Bab 4: Keempat Kalinya Terpesona

(Penerjemah: Anickme)


1

"Dompet...ada. Ponsel...ada. Keripik rasa sup jagung dan ramen cup juga ada. Baju olahraga dan sepatu kets-ku tidak ada yang rusak, dan tentu saja...”

Subaru mengangkat ujung baju olahraganya dan memeriksa tubuhnya. Tidak ada bekas luka ataupun bekas robekan di punggungnya, di sekitar pinggulnya, atau di bagian depan perutnya. Tidak ada pisau yang mencuat, atau hal-hal lain yang aneh.

“Fiuh. Bagus. Tidak ada rasa malu yang lebih besar bagi seorang pengguna pedang selain ditikam dari belakang. Sebagai seseorang yang ikut kendo di sekolah menengah, bahkan saat aku tidak berjalan lurus dalam hidup, aku tidak bisa membiarkan diriku kehilangan jalan dari pengguna pedang.”

Matahari berada sangat tinggi di langit dan angin lemah menyapu kulit Subaru. Orang-orang sibuk, mondar-mandir di jalan utama, dan kereta kadal yang sama itu lewat lagi.

“Yah, dengan bukti tidak langsung ini, aku tidak punya pilihan selain menerimanya, kan? Agak sulit dipercaya, tapi...”

Semua luka di tubuh Subaru menghilang; robekan dan noda darah di baju olahraganya juga hilang. Di tangan Subaru, dalam kantong plastik itu ada keripik yang terbungkus, menunggu Subaru untuk memakannya.

"Jadi, itu salah satunya, ya..."

Dia meletakkan tangan di bawah dagunya, lalu menjentikkan jarinya sehingga semua orang di jalan bisa melihatnya.

“Setiap kali aku mati, aku hidup kembali pada suatu titik dalam keadaan semula. Setidaknya, sepertinya begitu.”

Subaru memikirkan teori bodohnya yang sebelumnya, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk menerimanya.

2

"Kurasa aku akan menamainya 'Bangkit dari Kematian'... Fakta kalau itu adalah kekuatan yang menganggap kau akan mati membuatnya cocok untukku, bukan?"

Itu adalah kekuatan yang aktif setelah penggunanya kehilangan nyawa. Jika hal heroik adalah dapat kembali dari jurang kematian dan mencapai kemenangan, lalu memperoleh kesempatan untuk melakukan berbagai hal setelah kau mati terasa seperti melakukan cheat.

"Seriuslah, bagaimanapun... apa kau menyebut hal semacam ini sebagai perjalanan waktu?"

Fenomena pengulangan hanya dapat aktif dalam kondisi tertentu. Jika kalian memikirkannya sebagai game, mirip seperti Subaru dibawa kembali ke titik auto-save, di mana hal itu dipilih otomatis, tidak peduli di manapun dia mati.

"Jadi ini pengulangan waktu atau time slip, ya... maksudku, hal semacam ini adalah hal biasa di manga, tapi aku pernah membacanya entah dimana kalau secara nyata, sangat sulit untuk melakukan perjalanan waktu ke masa lalu... seperti, akan lebih mudah untuk membuat ulang dunia dari nol daripada kembali ke masa lalu.”

Dengan apa yang Subaru tahu dari Internet, di mana pengetahuan sangat luas tetapi dangkal, kembali ke masa lalu adalah hal yang sangat tidak nyata. Namun, mengingat kalau dia telah dipanggil ke dunia lain, dia tidak dalam posisi untuk memperdebatkan tingkat ketidaknyataan.

"Tapi jika kau menganggap kalau Bangkit dari Kematian ini benar-benar terjadi, maka semua hal itu sejauh ini mulai masuk akal."

Mengingat kejadian sebelumnya, Subaru sudah meninggal tiga kali di dunia ini.

Yang pertama ketika dia dan Satella pergi ke gudang jarahan bersama. Yang kedua ketika dia, Rom, dan Felt dibunuh oleh pedang Elsa. Lalu yang ketiga, yang bagi Subaru baru saja terasa seperti baru terjadi beberapa menit yang lalu, dia mati seperti anjing.

Tidak seperti kematian pertama dan kedua, yang ketiga adalah yang terburuk, dan dia tidak bisa membuat alasan mengenai hal itu. Dia tidak menyangka kalau dia bisa mengacaukannya begitu parah hingga terbunuh oleh karakter mob yang lemah saat dia masih di prolog.

"Meski begitu, mati tiga kali hanya dalam setengah hari tetap saja terlalu banyak."

Mengingat kalau biasanya seseorang hanya memiliki satu nyawa untuk hidup, mati tiga kali dalam setengah hari itu tetaplah konyol.

Tentu, Subaru telah hidup selama tujuh belas tahun sebelumnya dalam kehidupannya yang damai, tapi tergantung bagaimana cara kalian memandangnya, jika kalian mengalikan 17 tahun dengan 365 hari, dan tiga kali pengulangan, Subaru telah hidup beberapa hari lebih lama yang mana dia seharusnya sudah mati. .

"Atau... jika kau memandangnya dengan cara lain, aku sangat payah dalam kehidupan."

Perbedaan antara kesulitan bertahan hidup di dunianya sebelumnya dan yang satu ini terlalu besar. Ada banyak tempat yang mengancam hidup Subaru di sini. Terdapat berbagai tempat yang berbahaya di mana pun dia pergi.

"Jika melihat persamaan waktu diantara kematian yang pertama dan kedua... Elsa mungkin merupakan pelaku di kejadian pertama juga."

Di kejadian pertama, orang yang bersembunyi di balik bayangan gudang jarahan itu mungkin Elsa. Mayat raksasa itu adalah Rom, lalu dia dan Satella tiba ketika Felt dan Elsa telah selesai bernegosiasi.

"Aku tidak yakin, tapi Felt mungkin memintanya terlalu banyak, dan setelah negosiasi gagal... itulah yang terjadi."

Setelah Elsa selesai memastikan bahwa tidak ada yang seorangpun yang masih hidup untuk menceritakan apa yang terjadi, sialnya, Subaru dan Satella memasukinya.

“Kejadian kedua lebih sederhana. Aku telah bersama Rom dan Felt ketika negosiasi gagal... Dibunuh dua kali oleh orang yang sama... Apa Elsa adalah tipe karakter yang disaat kalian bertemu dengannya itu berarti kematian?”

Subaru mencoba membuat pernyataan itu sebagai lelucon sehingga dia bisa berbohong pada dirinya sendiri mengenai seberapa takutnya dia.

Jelas sekali bodohnya jika memikirkan pilihan yang mungkin dia punya jika dia bertemu dengannya.

Satu-satunya tempat di mana Subaru memiliki kesempatan untuk bertemu Elsa adalah gudang jarahan, dan satu-satunya alasan kenapa Subaru harus pergi ke gudang jarahan adalah untuk mengambil kembali lencana Satella yang dicuri, dan alasan kenapa dia ingin mengambil kembali lencana itu adalah karena dia ingin membalas budi kepada Satella karena telah menyelamatkannya.

Namun, karena Bangkit dari Kematian mengirimnya kembali ke masa lalu, tugasnya untuk membalas budi kepada Satella tertinggal di alur dunia pertamanya.

