknik pedang Reinhard menggunakan setiap ons tenaga yang dapat dipakai oleh pedang dan dia menggunakannya sesuka hati.

Pedang Reinhard mengenai sasarannya, tepat ketika kukri Elsa bertemu dengan pegangannya. Terlepas dari kenyataan bahwa dua besi saling menyerang, pedang Reinhard memperlihatkan kekuatan serangan yang luar biasa dan membelah mata pisau dari kukri Elsa tepat dari pegangannya.

Elsa tidak bisa berbicara untuk nasib kukri yang dia pegang di tangannya. Pisau itu menjadi pegangannya saja, dan untuk sisanya...

"Sekarang kau telah kehilangan senjatamu, aku sarankan kau menyerah."

...ketika Reinhard berbalik, dia memegang mata pisau dari kukri Elsa di tangannya yang lain. Dengan sentakan pergelangan tangannya, dia melemparkannya, dan dengan suara tajam dari mata pisaunya yang menempel, bersarang di dinding.

Bahkan Subaru bisa mendengar Elsa terkejut.

“Dia benar-benar tidak normal. Aku bahkan tidak bisa membuat candaan dari hal itu.” Subaru hampir tertekan dengan apa yang dia pikirkan, dan bergegas membuat jarak antara dirinya dan pertempuran yang berlangsung.

Di sepanjang jalan, Subaru menghampiri Rom, dan entah bagaimana dapat menyeret tubuh raksasanya ke suatu tempat di dekat dinding.

"Rom. Pak Tua Rom. Hei. Botak. Kau hidup?”

"Siapa...kau...memanggilku botak..."

"Siapa lagi? Satu-satunya tujuan hidupku adalah tidak botak atau gemuk. Kau, seperti, contoh terbaik untukku yang mana aku tidak ingin berakhir seperti itu.”

Meskipun respon Rom lemah, setelah memberi beberapa tamparan di pipi, Subaru menghela nafas lega.

Selain Rom yang diserang di kepalanya dengan cukup keras, yang lainnya terlihat baik-baik saja. Ada kemungkinan bahwa ingatan Rom mungkin hilang, tetapi mengingat dia masih hidup, itu tidak terlalu masalah.

"Apakah kelihatannya orang itu akan baik-baik saja?" tanya Bukan-Satella saat dia berlari ke samping Subaru, rambut perak panjangnya mengikutinya di belakang. Memeriksa keadaan luka Rom, dia bergumam, "Dia butuh perawatan," dan tangannya mulai bersinar dengan cahaya biru yang samar.

“Hei sekarang, aku hanya akan mengatakannya, tapi pria tua ini bersekutu dengan orang yang mencuri lencanamu. Kau tahu itu?"

“Itulah kenapa aku melakukannya. Begitu aku menyembuhkannya, aku dapat memanfaatkan rasa terima kasihnya untuk mendapatkan informasi. Seseorang biasanya tak akan berbohong pada orang yang telah menyelamatkan hidupnya. Aku melakukan ini demi diriku.”

Sepertinya dia tidak bisa memberikan alasan dari tindakannya kecuali dia membantu mereka demi dirinya sendiri.

Subaru memberi Bukan-Satella yang berbelit-belit senyuman lemah, dan melihat kembali ke arah medan perang.

Elsa menunduk tapi Subaru tidak bisa melihat wajahnya. Hal yang bisa dipikirkan Subaru hanyalah Reinhard yang telah mengambil keinginannya untuk bertarung. Dengan pedang tua di sampingnya, Reinhard mendekati Elsa dengan menurunkan kewaspadaan.

Tentunya Reinhard yakin dengan perbedaan kemampuan antara dirinya dan Elsa, tetapi kebanggaan selalu mengarah pada hasil yang terburuk. Alarm berbunyi di dalam kepala Subaru.

“Reinhard! Dia punya pisau lain!”

Saat kukri kedua Elsa ditarik dari pinggangnya, ia mengenai sedikit poni Reinhard ketika dia mundur. Karena serangan dadakannya gagal, dia mengalihkan pandangannya ke arah Subaru.

"Aku heran kau tahu."