Saat Subaru bertemu Satella di alur dunia ketiganya, reaksi dinginnya itu adalah buktinya.

Satella tidak mengenal Subaru lagi. Bantuan yang seharusnya dia balas hilang ketika dia mengulangnya.

Jika begitu, sebaiknya Subaru melupakan Satella dan fokus untuk menghindari ancaman Elsa.

Subaru tidak tahu kenapa dia dilemparkan ke dalam skenario Bangkit dari Kematian ini, tapi karena itu, dia cukup beruntung karena bisa mengetahui masa depan. Dia tahu apa yang harus dihindari. Menghindari mereka adalah hal yang tepat untuk dilakukan.

“Yah, sudah waktunya aku bergerak. Untungnya, aku tahu jika aku dapat mengubah ponselku menjadi uang, jadi aku hanya perlu mengumpulkan sejumlah uang, dan menjalani kehidupan yang baik menggunakan pengetahuan modernku. Itu akan penuh dengan mimpi! Apakah kau tidak terpikir begitu, pak tua?"

“Tepat saat kupikir kau menggumamkan omong kosong pada dirimu sendiri, kau menanyakan pendapatku? Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, dan aku tidak peduli.”

Ketika Subaru melihat kembali pria di toko itu, mencari persetujuan, pria itu membalasannya dengan ekspresi kesal di wajahnya.

Dengan respon dingin darinya, Subaru merasa dia sedikit terluka. Tidak peduli di dunia mana kalian berada, cara orang berinteraksi dengan orang asing tidak begitu berbeda.

"Tapi kau lihat, ada beberapa orang di luar sana yang, bahkan jika itu menempatkan mereka ke tempat yang sempit, dia tetap membantu orang lain."

Bahkan setelah sesuatu yang berharga miliknya dicuri, dan bahkan ketika dia masih mengejar orang yang mencurinya, Satella tetap membantu orang asing yang benar-benar tidak bermanfaat baginya, meluangkan waktu untuk menyembuhkan lukanya, dan mencoba pergi tanpa menerima satupun ucapan terima kasih.

Dia menerima keegoisan orang yang tidak berguna itu dan masalahnya berujung pada akhir yang mengerikan.

“Saat kau melakukan hal yang sama sebanyak tiga kali, ada beberapa hal yang mulai kau pahami. Yah, jika setelah tiga kali dan kau mungkin sangat bodoh jika tidak memahami hal-hal itu. Aku mungkin sedikit bodoh, tapi tidak sebodoh itu.”

"Omong kosong apa yang kau bicarakan?"

“Mungkin ada semacam pola di sini. Sesuatu yang tak terhindarkan. Tidak peduli berapa kali kau melakukannya, setidaknya beberapa hal tidak akan pernah berubah. Atau setidaknya ada semacam kekuatan kuat yang mencoba untuk menjaga hal-hal seperti itu. Contohnya…"

Dalam ketiga alur tersebut, lencana Satella dicuri oleh Felt. Di alur pertama dan kedua, Elsa yang menyebabkan pertumpahan darah. Bahkan di alur ketiga, itu mungkin juga terjadi, meskipun tidak ada hubungannya dengan kematian Subaru.

“Aku tidak tahu apa aku bisa menang melawan Elsa. Aku masih tidak tahu. Tapi ada satu hal yang aku ketahui.”

Jika dalam alur keempat Subaru tidak melakukan sesuatu, Felt dan Rom tetap dibunuh oleh Elsa. Mungkin pertarungan Elsa dan Satella juga tak terhindarkan juga.

Jadi bagaimana jika mereka berdua mati? Pikir Subaru. Salah satunya adalah penjahat yang ada hubungannya dengan barang curian, dan yang satunya adalah gadis pemberani yang mencoba menjual barang-barang curiannya terlalu mahal tanpa rasa malu atau menyesal.

Keduanya adalah penjahat, jadi bukankah lebih baik jika seperti itu? Tetapi tetap saja…

“Yah… kurasa aku benar-benar produk zaman modern. Meskipun aku selalu mengolok-olok orang-orang seperti ini ketika aku duduk di depan layar komputer...”

Subaru sering bertingkah seolah-olah rasa iba dan belas kasihan adalah hal bodoh. Bukannya dia melakukannya untuk berakting. Dia hanya menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak begitu peduli. Dengan begitu, tidak peduli situasi apa yang dia hadapi, dia bisa menahan diri supaya tidak terlalu emosional. Tidak masalah baginya jika beberapa orang yang dia kenal meninggal. Setidaknya, begitulah caranya berpikir.

“Tapi kau tahu, aku membencinya. Rasanya mengerikan. Aku tahu mereka berdua jauh dari kata suci, tetapi jika tahu bahwa orang yang kau kenal akan dibunuh... sangat mustahil untuk mengabaikannya.”

Di masa lalu, saat dia bertingkah tidak peduli, itu benar-benar tidak lebih dari sekedar akting. Itu adalah hasil dari interaksinya di dunia maya. Sekarang dia harus menghadapi masalah berat ini dalam kehidupan nyata, ada perbedaan yang sangat jauh diantara keduanya. Tetapi pada saat yang sama, Subaru berpikir kalau dia terlalu dangkal karena mengubah salah satu keyakinan utamanya tentang kehidupan, setelah dia mendapat kesulitan.

“Dan tentu saja Satella—maksudku, gadis itu. Aku tidak bisa begitu saja mengabaikannya seperti itu.”

Setelah memanggilnya dengan nama itu dan melihat reaksinya, Subaru sadar bahwa "Satella" adalah nama palsu. Saat dia memikirkannya kembali kejadian di alur pertama sepertinya dia tidak terlalu suka dipanggil dengan nama itu. Kemudian di alur ketiga, itu sangat jelas.

Dengan kata lain, itu berarti dia belum cukup mempercayainya ketika dia memberi tahu nama itu padanya. Subaru belum membangun cukup hubungan dengannya, jadi di salah satu alur skenario, dia gagal dalam ujian untuk mendapatkan nama aslinya.

“Kalau begitu, aku rasa aku harus bekerja cukup keras agar dia memberikanku nama yang sebenarnya kali ini.”

Subaru meregangkan dan memutar-mutarkan tubuhnya, membunyikan beberapa tulang ketika dia mengumpulkan semangat. Pemilik toko melihat gerakan aneh Subaru dengan ekspresi terkejut.

Subaru, dalam meresponnya, mendadak mengangkat tangannya dan berkata, “Ada hanya beberapa saat di mana seorang pria harus melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang pria! Benar kan, pak tua?"

“Ya, ya. Memang begitu. Benar. Jadi pergilah dan menjauh dari sini.”

Subaru pikir bahwa dia telah berpose bagus dan mengatakan kalimat itu dengan cukup baik, tetapi mengingat reaksi membosankan pemilik toko itu, dia bisa merasakan wajahnya mulai berkedut.

Begitu pemilik toko yang kesal itu akhirnya mengusirnya dari toko, dia bergegas pergi. Setelah berjalan sekitar dua ratus meter di jalan yang ramai, dia berhenti dan berdiri sejenak.