“Yah, aku sudah pernah mengalaminya sebelumnya!” kata Subaru, mengacungkan jari tengah dengan nada membual—meskipun itu benar-benar tidak bisa disebut bualan.

Elsa sepertinya memutuskan bahwa apa yang Subaru katakan hanyalah omong kosong dan mengabaikannya.

“Namun, kau salah jika berpikir aku hanya punya dua taring ini. …Bisakah kita mulai lagi?” katanya pada Reinhard.

"Apakah kau akan puas jika aku menghancurkan semua senjatamu?"

“Jika aku kehilangan taring, aku akan bertarung dengan kuku. Jika aku kehilangan kuku, aku akan bertarung dengan tulang. Jika aku kehilangan tulang, aku akan bertarung dengan hidup. Begitulah caraku, Pemburu Usus, melakukannya.”

"Kalau begitu, aku hanya harus membuatmu meninggalkan ideologimu."

Elsa menarik pisau ketiga dari pinggangnya dan memegang keduanya dengan siap. Layaknya penghinaan "manusia laba-laba" yang diucapkan Subaru sebelumnya, Elsa terlihat terbang ke sekeliling ruangan seolah dia mengabaikan gravitasi, menggunakan semua ruang di tanah dan udara yang tersedia baginya.

Saat pedang bertemu pedang dan besi bertemu besi, setiap benturan keras membuat percikan api. Lompat dari dinding dan langit-langit, Elsa meneruskan gaya bertarungnya dan mundur. Reinhard menahan serangannya saat mereka datang.

Saat pertarungan sepertinya berjalan maju-mundur, Subaru menelan ludah saat dia melihatnya.

"Tidak mungkin kalau bahkan Reinhard tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan ini, bisakah...?"

Kemampuan Elsa telah diluar dari kemampuan manusia dan sulit bagi Subaru untuk melacak gerakannya. Namun, kemampuan Reinhard, pada intinya, legendaris. Pertarungan mereka seperti dua dewa yang saling bertarung di langit, tetapi Subaru bisa melihat bahwa, dalam hal kemampuan murni, Reinhard jauh di atas Elsa. Tapi kenapa pertempuran masih berlangsung?

"...Kita menahannya," gumam Bukan-Satella sebagai jawaban atas keraguan Subaru saat dia terus menyembuhkan Rom.

"Hah?" jawab Subaru, dan Bukan-Satella menggigit bibirnya, dengan kesal.

“Karena aku menggunakan sihir roh, dia tidak bisa bertarung dengan kekuatan penuhnya. Setidaknya sampai aku menyelesaikan penyembuhannya.”

"Aku tidak mengerti apa yang ingin kau katakan."

“Jika Reinhard memutuskan untuk bertarung dengan kekuatan penuhnya, semua mana yang ada di atmosfer sekitar kita akan menjauh dariku. …Aku hampir selesai. Saat aku memberi isyarat, bertahu dia.”

"O-oke."

Subaru masih tidak paham dengan penjelasannya, tapi selagi masih sedikit tidak yakin, dia setuju.

Cahaya biru terus menyembuhkan benjolan yang menonjol dari kepala Rom, dan luka lain yang sedikit berdarah. Subaru tampak kagum saat goresan darah dan luka yang terbuka itu mulai menghilang, saat Bukan-Satella menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.

"Aku selesai."

"Serahkan padaku. Hei, Reinhard! Aku benar-benar tidak mengerti, tapi kalahkan dia!!!”

Subaru menyampaikan pesan kepada Reinhard, yang terus bertahan, bahwa pengobatan Rom sudah selesai.

Reinhard melirik ke belakang. Ketika mata miliknya dan Subaru bertemu, dia sedikit mengangguk.

"...Apa yang akan kau perlihatkan padaku?"

"Keturunan Pedang Astrea," jawab Reinhard singkat dan dengan hormat saat Elsa melompat ke arahnya.

Segera sesudahnya, Subaru merasakan semua tempat di ruangan itu ditutupi.

6

"Apa?"

Subaru melihat udara dalam penglihatannya berputar, dan dengan tidak begitu yakin, dia pikir bahwa ruangan itu telah kehilangan sebagian cahayanya. Selain itu, suhu ruangan, yang telah turun karena sihir es itu, menurun lagi. Subaru merasakan dirinya kedinginan dan memeluk bahunya.

"Tunggu? Hah? Kenapa kau…"

"Maaf, itu hanya... Bisakah kau meminjamkan bahumu?"

Ketika Bukan-Satella mulai bersandar padanya, Subaru, sambil kebingungan dengan hal itu, segera membantunya. Tubuh rampingnya terasa sangat panas dan Subaru dapat merasakan jantungnya berdetak dengan alasan yang sangat berbeda dari sebelumnya. Tapi satu-satunya orang yang melihat wajah Bukan-Satella dan pemikiran apa pun yang dipikirkan Subaru telah mempesonanya.

Bukan-Satella kehabisan napas dan terlihat seolah-olah kesakitan. Seakan dia demam tinggi.

"Apa yang terjadi? Apa kau tiba-tiba mulai merasa...?” tanya Subaru.

“Tidak, itu hanya mana... Kau tahu, kan?” jawab Bukan-Satella.

Subaru tidak memiliki petunjuk. Dia ingin melipat tangannya dan berbicara sesuatu, dalam cara humorisnya yang biasa, tetapi sekarang sepertinya bukan waktunya melakukan itu. Dia bukanlah beban di pundak Subaru yang membuatnya tetap diam; hanya bagaimana seluruh ruangan telah berubah atmosfernya, dan apa yang terjadi pada sumber perubahan itu.

Di tengah ruangan, Reinhard memegang pedangnya siap dengan kedua tangan dalam posisi rendah. Tapi bukan hal itu. Sikap itu sendiri telah diperlihatkan Reinhard sejak pertarungan dimulai. Namun, seperti yang dilihat Subaru, dia merasa bahwa baru sekarang, untuk pertama kalinya, Reinhard memegang pedangnya dengan siap.

"Elsa 'Pemburu Usus' Gramhilde," kata Elsa, menjilat bibirnya.

"Reinhard van Astrea dari garis keturunan si ahli pedang," jawab Reinhard berwibawa dengan sebuah anggukan.

Tampilan pedang Reinhard menguasai ruangan, dan permusuhan antara Reinhard dan Elsa mengguncang udara.

Di tempat ini, sebagian besar telah menjadi reruntuhan, seorang pembunuh berpakaian hitam dan seorang pahlawan berarmor ringan saling berhadapan, dan yang akan beradu adalah pisau yang direndam darah melawan pedang dua tangan tua yang berkarat. Namun meski ada yang salah pada senjata di salah satu sisi, Subaru menahan napasnya. Setelah menyebutkan nama mereka, keduanya akan mencoba mengakhiri pertarungan dalam sekali serang. Subaru merasa bahwa dia menyaksikan sebuah baris dari kisah kepahlawanan yang epik.

Seseorang berteriak. Subaru tidak tahu apakah itu Elsa, atau Reinhard, atau mungkin dirinya sendiri, tetapi cahaya berkilau datang dari atap gudang jarahan dan menyerangnya dengan lurus, memotong seluruh ruangan menjadi dua bagian.

Subaru hanya bisa merasa bahwa seluruh dunia telah bergeser ketika cahaya besar memenuhi ruangan dan memutihkan semuanya dalam sekejap. Ketika cahaya mulai menghilang, dunia kembali mengalami pergeseran yang mendadak, ketika ruang yang berpindah mencoba untuk kembali ke tempatnya sebelumnya.

Udara terdistorsi menjadi gelombang sisa dari serangan yang menyapu seluruh ruangan dan menyebabkan hembusan kuat, berputar kembali ke tengah ruangan. Bersamaan dengan hembusan itu, barang-barang curian, perabotan, dan bahkan bahan dari struktur bangunan itu sendiri telah hancur.

Subaru berusaha mati-matian untuk melindungi Bukan-Satella dan Rom dari badai kerusakan tambahan ini.

“Apa-apaan... H-hei! Hei!!"

Subaru tidak bisa menjelaskan bagaimana semua hal ini terjadi, tetapi dia tahu siapa penyebabnya.