"Sekarang, kalau begitu..." Subaru mengangkat poni pendeknya dengan tangannya kemudian dengan gerakan yang berlebihan terlihat seperti ini dan itu. Lalu dia meletakkan tangannya ke dinding terdekat dan bersandar padanya.

"Ke mana aku harus pergi jika ingin bertemu Bukan-Satella...?" katanya. Itu bukan ungkapan untuk membangkitkan keyakinannya terhadap tindakannya, tetapi dia tidak ingin duduk dan menunggu.

3

Sekarang Subaru memikirkannya, sebagian besar keadaan yang mengelilingi pertemuannya dan Satella adalah kebetulan.

Di alur pertama dan ketiga, Subaru bertemu Satella di tempat yang tidak jauh dari jalan utama ini, dan itulah satu-satunya hal yang sama. Setidaknya, itu bisa membantunya jika Subaru tahu kapan waktu pencuriannya terjadi...

"Berapa lama aku duduk diam di depan toko buah itu?"

Subaru merasa hanya beberapa menit, tetapi pada saat yang sama juga terasa hampir satu jam.

“Haruskah aku pergi dan mempercayai kebetulan? Berharap benang merah nasib antara aku dan dia akan mempertemukan kami?”

Subaru mengangkat kedua jari kelingkingnya di depan wajahnya, menyatukannya seolah-olah mereka sedang menyelupkan tongkat sedangkan penonton melihatnya dengan tatapan ingin tahu.

Saat Subaru melanjutkan pencariannya, dia sadar bahwa dia berada di tempat yang seingatnya pernah dia lihat sebelumnya.

“Aku rasa benang nasibku bekerja dengan baik!” kata Subaru, penuh percaya diri, sebelum menyadari di mana dia berada. Sebelum dia tahu, dia berjalan ke arah gang.

"Bukankah ini adalah tempat di mana aku pertama kali bertemu Satella...?"

Dia merasa tempat itu mirip, tapi dia tidak yakin. Bahkan jika ini adalah gang yang sama seperti sebelumnya, tidak ada jaminan bahwa dia akan datang ke sana.

"Lagipula, akhir yang aku hadapi saat kematianku yang ketiga merupakan tempat yang benar-benar berbeda..."

Bahkan jika Bukan-Satella berhasil mendapatkan kembali lencana yang dicuri oleh Felt, rute yang mereka ambil setelahnya akan berbeda tergantung pada kondisinya. Ada kemungkinan kalau rute yang pertama dan kedua adalah sama, tetapi yang ketiga, karena ada gangguan pada Subaru, takdir pasti sedikit bergeser.

Setelah berpikir sejauh itu, Subaru sadar betapa dangkal pemikirannya. Jika dia memasuki gang yang tidak asing ini, ada kemungkinan dia akan bertemu dengan Felt dan Bukan-Satella. Namun, juga ada kemungkinan akan bertemu dengan orang lain juga. Dengan kata lain…

"Aku benar-benar bosan melihat wajahmu, Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh," kata Subaru dengan lelah ketika dia berbalik, dan melihat ketiga preman yang menghalangi jalan keluar dari gang.

Penampilan mereka, pakaian mereka, wajah mereka—semuanya sama. Baik tujuan dan benda yang mereka bawa harusnya juga sama. Subaru sama sekali tidak membuat kemajuan. Subaru pikir itu masuk akal; bagaimanapun, dia selalu berjalan di tempat yang sama.

"Kenapa orang-orang ini datang disaat aku sangat kesulitan menemukan Bukan-Satella dan Puck..."

Alasan kenapa Subaru kesulitan untuk menemui Satella adalah mungkin karena perbuatannya dipengaruhi oleh beberapa faktor acak selain Subaru. Namun, alasan kenapa Subaru terus bertemu Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh mungkin karena mereka telah menargetkannya.

Itu sebabnya, bahkan jika dia memilih gang yang berbeda, dia akan selalu bertemu dengan orang-orang ini. Pertemuan mereka tidak dapat dihindari.

“Bahkan jika aku memiliki teori yang bagus tentang kenapa semua ini terjadi, itu tidak akan membuatku lebih bahagia. Jadi apa yang kalian inginkan dariku?”

"Apa yang orang bodoh ini gumamkan?"

“Dia mungkin terlalu tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Bagaimana kalau kita tunjukkan padanya.”

Percakapan Bodoh dan Lebih Bodoh sama seperti sebelumnya, dan itu membuat Subaru merasa lebih tidak enak. Namun, bukan berarti dia bisa membiarkan kewaspadaannya turun.

Halangan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh tidak terlalu besar, tapi tidak ada kemungkinan 100 persen kalau Subaru bisa keluar dari gang ini. Lagi pula, merekalah orang-orang yang menyebabkan kematiannya yang ketiga.

Ketika dia memikirkan itu, pikiran Subaru melayang ke apa yang telah terjadi di saat terakhir, saat dia sekarat. Saat dia terbaring sekarat, dia bisa menangkap beberapa suara dari apa yang terjadi.

Subaru mencoba mengingat percakapan terakhir yang dilakukan Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh. Apa yang mereka takutkan? Ada suatu kata yang mereka katakan. Subaru pikir dia harus bisa mengingatnya...dan itu...

"Penjaga!!"

Mendengar SOS Subaru yang tiba-tiba dan tak terduga, Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh melompat. Keheningan gang itu pecah dan suara teriakan Subaru sudah pasti terdengar sampai ke jalan utama.

Dengan semua pelatihan Subaru di kendo, rasa malu mengenai tiba-tiba berteriak sudah lama hilang.

Selain itu, Subaru, yang pada titik ini telah sadar betapa pecundangnya dirinya, bukan orang yang akan membiarkan harga dirinya tersakiti karena tiba-tiba meminta bantuan.

"Seseorang! Tolong panggil beberapa pria ke sini!”

“A... Apa, apa kau bercanda?! Kau benar-benar meminta bantuan?! Siapa yang melakukan itu?!"

“Dalam situasi seperti ini kau seharusnya mendengarkan kami jika kau tidak ingin merasa sakit! Kau mengabaikan kami dan meminta bantuan? Itu aneh!”

"Apa?! Jangan cap aku 'Itu aneh'! Di dunia mana hal ini aneh?! Oh! Tidak mungkin! Kau tidak bermaksud kalau kau mencoba melakukan sesuatu di mana hal itu bisa menjadi masalah jika aku memanggilnya, kan? Ya ampun!"

"Diam! Kau tahu apa yang kami maksud!”

"Aku tidak dengar! Aku tidak bisa mendengarmu melalui dinding ketidaktulusan yang tebal itu! Polisi!!"

Subaru terus berteriak dan membuat para preman itu tetap diam, tetapi sebenarnya dia berkeringat dingin.

Saat Subaru menghirup napas terakhirnya di alur ketiga, di saat kesadaran meninggalkannya, Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh mengatakan kata "penjaga" dan "lari." Dengan kata lain, di dunia ini, ada organisasi yang berfungsi mirip polisi.

Informasi itu menuntun Subaru ke pilihan baru, "Meminta Bantuan." Walaupun dia pikir itu adalah taktik yang sangat lemah.

Tapi sayangnya, Subaru sepertinya tidak mendapat reaksi positif dari kerumunan di jalan utama.

"Yah, sepertinya itu tidak berhasil..."

"Mengancam kami seperti itu... aku hampir sedikit takut, bung."

"Hanya sedikit!"

“Bahkan bukan sedikit! Hanya sangat sedikit!"

Secara serempak, Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh terus menyangkal betapa paniknya mereka, dengan cara yang paling menyedihkan.

Saat sekumpulan pria mencoba untuk mengendalikan situasi, setelah saling memandang dan mengangguk, masing-masing dari mereka mengeluarkan senjatanya. Satu orang mengambil pisau, yang satunya lagi mengambil kapak tangan berkarat, dan akhirnya yang terakhir...

“Kenapa hanya kau yang tidak punya senjata? Kenapa? Apa kau tidak punya uang untuk membeli sesuatu?” Subaru mengejek.

"Diam! Aku lebih kuat tanpa senjata! Aku akan mengalahkanmu sampai mati, bocah kecil!”

“Bung, aku ingin sekali menunjukkan apa yang terjadi pada kalian di alur kedua.”

Mengingat bagaimana dia telah mendaratkan suplex sempurna itu, Subaru ingin memberikan tepukan pada punggungnya, tetapi pada saat yang sama, dia sadar kalau dia berada dalam situasi yang sangat buruk sekarang. Lebih terlihat dan lebih seperti Subaru tidak akan bisa keluar dari ini.

“Tidak bisakah kalian membiarkanku pergi dengan mudah? ... Aku bukan penggemar rasa sakit. ”

Setelah melewati pengalaman itu tiga kali, Subaru tahu bahwa dia tidak akan pernah terbiasa dengan sekarat. Untuk melengkapinya, penyebab kematian ketiga disebabkan oleh luka yang ditimbulkan oleh pisau. Rasa sakit tajam yang terjadi bersamaan dengan luka-luka itu selalu terasa segar dan mengejutkan, seolah-olah sarafnya telah dimatikan.

Subaru tidak ingin mengalami kematian semacam itu lagi, dan bukan hanya itu.

"Hanya karena Aku dihidupkan dengan Bangkit dari Kematian beberapa kali, bukan berarti hal itu akan terjadi lagi kali ini..."

Subaru tidak punya alasan kalau berpikir Bangkit dari Kematian memiliki penggunaan yang tidak terbatas. Subaru tidak melihat adanya nomor di tubuhnya atau semacamnya, tetapi seperti kata pepatah, Buddha hanya memiliki kesabaran untuk menyelamatkanmu tiga kali.

Jika apa yang terjadi pada Subaru adalah karunia rahmat baik dari Sang Buddha, Subaru telah menghabiskan semua miliknya.

“Jika aku mati kali ini, hidupku di dunia baru ini mungkin akan benar-benar tamat. …Kurasa taruhan terbaikku adalah mencoba pergi, bahkan jika aku terluka dalam prosesnya.”

Senjata yang terlihat paling bisa menimbulkan luka mematikan itu, tentu saja, adalah pisau. Kapak tangan yang benar-benar berkarat, jadi jika Subaru bisa melindungi dirinya dengan plastik belanjaannya, dia hanya akan mendapat pukulan tumpul bukan tebasan. Tentu saja, pria tanpa senjata adalah taruhan yang aman. Jadi Subaru memfokuskan semua perhatiannya pada Lebih Bodoh, yang menggunakan pisau, dan memainkan rute pelarian di kepalanya.

Tiga ... Dua ...

"Cukup."

Suara itu dengan mendadak dan tegas telah menembus ketegangan hening di gang. Dengan suara yang gagah, tidak ada keraguan, dan tidak ada belas kasihan. Hanya mendengarkan suaranya saja sudah cukup untuk merasa kalah karena keberadaannya, dan terdapat pasangan sempurna yang membawa niat pemilik suara itu.

Subaru mengangkat kepalanya, dan Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh berbalik. Di depan mereka ada seorang pria muda.

Yang menonjol dari penampilannya, lebih dari yang lain, adalah rambut merah menyalanya. Di bawahnya ada mata biru berkilau yang hanya dapat digambarkan sebagai "keberanian." Ketampanannya yang luar biasa membantu meningkatkan rasa kegagahannya, dan dengan satu pandangan kalian bisa mengatakan bahwa pemuda ini lebih kuat di atas yang lain.

Dia ramping dan tinggi dan mengenakan pakaian hitam, dan meskipun tidak memiliki hiasan yang rumit, dia juga membawa pedang kesatria di sekitar pinggangnya, yang membuatnya dikelilingi dengan udara yang sangat mengintimidasi.

“Tidak peduli apapun situasinya, aku tidak akan membiarkanmu melakukan kekerasan lagi terhadap pemuda itu. Sudah cukup."

Saat pria muda itu mengatakan ini, dia berjalan lurus melewati Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh, dan berhenti di antara mereka dan Subaru.

Subaru tidak bisa berbicara karena sikap pemuda itu yang berani, tetapi reaksi Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh berbeda.

Semua wajah preman menjadi pucat, dan dengan bibir yang gemetaran mereka menunjuk pemuda itu.

"Rambut merah menyala dan mata berwarna biru langit... ditambah sarung pedang kesatria yang ada ukiran cakar naga... Tidak mungkin..."

Para preman menatap tak percaya.

"Reinhard... Apa kau Si Ahli Pedang Reinhard?!"

“Yah, kurasa aku tidak perlu membuang waktu untuk memperkenalkan diri. ...Meskipun aku tak menyukai julukan yang diberikan semua orang kepadaku. Ini terlalu berat untukku,” pria yang disebut Reinhard bergumam dengan nada merendahkan diri. Tapi cahaya di matanya tetap teguh.

Para preman, yang dikuasai dengan tatapan pemuda itu, mundur satu langkah. Mereka saling memandang seolah mencoba menentukan waktu terbaik untuk melarikan diri.

“Jika kalian berencana melarikan diri, aku akan membiarkan kalian pergi kali ini. Kembali ke jalan utama. Namun, jika kalian tetap keras kepala, kalian harus menghadapiku.”

Reinhard menaruh tangannya di gagang pedangnya dan memberi isyarat kepada Subaru untuk berdiri belakangnya dengan dagunya.

“Tiga lawan dua. Mereka memiliki keuntungan dalam hal jumlah. Aku tidak yakin jika sedikit bantuan yang bisa aku berikan akan cukup untuk membuat perbedaan, tetapi aku akan berusaha sebaik mungkin, dengan kehormatanku sebagai seorang ksatria.”

“Ap-apa?! Apakah kau bercanda? Ini bahkan bukan pertarungan!”

Setelah mendengar apa yang dikatakan Reinhard, Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh benar-benar aneh. Mereka gemetaran seperti bayi laba-laba, bahkan lupa menyembunyikan senjata mereka saat mereka berlari ke jalan utama. Tidak seperti alur pertama, tidak ada hinaan saat mereka berlari. Itu adalah bukti adanya perbedaan yang besar antara mereka dan pemuda ini.

Segera setelah para preman itu meninggalkan gang, ketegangan yang tinggi itu segera hilang. Menyadari bahwa pria muda itu melakukannya dengan sengaja, Subaru sekali lagi kehilangan kata-katanya.