“Ahli Pedang”, dengan kekuatan penuh, mengayunkan pedangnya. Sekali. Hanya sekali, dan inilah hasilnya.

Subaru berteriak, mencoba untuk melewati rasa sakit dan angin, karena akhirnya, badai kehilangan kekuatannya dan berbagai benda jatuh ke tanah menandakan akhirnya, bersama dengan suara deritan yang keras dari bangunan itu.

Subaru membersihkan sisa-sisa benda yang mirip gulungan di kepalanya dan memeriksa bahwa Rom dan Bukan-Satella masih baik-baik saja. Sepertinya perlindungan Subaru tidak sepenuhnya cukup, karena Rom tampak seperti tertutup susu dan barang lainnya, tetapi Subaru pikir dia pantas dikenai sedikit.

"Apa maksudmu, 'Melawan monster adalah keahlianku'? Kau sendiri adalah monster!” teriak Subaru.

"Bahkan aku bisa terluka kalau kau mengatakan hal-hal seperti itu, Subaru," jawab Reinhard, penyebab dari semua kehancuran ini, dengan senyum lemah saat hembusan angin meniupkan rambut merahnya yang seperti api.

Setelah semua ini, bahkan butiran keringat yang terbentuk di wajah Reinhard terlihat keren, dan di tangannya...

“Aku minta maaf karena telah memaksamu begitu keras. Istirahatlah dengan tenang."

...pedang dua tangannya hancur. Sesuatu yang dibuat dengan bahan yang buruk bahkan tidak dapat bertahan dari satu ayunan sejati Reinhard. Serangan itu cukup untuk membuat besi dari mata pisau pedang itu membusuk, sehingga untuk Elsa...

"Lupakan mayatnya, aku bahkan tidak melihat satu pun jejak yang tersisa ...Ini semua hanya dari satu ayunan pedangmu?"

Dalam garis serangan Reinhard, yang sepertinya telah menembus struktur dunia, tidak ada yang tersisa. Dalam kehancuran ini, meja counter di samping pintu masuk gudang diledakkan sepenuhnya dengan semua kursinya, dan gelombang sisa dari kerusakannya bahkan meluas ke ruang terbuka di depan bangunan. Embusan angin yang dihasilkan telah merusak tumpuan bangunan, dan tampaknya siap runtuh setiap saat.

Tempat di mana Elsa berdiri tentu saja dalam jangkauan serangan Reinhard, dan sosoknya yang tinggi, berpakaian hitam tidak terlihat di mana-mana.

"Tapi, itu artinya..." kata Subaru, meregangkan tubuh kakunya dan mengembuskan napas lega.

Masih tidak bisa percaya dengan apa yang telah terjadi, Subaru berbalik untuk melihat gadis berambut perak itu masih bersandar padanya. Nafas Bukan-Satella masih lemah, tetapi ketika dia melihat Subaru menatapnya, dia mengalihkan mata ungunya ke arahnya.

"Apakah sudah berakhir...?" tanyanya lemah.

"Ya... Dalam artian, kelihatannya seperti itu," kata Subaru, membantunya berdiri.

Bukan-Satella menggerakkan jarinya ke rambutnya sendiri, dan dengan langkah yang masih belum benar, melepaskan Subaru, selagi Subaru menatapnya.

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Itu sangat tidak sopan,” katanya.

"Tangan dan kakimu masih melekat pada tubuhmu, kan?"

“...Kenapa tidak? Bisakah kau tidak mengatakan sesuatu yang sangat buruk?” jawab Bukan-Satella, tidak mengerti apa yang ingin dikatakan Subaru.

Saat Bukan-Satella membalas tatapan Subaru dengan tatapan kesal di matanya, Subaru mengacungkan jempolnya dan tersenyum.

"Benar. Maksudku, itu masuk akal. Aku, sendiri, anggota badanku masih utuh; Tidak ada pisau yang tertusuk di punggungku atau lubang besar di perutku!”

“Caramu mengatakannya, sepertinya kau pernah mengalami semua itu sebelumnya.”

Yah... dia pernah.