Lebih dari apapun…

"Untukmu karena melakukan semua itu dan tetap tenang... seperti kau dan aku bukan dari spesies yang sama."

Tingkat kesopanan manusia di wajahnya, suara, sikap dan tindakannya, semuanya terlalu tinggi. Jika kepribadian dan didikannya juga sama, jika dia tidak melakukan sesuatu yang korup di belakang, tidak mungkin semua itu bisa seimbang.

Mengesampingkan kecemburuannya, Subaru tertawa datar, kemudian bersujud di tanah.

“Kau telah menyelamatkan hidupku, dan aku, Natsuki Subaru, akan selalu bersyukur. Aku harus berkata bahwa aku terkesan dengan niat baik dan keberanianmu...”

“Kau berlebihan memujiku. Itu karena saat mereka tiga melawan satu menjadi tiga melawan dua, mereka menjadi tidak yakin dengan diri mereka sendiri. Akan berbeda jika hanya aku yang melawan mereka.”

"Tidak... Mengingat betapa takutnya mereka terhadapmu, bahkan jika sepuluh lawan satu... atau bahkan seratus lawan satu, aku masih berpikir mereka akan melarikan diri. Tapi dengan tingkat kegagahanmu?! Kau seperti orang suci dari dalam tubuh maupun pikiran. Kau sangat brilian, aku pikir aku akan buta!”

Sejujurnya, ada perbedaan dalam penampilan mereka, Subaru benar-benar tidak ingin berdiri di sampingnya. Subaru memeriksa Reinhard lagi, tetapi semakin dia memandangnya, dia semakin berpikir bahwa pemuda yang indah ini pasti dipilih oleh Dewa.

Namun, dia tidak terlihat seperti seorang penjaga.

"Umm... bisakah aku memanggilmu dengan namamu, Tuan, uh... Reinhard... kan?"

"Jangan menggunakan 'Tuan'. Tidak perlu terlalu formal, Subaru."

“Yah, kita cukup dekat karena semua hal itu, ya? Bagaimanapun juga, terima kasih, Reinhard. Kaulah satu-satunya yang ke sini ketika aku memanggil. Sebenarnya, itu membuatku merasa sedikit sendirian jika tidak ada orang lain yang peduli.”

Mengingat ada banyak orang yang berjalan di jalan utama, tidak mungkin Reinhard-lah satu-satunya orang yang mendengar suara Subaru. Tapi ketika Subaru mengeluh, Reinhard sedikit menunduk.

“Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan ini, tapi kupikir aku bisa mengerti. Bagi sebagian besar orang, resiko campur tangan dengan preman jika terlibat terlalu besar. Kau benar jika memanggil penjaga.”

“Caramu mengatakan itu... apakah kau seorang penjaga, Reinhard? Kau tidak terlihat sama dengan yang lain."

"Aku lebih dari itu. Aku tidak bertugas hari ini jadi aku tidak memakai seragamku, bahkan aku tahu dari penampilanku, aku kurang tegas dari sisi otoritas,” kata Reinhard, melebarkan kedua lengannya, tetapi Subaru berpikir berbeda.

Alasan terbesar kenapa Reinhard tak terlihat seperti penjaga adalah karena dia sangat rendah hati, pemikiran kasar Subaru tentang bagaimana seharusnya seorang penjaga terlihat.

"Kalau dipikirkan, bukankah mereka menyebutmu sesuatu seperti ' si ahli pedang'...?"

“Posisi keluargaku agak istimewa, kau tahu. Jadi aku agak dibebankan banyak harapan besar. Setiap hari adalah pertarungan.” Reinhard tersenyum, mengangkat bahunya. Sepertinya Reinhard juga memiliki selera humor.

Subaru sekarang benar-benar yakin bahwa orang ini adalah manusia yang sempurna. Lupakan tentang pasrah kepada Dewa tentang semua ketidakadilan itu, pada titik ini, Subaru terkesan.

“Ngomong-ngomong, aku pikir rambut dan pakaianmu, dan juga namamu sangat tidak biasa, tapi... Dari mana asalmu? Kenapa kau datang ke ibu kota Lugunika?" tanya Reinhard, melihat Subaru dan penampilannya.

Mengingat bahwa latar belakang Subaru tidak jelas, tampaknya itu adalah respons yang sangat normal bagi seseorang yang menjadi penjaga.

“Agak sulit untuk menjawab pertanyaan pertama itu. Terakhir kali saat aku berkata, 'sebuah negara kecil di timur,' itu tidak berhasil, jadi biarkan aku mengulanginya. Aku datang dari tempat yang lebih jauh ke arah timur daripada di sini, tempat yang belum pernah dilihat siapa pun sebelumnya—di ujung Bumi,” jawab Subaru dengan kilatan di senyumnya. Subaru pikir itu adalah jawaban yang cukup aman, tetapi Reinhard tampak terkejut.

"Lebih jauh ke arah timur dari Lugunika...? Kau tidak dapat mengartikannya melewati Grand Cascade. Apakah itu adalah lelucon?”

"Grand Cascade?" Subaru memiringkan kepalanya mendengar istilah yang asing.

Cascade... seperti, air terjun? Subaru, yang tidak kenal dengan geografi di daerah sekitarnya, tidak tahu apa yang dibicarakan Reinhard. Satu-satunya tempat yang benar-benar diketahui Subaru di dunia ini adalah jalan utama, gang, daerah kumuh, dan gudang jarahan.

“Sepertinya kau tidak mencoba membodohiku atau semacamnya, tapi... Yah, tidak masalah. Bagaimanapun, sepertinya kau bukan berasal dari ibukota, tapi kau punya alasan untuk berada di sini, kan? Saat ini, Lugunika tidak sedamai biasanya. Sedang ada kerusuhan. Apapun alasanmu berada di sini, aku akan dengan senang hati membantumu.”

“Ayolah, ini hari liburmu, kan? Kau tidak perlu menyia-nyiakan satu hari libur hanya untuk membantuku, kau sudah membantuku lebih dari cukup. ...Tapi, aku ingin bertanya padamu, jika boleh.”

Subaru menggelengkan kepalanya dalam menanggapi tawaran Reinhard, tapi kemudian dia mengangkat jarinya seolah tiba-tiba teringat sesuatu.

"Baiklah. Aku bukan seseorang yang punya banyak informasi, jadi aku tidak yakin aku bisa banyak membantu dalam hal itu.”

“Yah, itu pertanyaan kecil dan aku bertanya mengenai seseorang, jadi jangan khawatir. Jadi, pernahkah kau melihat seorang gadis berambut perak dengan jubah putih berjalan di sekitar sini?”

Penampilan Bukan-Satella itu menonjol. Dari semua hal tentang dirinya, warna rambut dan jubah putih berhias elang yang paling menonjol. Jika seseorang seperti itu sedang berjalan-jalan di ibukota, ada peluang besar jika Reinhard, seorang penjaga, telah melihatnya.

"Jubah putih dan rambut perak..."

“Jika aku boleh menambahkannya lagi, dia sangat cantik. Juga, ada kucing itu... Yah, walau dia tidak membawanya dengan nyata, tapi dia punya satu, itu sangat membantunya.”