Karena ketidakbergunaan Subaru, Bukan-Satella telah tewas, Rom kehilangan lengan dan kepalanya, dan Felt juga tumbang.

“Sekarang kalau kupikir, Reinhard, aku belum mengucapkan terima kasih. Kau benar-benar menyelamatkan kami. Juga apa yang terjadi di gang... Apakah kau mendengar jeritan hatiku atau semacamnya, kawanku?”

“Yah, aku pasti akan bangga dengan diriku jika aku bisa melakukannya, kawan,” jawab Reinhard, menyantaikan bahunya, terlihat menyesal. Dengan dagunya, dia menunjuk ke arah pintu masuk gudang jarahan. Saat mata Subaru mengikutinya...

“Oh hei,” kata Subaru ketika dia melihat seseorang di sana, merasakan mulutnya membentuk senyuman yang tak terduga.

Di pintu masuk gudang jarahan, yang pada saat ini telah cukup hancur, terdapat seorang gadis kecil berambut pirang dengan gigi taring yang menyembul keluar dari mulutnya, bersembunyi di bawah bayangan salah satu dari beberapa pilar yang masih berdiri.

“Gadis yang di sana itu berlari dengan panik di jalanan, di mana dia meminta bantuanku. Satu-satunya alasanku bisa datang ke sini adalah karena dia. Setelah itu, aku hanya melakukan pekerjaanku sebagai ksatria.”

"Apakah meratakan bagian bangunan tua juga bagian dari pekerjaanmu?"

"Tidakkah kau pikir itu agak kasar, Subaru?" kata Reinhard, sedikit tersenyum dan meletakkan tangannya di atas dadanya.

Meski telah menghancurkan sebanyak ini, fakta bahwa dia bersikap sama ramahnya dengan Subaru seperti sebelumnya adalah hal yang menakuti dirinya.

"Itu..."

Bukan-Satella, masih berusaha menyeimbangkan dirinya, telah melihat Felt.

Subaru berjalan di antara mereka, berlari untuk melindungi Felt.

"Tunggu sebentar. Jika dia tidak memanggil Reinhard untuk meminta bantuan, kita berdua mungkin tidak akan ada di sini sekarang. Jadi untuk kebaikanku, maafkan kesalahannya dan tolong jangan mengubahnya menjadi patung es.”

“Aku tidak akan melakukannya! Dan apa maksudmu, 'untuk kebaikanmu'?” Bukan-Satella menggosokkan jari-jarinya ke alisnya, terlihat lelah.

Bahkan dalam gerakannya itu, Subaru bisa merasakan beberapa kebahagiaan.

Karena semua orang selamat, mereka semua bisa bercanda.

"Kurasa sekarang semua hal ini karena kemampuan negosiasiku... yang mana tidak ingin aku percayai!"

“Apa-apaan dengan tingkahmu? Caramu mengatakannya itu benar-benar payah.”

Merespon perkataan Bukan-Satella, Subaru meletakkan tangan di dadanya dan melakukan kembali tindakan Reinhard sebelumnya. Tentu saja, tidak terlihat sedingin dan keren seperti saat dia melakukannya.

Saat Reinhard melihat kejenakaan Subaru, dia tersenyum. Dia mengangkat tangan ke arah Felt, yang mengawasi semua orang, dan mulai berjalan ke arahnya.

Subaru melihat dari belakang sosok gagah Reinhard saat dia berjalan ke Felt, dan dia bahkan tidak bisa merasa iri padanya. Subaru hanya bisa mengangkat bahunya dan berpikir bahwa ini adalah perbedaan antara seseorang yang memilikinya dan seseorang yang tidak.

Bahkan saat Felt berhati-hati terhadapnya, mungkin karena dia merasa bersyukur karena dia datang untuk menyelamatkan semua orang, Felt tidak mencoba melarikan diri saat Reinhard mendekat.

Melihat keduanya, Subaru merasa sepertinya dia tersenyum, ketika...

"Subaru!!"

...Reinhard tiba-tiba berbalik ke arahnya dan berteriak, dan Subaru menyadari bahwa mereka belum lepas dari bahaya.