Jika ada seseorang yang mengenakan jubah putih, memiliki rambut perak, dan memiliki roh kucing, maka itu pasti dirinya. Namun, kucing itu biasanya tersembunyi di dalam rambutnya, jadi mengharapkannya bisa melihat kucing itu agak terlalu berlebihan.

"...Apa yang akan kau lakukan jika kau menemukannya?"

"Sesuatu yang hilang...er...kurasa sesuatu yang dia cari? Bagaimanapun, aku ingin memberikan sesuatu yang dia cari.”

Tentu saja, Subaru tidak memilikinya sekarang, dan bahkan mungkin dia belum mencurinya, tapi tidak perlu merumitkan hal itu.

Reinhard menyipitkan matanya pada respon Subaru, kemudian dengan tenang berpikir selama beberapa saat sebelum menjawab.

“Sayangnya, aku belum pernah melihat orang seperti itu. Jika kau mau, aku tidak keberatan membantumu menemukannya.”

“Aku tidak bisa meminta lebih banyak darimu. Tidak apa-apa, aku akan memikirkannya sendiri.” Subaru mengangkat tangannya untuk menolak permintaan Reinhard, dan kemudian berbalik untuk keluar dari gang dan berjalan ke jalan utama. Mungkin dia akan bertemu Bukan-Satella lagi, seperti yang dia lakukan di alur ketiga.

Jika bisa, mungkin lebih baik menangkap Felt dan menjaganya agar lencana itu tidak tercuri. Mempertimbangkan apa yang akan terjadi sebaliknya, Subaru berpikir itu mungkin adalah jalan terbaik untuk diambil.

“Masalahnya adalah, mengingat keceapatan Felt, apakah aku benar-benar bisa menangkapnya atau tidak. Dalam kasus terburuk, aku bisa membawa beberapa penjaga untuk datang ke gudang jarahan, tapi...”

"Gudang jarahan?"

“Oh, jangan pikirkan tentang itu. Lupakan perkataanku. Itu hanya nama tempat seorang pria tua yang aku kenal suka nongkrong.”

Saat Reinhard bereaksi terhadap pernyataannya, Subaru mencoba mengalihkan perhatiannya dan pada saat yang sama menolak pendapat untuk melibatkan penjaga. Bahkan jika Subaru membawa penjaga, dengan Elsa sebagai lawannya ada peluang bagus jika itu hanya akan menghasilkan lebih banyak korban. Itulah betapa hebatnya kemampuan pembunuh itu.

"Yah, jika semua penjaga di sini adalah manusia super juga, mungkin akan ada cerita yang berbeda... Bagaimanapun, kupiikir aku harus kembali ke jalan utama."

"Apa kau akan pergi?"

"Ya. Sekali lagi terima kasih, Reinhard. Aku akan membalasnya suatu hari nanti. ...Bisakah aku bertemu denganmu lagi jika aku pergi ke pos penjaga atau semacamnya?”

"Aku pikir begitu. Jika kau memberitahu namaku, mereka akan tahu di mana tempat untuk menemukanku. Aku ingin bertemu lagi denganmu, jadi datanglah apapun alasannya.”

“Sudahkah aku benar-benar melakukan sesuatu, atau mengatakan sesuatu yang menaikkan skor hubungan kami sebanyak itu? ...Bagaimanapun, jika aku ada masalah atau tersesat lagi, aku pasti akan datang,” kata Subaru bercanda, melambaikan tangannya untuk selamat tinggal.

"Hati-hati," kata Reinhard, keren dan gagah seperti biasanya.

Terdorong dengan kata-kata itu, Subaru bisa keluar dari gang itu tanpa terluka, sementara itu tidak ada yang menyadari pemuda dengan mata biru itu menatap tajam ke arahnya saat dia melihatnya pergi.

4

Saat ini Subaru telah berhasil kembali ke jalan utama dengan selamat, dia berusaha sebaik mungkin untuk mencari Bukan-Satella. Namun, yang bisa dia lakukan hanyalah membuka matanya lebar-lebar dan melihat kerumunan yang lewat. Menggunakan ingatannya dari alur ketiga, Subaru berdiri di dekat toko buah yang dia kenal.

Wajah pemilik toko dengan bekas luka yang bisa dilihat Subaru dari sudut matanya terlihat sangat tidak ramah.

"Pertemuan kita kali ini bukanlah yang terbaik... Tapi, aku tahu bahwa kau benar-benar pria yang sangat baik!" kata Subaru, memberi pemilik toko yang terlihat jahat itu dengan jempol, yang mana pemilik toko itu memalingkan wajahnya, karena kesal.

Subaru menurunkan jempolnya dengan perasaan tidak disenangi, lalu kembali melihat ke jalan. Seperti biasa, ada banyak orang yang lewat, dengan berbagai bentuk, ukuran, dan jenis.

Sudah lebih dari sepuluh menit sejak Subaru memulai pencariannya, dan sudah hampir satu jam sejak dia memulai alur keempatnya.

"Aku tidak begitu yakin dengan perkiraan waktuku, tapi bukankah aneh jika pencurian itu belum terjadi..." kata Subaru, ketika sebuah pikiran cemas terlintas di pikirannya.

"Hei, pak tua."

"Apa, Tuan Miskin?"

Saat pemilik toko keluar ke depan tokonya dan melihat Subaru, dia sudah menyerah untuk mencoba menyembunyikan betapa kesalnya dia.

“Yah, memang benar kalau aku miskin, dan aku tidak akan menyangkalnya, tapi... Pak Tua, aku punya sesuatu yang ingin aku tanyakan. Apa kau pernah melihat keributan yang terjadi di sekitar sini akhir-akhir ini?"

"Berani juga kau bertanya padaku tanpa membeli apa-apa."

"Yah aku tahu itu, tapi terakhir kali... Tunggu..."

Ketika Subaru berbicara, dia menyadari kenapa suasana hati pemilik toko itu buruk. Pertama kali, ketika Subaru dan Bukan-Satella mengunjungi toko buah bersama, mereka bertemu lagi dengan... putri pemilik toko. Dia belum diselamatkan kali ini.

“Bagaimana aku bisa melupakannya?! Jangan bilang kalau aku harus pergi mencarinya dulu?”

"Apa yang kau bicarakan? Oh, baiklah. Terserah. Dengar. "keributan" yang kau bicarakan itu tidak ada di sekitar sini."

"Aku senang kau menjawab pertanyaanku, tapi apa kau serius?!"

Sekarang kalau Subaru memikirkannya, gudang jarahan penuh dengan barang-barang yang dicuri dari seluruh ibukota. Jika pencurian banyak terjadi, berbicara mengenai tingkat keamanan di ibukota.

"Apa ini berarti aku benar-benar kehabisan pilihan...?"

“Namun, keributan yang paling baru bukanlah hal biasa. Seseorang menggunakan sihir dan menembakkan dua atau tiga ledakan. Coba lihat."

Pemilik toko berbalik dan menunjuk sebuah toko yang berjarak sekitar empat tempat ke kiri. Ketika Subaru mengikutinya, dia melihat bahwa tepat di samping toko itu ada gang, dan ada beberapa lubang yang berasal dari dinding menuju ke dalamnya.