Puing-puing bangunan dilemparkan, dan di dalamnya ada bayangan hitam. Bayangan hitam, dengan rambut hitam yang ada di belakangnya dan darah yang menetes darinya, menendang tanah dengan kuat dan berlari cepat. Memegang pisau yang melengkung, Elsa yang berdarah tanpa berbicara berlari menuju Subaru.

"Sudah cukup…!"

Setelah entah bagaimana selamat dari serangan luar biasa Reinhard, mata kejam Elsa dipenuhi dengan kegelapan pekat. Niat membunuh yang dia lepaskan lebih besar dari yang dia miliki sebelumnya, dan itu membuat punggung Subaru menggigil.

Hanya beberapa detik sebelum dia cukup dekat untuk menyerang, dan dalam waktu singkat itu, Subaru mengirim sesuatu ke pikirannya dengan cepat.

Dengan cepat dan semuanya akan berakhir. Elsa memperhitungkan semuanya pada satu serangan ini. Reinhard tidak akan tepat waktu. Jika Subaru bisa menghentikan Elsa kali ini, Reinhard bisa menangani sisanya. Bukan-Satella bahkan tidak punya waktu untuk berbalik.

Di mana target kali ini? Subaru telah mengalami ini dua kali sebelumnya: dua kematian, rasa takut dan rasa sakit. Dia akan melindunginya untuk yang ketiga kalinya.

Lindungi gadis itu!!

"Dia akan menyerang perutmu!!"

Subaru mendorong Bukan-Satella keluar dari garis serangan, dan menggunakan tongkat yang masih di tangannya, dia menjaga perutnya sendiri saat serangan Elsa berbenturan dengannya.

Serangan horizontal tidak terasa seperti serangan dan lebih mirip dipukul oleh benda tumpul yang berat. Kekuatan benturannya menyapu Subaru dari kakinya dan dia merasa kalau dunia berputar 180 derajat saat dia memuntahkan darah. Bukan hanya penglihatannya tetapi seluruh tubuhnya yang berputar.

Tidak yakin seberapa jauh dia terlempar, Subaru menabrak dinding, tidak mampu melindungi dirinya sendiri.

"Kau, mengganggu jalanku la—" gumam Elsa, sambil mendecakkan lidahnya ketika dia melihat Subaru terbang.

"Sudah cukup, Elsa!"

Saat Reinhard berlari, Elsa paham bahwa tidak ada artinya lagi untuk melanjutkan pertarungan. Dia melemparkan pisaunya pada Reinhard, yang benar-benar telah bengkok dalam serangan terakhir yang ditahan Subaru. Sasarannya gagal, tetapi lemparan itu berhasil membuat Reinhard menjauh darinya, dan itu sudah cukup.

"Suatu hari, aku akan merobek perut semua orang di sini, jadi jagalah perut kalian untukku sampai saat itu!" teriaknya, menggunakan bagian dari bangunan yang runtuh sebagai pijakan untuk melompat ke atap.

Rasanya tidak mungkin untuk mengejarnya ketika dia melompat dengan mudah dari atap ke atap saat dia kabur.

Reinhard, yang tidak tertarik melanjutkan pertarungan ini lebih jauh, tidak mengejarnya.

Setelah Reinhard melihat Elsa pergi, dia berlari ke arah gadis berambut perak itu.

"Apakah kau baik-baik saja?"

“Aku baik-baik saja! Tidakkah kau lihat?! Dibandingkan aku, kau seharusnya lebih khawatir dengan..." teriak Bukan-Satella, sebelum berlari ke dinding dengan kakinya yang tidak stabil di mana Subaru jatuh.

"Apa kau baik-baik saja?! Apa yang kau pikirkan?!"

"Ugghh... Oh... Bukan masalah besar... Itu hanya ada waktu untuk bertindak sebelum berpikir, bukan? Akulah satu-satunya yang bisa bergerak, dan aku bisa menebak dengan cepat di mana dia akan menyerang,” kata Subaru, mengangkat satu tangannya ke Bukan-Satella saat dia berjalan ke arahnya dan menggunakan tangan lainnya untuk menyentuh perutnya. Dia sangat memar, dan semua yang ada di balik pakaiannya saat dia mengangkatnya berwarna ungu.