"Oh, wow."

“Ada beberapa benda berbentuk es yang digunakan seperti panah, dan salah satunya melubangi tembok itu. Lalu segera menghilang.”

Masing-masing dari empat lubang itu sedikit lebih besar dari keempat esnya. Karena mampu membuat lubang seperti itu di dinding batu, Subaru menggigil memikirkan apa yang mungkin terjadi jika mengenai seseorang.

"Ukuran sihir ini sepertinya agak berbeda sejak pertama kali aku melihatnya... Aku ingin tahu apakah kali ini Bukan-Satella agak lebih kesal dari biasanya..."

Jika Subaru mendekatinya tanpa berpikir, dia mungkin yang akan terkena sihir itu. Subaru merasakan keringat dingin di alisnya.

"Tapi kalau begitu, aku juga terlambat kali ini."

Jika pencurian sudah terjadi, akan sulit bagi Subaru untuk bertemu dengan Bukan-Satella. Dengan kata lain, yang harus dia lakukan untuk saat ini adalah...

“Aku harus mencoba menemui Felt. Jika mungkin, aku harus mencoba mengejarnya sebelum dia memasuki gudang jarahan, kemudian menukar ponselku dengan lencana, tapi...”

Mengingat dia sudah terbunuh dua kali di tempat itu, Subaru ingin menghindari gudang jarahan sebisa mungkin.

“Jika aku terlambat, akan terjadi seperti di alur pertama. Namun, jika aku pergi dan bertemu Rom lalu menunggu Felt, aku akan mengulang apa yang terjadi di alur kedua...”

Yang terpenting adalah lokasi Felt. Saat ini, mungkin Felt dikejar Bukan-Satella di ibukota. Jika bisa, Subaru ingin bertemu dengannya sebelum dia tiba di gudang jarahan.

"Mungkin aku bisa mengandalkan Bangkit dari Kematian dan menggunakan waktu ini untuk mengumpulkan informasi...?"

Di saat hal itu sepertinya pilihan terbaik, Subaru menggelengkan kepalanya dan dengan cepat menolaknya. Ini adalah sesuatu yang dia sadari setelah mengalami tiga kali kematian, tetapi setiap hal itu terasa sangat menyakitkan. Dia tidak ingin mengalami hal seperti itu lagi.

Subaru ingin mengandalkan kekuatan Bangkit dari Kematian ketika dia tidak tahu bagaimana atau kenapa itu bekerja. Katakanlah Subaru memutuskan untuk membuang alur keempat ini dengan melihat hal-hal yang bisa terungkap sehingga dia bisa mengulanginya. Bagaimana jika ketika dia melakukannya, Bangkit dari Kematian tidak aktif karena dia kehabisan batas penggunaannya? Tidak ada yang akan tertawa pada saat itu.

“Pada akhirnya, aku benar-benar harus bertahan hidup selama yang aku bisa. Yah, aku kira itu tidak perlu dikatakan lagi.”

Setelah membuat keputusan, Subaru memutar tubuhnya untuk meregangkan tubuh. Pemilik toko sepertinya tidak terlalu senang karena Subaru melakukan peregangan di depan tokonya, tetapi ketika Subaru selesai dan sedang berjalan dia melambaikan tangan padanya.

"Aku tidak tahu kenapa kau tiba-tiba memutuskan untuk membantuku, tapi terima kasih, pak tua."

“Bukan masalah besar. Beberapa saat yang lalu, orang miskin lain sepertimu membantu gadis kecilku, tahu.”

Saat dia mendengarkan jawaban pemilik toko, Subaru terkejut kemudian tertawa kencang. Oh, kekuatan takdir. Tidak peduli seberapa bermasalahnya gadis kecil pemilik toko ini, seseorang akan menyelamatkannya. Dengan mengetahuinya membuat Subaru merasa bahwa dia sangat berharga karena datang ke sini.

"Baiklah! Aku benar-benar akan pergi sekarang. Lain kali aku akan membeli salah satu abble-mu!”

“Yah, jika kau melakukannya kau akan menjadi pelanggan, dan aku akan menyambutmu. Berjuanglah, Tuan Miskin,” kata pemilik toko dengan nada monoton.

“Pasti. Aku benar-benar berdoa agar ketika aku ke sini lagi akan ada uang di tanganku,” kata Subaru ketika dia pergi berlari.

Tujuan Subaru adalah daerah kumuh, tetapi kali ini, dengan arah yang berbeda dari gudang jarahan. Jika dia menuju ke gudang jarahan, dia yakin akan menaikkan beberapa bendera buruk, jadi kali ini dia akan mencoba melalui rute yang berbeda.

5

“Kau mencari tempat tinggal Felt? Jika kau mengikuti jalan itu sampai berubah menjadi jalan lain, kau seharusnya bisa menemukannya.”

"Terima kasih, kau benar-benar membantuku, kawan."

“Tak masalah, kawan. Kau uh... hiduplah dengan tegar dan kuatkanlah dirimu, oke?”

Pria paruh baya yang berbicara dengan Subaru tersenyum lemah saat dia menghilang di balik pintu yang berderit. Sepanjang percakapan mereka, ekspresi kasihan di wajah pria itu tidak pernah hilang dari senyuman canggungnya.

Subaru mengepalkan tangannya, senang karena rencananya berhasil.

“Itu adalah strategi yang terbentuk setelah pengalamanku di alur pertama dan kedua di daerah kumuh, tapi... aku tidak pernah menyangka hal ini akan berhasil dengan baik," kata Subaru, sambil menggoyangkan lengan baju olahraganya, yang terlapisi lumpur kering.

Untuk mempermudahnya melacak Felt, rencana brilian yang dia pikirkan setelah sampai di daerah kumuh adalah membuat dirinya terlihat putus asa dan melarat sebisa mungkin.

Saat alur pertama, ketika Subaru mengunjungi daerah kumuh dengan Bukan-Satella, Subaru belum lama sebelumnya dipukuli oleh Bodoh, Lebih Bodoh, dan Terbodoh. Karena itu, banyak penduduk daerah kumuh yang mengasihaninya dan cukup kooperatif. Namun, di alur kedua, ketika Subaru tidak terlalu terluka, orang-orang memberinya respon yang relatif dingin. Perbedaannya seperti malam dan siang. Jadi mengingat itu, Subaru membuat dirinya terlihat begitu buruk sehingga dia mengambil risiko yang berlebihan.

“Yah, aku telah menginjak kotoran hewan yang tidak aku tahu. Ngomong-ngomong, kupikir aku sudah berada di tempat tinggal Felt, tapi...masalahnya adalah apakah dia akan kembali ke sini atau tidak sebelum dia pergi ke gudang jarahan.”

Untungnya, dari empat orang yang dapat dia tanyakan, semua jawaban mereka tentang lokasi tempat tinggal Felt sama. Namun, Subaru memikirkan kemungkinan dia datang kembali ke sini sekitar 50-50. Ada juga kemungkinan dia tidak ingin mengambil risiko karena tempatnya diketahui saat dia dikejar.