“Ugh…” kata Subaru, jijik dengan penampilannya, sebelum berbalik dan kembali berdiri.

"Dia benar-benar sudah pergi sekarang, kan?"

“Maaf, Subaru. Ini semua salahku karena lengah. Jika kau tidak ada di sana kami akan berada dalam masalah. Jika orang itu terluka, maka...”

“Berhenti berhenti berhenti berhenti! Jangan katakan itu! Jangan katakan itu! Aku melarangmu berbicara lebih dari itu! Kau akan mencuri bagianku,” kata Subaru pada Reinhard ketika dia mencoba untuk meminta maaf, dan tersenyum padanya saat dia diam.

Setelah itu, Subaru perlahan berbalik untuk melihat gadis berambut perak yang menatapnya. Dia gelisah dan kemudian berdiri di sampingnya. Mereka berjarak sekitar dua kaki. Jika Subaru mengulurkan tangannya, dia bisa menyentuhnya. Waktu yang lama itu akhirnya datang, dan Subaru berhenti sejenak untuk memikirkan segala sesuatu yang telah terjadi terhadapnya untuk tiba di sini.

Saat Subaru menutup mata dalam keheningan, gadis itu tampak seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi sebelum dia bisa membuka mulutnya, Subaru menunjuk ke langit.

Dengan tangan kirinya di pinggulnya dan tangan kanannya yang menunjuk ke udara, Subaru mengabaikan tatapan terkejut yang datang dari sekelilingnya, dan berbicara dengan suara keras, “Namaku Natsuki Subaru! Aku tahu ada banyak hal yang ingin kau katakan dan banyak hal yang ingin kau tanyakan, tetapi sebelum semuanya itu biarkan aku memastikan satu hal!”

"A-apa...?"

“Aku baru saja menyelamatkan hidupmu dari senjata mengerikan itu, bukan? Kita oke sejauh ini?”

"O....ke?"

“Itu berarti semuanya baik-baik saja. Jadi, apakah kita oke?!”

Subaru menggunakan tubuh bagian atasnya untuk membentuk O dan K, sementara gadis berambut perak di depannya sepertinya sedikit bingung, dia menjawab.

"O-oke..."

“Aku adalah orang yang menyelamatkan hidupmu! Penyelamatmu! Sekarang kau adalah heroine yang aku selamatkan. Apakah kau tidak berpikir kalau aku seharusnya mendapatkan semacam imbalan? Tidakkah kau berpikir begitu?!”

"…Aku mengerti. Hanya jika itu adalah sesuatu yang bisa aku lakukan.”

“Selama kau mengerti! Sekarang aku punya satu, hanya satu permintaan untukmu!” Subaru mengangkat satu jarinya di depannya untuk menekankan hal ini.

Selagi gadis itu terlihat sedikit khawatir dalam menanggapinya, dia sepertinya telah membulatkan tekadnya dan mengangguk dengan kuat.

"Jadi, keinginanku adalah..."

"Cepatlah."

Subaru tersenyum, menunjukkan giginya, lalu menjentikkan jarinya kemudian memberikan acungan jempol, sambil bergaya.

"...Aku ingin kau memberitahuku namamu."

Mata gadis itu terbuka lebar karena terkejut, dan keduanya jatuh dalam keheningan untuk sesaat. Tatapan Subaru tidak akan goyah, dan dia melihat gadis berambut perak di depannya dalam matanya.

Gadis itu lalu meletakkan tangan ke mulutnya dan mulai tertawa, pipi putihnya memerah, dan rambut peraknya bergoyang di belakangnya saat dia tersenyum.

Senyumnya itu bukanlah keterpaksaan, atau senyuman samar. Itu juga bukan senyum yang tragis. Dia hanya tersenyum karena dia bahagia. Hanya itu saja.

"... Emilia," katanya, sambil tertawa.

"..."

Mendengar satu-satunya respon itu, Subaru menarik nafas pendek, kemudian menghembuskannya.

Dalam menjawabnya, gadis itu meluruskan tubuhnya, meletakkan jari di bibirnya, dan tersenyum dengan cara menggoda.

“Namaku Emilia. Hanya Emilia. Terima kasih, Subaru. Terima kasih karena telah menyelamatkanku,” kata Emilia sambil mengulurkan tangannya.

Menunduk melihat tangan itu, Subaru dengan ragu-ragu mengambilnya. Jari-jari dan pergelangan tangannya ramping dan telapak tangannya kecil, dan tangannya sangat hangat. Itu adalah tangan yang hidup, dengan darah yang mengalir di dalamnya.

—Terima kasih karena telah menyelamatkanku.

Subaru ingin mengatakan hal yang sama padanya. Dia adalah orang yang telah menyelamatkannya lebih dulu. Dengan ini, dia akhirnya telah membayarnya, setelah sekarat tiga kali akibat luka dari pedang untuk sampai ke sini.

Setelah semua rasa sakit dan penderitaan itu, setelah semua pertarungan yang dia hadapi, hadiahnya adalah nama dan senyumannya.

Ahh...

“Ayolah, itu sama sekali tidak sepadan,” kata Subaru, tersenyum sambil menggenggam tangan Emilia.


7

Itu akan menjadi tempat yang baik untuk mengakhiri cerita. Namun…

"Meskipun sebenarnya, aku terkejut melihatmu baik-baik saja," kata Reinhard, seakan dia telah menunggu saat yang tepat untuk masuk setelah Subaru dan Emilia selesai, memecah kesunyian yang dia paksakan sebelumnya.

Bahkan dari sudut pandang pria dengan kemampuan seperti Reinhard, serangan terakhir Elsa pasti terlihat luar biasa.

Subaru dengan lembut menekan perutnya yang terluka dan menunjuk tongkat yang tergeletak di tanah. Tongkat berduri itu tebal dan kuat dan telah berfungsi dengan baik sebagai perisai, meskipun itu bukan tujuan sebenarnya.

“Aku buru-buru melindungi diriku dengan benda itu. Kalau bukan karena itu, sekarang aku mungkin telah terbelah dua,” kata Subaru.

"Kau benar. Jika bukan karena ini—” Reinhard mulai berbicara, meraih tongkat yang jatuh untuk mengambilnya.

“—Aku tidak akan bisa menghindari 'AKHIR BURUK 4,'” Subaru tertawa, menyelesaikan kalimatnya.

"Hah?"

Saat Reinhard mengambil tongkat itu, sebagian darinya meluncur melintasi potongan halus, dan jatuh ke tanah. Terpotong sepenuhnya menjadi dua, layanannya selesai.

Reinhard perlahan menatap Subaru dengan ekspresi yang tak enak. Subaru menyusul tatapan Reinhard dengan gugup dan mengangkat baju olahraganya. Sama seperti sebelumnya, semuanya berwarna ungu dan memar, tetapi ada sedikit perubahan. Garis merah tiba-tiba berlari lurus melintasi perutnya.

“Ini tidak terlihat bagus. Bahkan aku bisa melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.”

Tepat ketika Subaru menyelesaikan pernyataannya, rasa sakit membakarnya, dan kemudian perutnya terbuka sepanjang luka itu, menumpahkan darah merah cerah di mana-mana.

"S-Subaru?!"

Tepat di sampingnya, Subaru bisa mendengar suara panik Emilia.

Subaru akhirnya bisa mendengar namanya dan sekarang tampak seolah-olah ini akan menjadi akhir, lagi.

Tetapi bahkan jika begitu, Subaru yakin dia akan kembali ke tempat ini lagi.

Penglihatan Subaru bergeser ke samping, dan dia berpikir bahwa dia pasti terjatuh. Dia bisa melihat kalau Reinhard juga panik, dan ketika Emilia menatap lurus ke arahnya, dekat dengan wajahnya, dia bisa melihat bahwa dia sangat tertekan.

Dia terlihat imut bahkan ketika dia panik... Apa-apaan dunia fantasi ini, pikir Subaru, merasa dia telah memikirkan hal yang sama sebelumnya, sebelum rasa sakit dan keterkejutannya menyapu kesadarannya seperti badai di laut.

full-width