“Yah, duduk-duduk dan khawatir tentang itu tidak akan membantu sama sekali, jadi ayo kita berhenti khawatir. Oke!"

Tidak ada gunanya mengkhawatirkan hal-hal yang tak pasti. Di sinilah keteguhan Subaru bersinar.

Saat dia membersihkan lumpur yang melapisi pakaiannya, Subaru berlari lebih jauh ke dalam daerah kumuh. Gelap seperti dulu dan ada genangan di sana-sini yang harus Subaru lompati untuk menghindarinya. Tapi ketika dia melakukannya, dia hampir menabrak seseorang yang tiba-tiba muncul.

Subaru bisa berhenti tepat waktu dan menabrakkan punggungnya ke dinding gang, Berdengus saat dia kehabisan nafas.

“Oh, maaf soal itu. Apa kau baik-baik saja?"

"Jangan khawatir. Jangan khawatir Aku benar-benar tidak...ow...?!

Ketika dia mencoba memainkan peran yang sulit, Subaru mendongak dan saat dia menyadari siapa yang dia lihat, kalimatnya memburuk dan berakhir dengan jeritan bernada tinggi.

Setelah mendengar suara Subaru seperti itu, wanita berambut hitam itu tertawa pelan.

“Sungguh pria yang lucu. Apa kau yakin kau baik-baik saja?” katanya, sambil mengangkat rambutnya ke belakang telinganya.

Bahkan gerakan sederhana itu entah kenapa terlihat seksi, dan Subaru menguatkan kembali keyakinan di dalam dirinya bahwa setiap gerakan yang dibuat wanita ini sangat erotis.

Dia pasti seseorang yang tidak ingin ditemui Subaru lagi.

Dia adalah wanita yang telah merobek perutnya dan menumpahkan isi perutnya — dua kali. Itu Elsa.

“Kau tidak perlu takut. Aku tidak akan melakukan apapun padamu.”

“A-aku tidak takut, oke? K-kenapa kau berpikir begitu...?”

"Kau busuk..." jawab Elsa, melihat upaya kosong Subaru yang sebelumnya tampak sulit saat dia dengan perlahan menyipitkan matanya sebagai bagian dari senyuman yang indah.

"Busuk?" pikir Subaru, bingung. Tapi Elsa hanya menarik napas melalui hidung indahnya.

“Ketika orang takut, mereka mencium ketakutan. Saat ini kau takut...dan juga marah, sepertinya...padaku.”

Elsa sepertinya sangat senang mengungkapkan apa yang sedang dipikirkan Subaru, ketika dia melihatnya. Subaru menjawabnya dengan diam dan senyum palsu, mengambil nafas dalam-dalam dan melakukan hal terbaik untuk mengendalikan detak jantungnya.

Saat Subaru diam, Elsa menyipitkan matanya seperti ular. Di saat Subaru merasa tertekan oleh tatapannya, setidaknya dia tidaklah selemah itu untuk berpaling.

Elsa menjilat bibirnya sebagai respon terhadap kegigihan ekspresi kosong Subaru.

“... Aku tidak menyangkal kalau aku penasaran, tapi tak apa. Aku tak bisa mengambil resiko membuat keributan sekarang.”

“I-itu tidak terdengar bagus. Jika kau menakut-nakuti orang terlalu banyak kecantikanmu akan sia-sia, kau tahu?”

“Yah, tidakkah kau memiliki cara lain dalam berkata-kata. ...Jika kau bisa menyembunyikan permusuhan denganku, aku mungkin terkesan.”

Elsa menarik jarinya lalu dengan lembut menyentuh dahinya, dan tubuh beku Subaru mulai tenang. Saat Subaru tersentak dan menarik nafas kuat, mencoba untuk memperbaiki nafasnya, Elsa meletakkan jarinya ke bibirnya.

“Yah, aku akan pergi sekarang. Aku merasa kita akan bertemu lagi.”

"Jika pertemuan kita berikutnya ada di tempat yang cerah dengan banyak orang aku akan bisa lebih santai," kata Subaru sinis, tapi hanya itu yang bisa dia lakukan.

Elsa tersenyum dengan penuh rindu seolah-olah dia tidak ingin meninggalkan Subaru, tapi dia berbalik, dengan jubah hitamnya yang berkibar saat dia menghilang ke kegelapan.

Setelah Subaru melihat Elsa menghilang dari pandangan, dia bersandar ke dinding, merasa seperti berlari sejauh satu mil.

“Aku…aku pasti tidak berharap bertemu dengannya lagi. Kurasa dia hanya berkeliaran di sekitar area ini sebelum dia pergi ke gudang ajrahan...?”

Saat pertemuan tak terduga dengan bos terakhir, Subaru merasa seolah-olah nyawanya akan hancur. Dalam persiapan mental, bertemu Elsa memiliki lebih banyak efek padanya daripada bertemu Bukan-Satella. Subaru berdoa agar ini menjadi terakhir kalinya dia melihat Elsa.

"Aku pikir tempat Felt berada jauh di depan, tapi...Elsa tidak bisa menemukan Felt dan sudah mendatangkan malapetaka, mungkinkah dia...?"

Dia adalah seorang psiko gila yang mendapat kesenangan dari merobek perut seseorang. Itu tidak mustahil jika dia akan membantai dua atau tiga orang hanya untuk menghabiskan waktu. Ditambah lagi, ini adalah bagian terdalam dari daerah kumuh, Subaru memiliki firasat buruk tentang apa yang mungkin dia temukan.

“I-itu mungkin bukan apa-apa. Aku tidak melihat atau mencium bau darah.…Kupikir."

Mengingat bau sampah busuk yang memenuhi gang itu membuatnya tidak bisa membedakan bau darah, dan itu sangat gelap sehingga Subaru tidak yakin dia dapat melihat jejak darah jika ada. Tapi itu mungkin tidak ada. Tentunya begitu. Jadi setidaknya itulah harapan Subaru.

Sekitar lima menit setelah pertemuannya dengan Satella, Subaru mencapai gubuk usang.

“Dengan informasi yang aku dapat, aku pikir ini tempatnya, tapi... apakah ini dapat dihitung sebagai tempat tinggal?” kata Subaru, kebingungan saat dia berdiri di depan papan kayu yang berfungsi sebagai pintu masuk ke gubuk.

Bagian dalam gubuk itu seukuran dua toilet portabel, yang sejenis dengan yang digunakan di lokasi konstruksi. Seolah-olah seseorang menggunakan kalimat, "Kau hanya perlu setengah tikar tatami untuk berdiri, dan satu lagi untuk tidur," dengan segenap hatinya.

"Yah, kupikir jika itu hanya tempat untuk tidur, tempat ini cocok dengan deskripsi itu..."

Namun, berpikir kalau gadis kecil sepertinya tinggal di tempat seperti ini membuat Subaru merasa kasihan padanya. Dia pikir dia bisa memaafkannya jika dirinya terobsesi dengan uang.

“Jadi dia menjalani hidupnya di sini, meringkukkan tubuh kecilnya menjadi ruang yang lebih kecil. Kupikir tidak mengherankan dirinya menjadi seperti itu. Ah... Betapa menyedihkan, betapa menyedihkannya dia. ”

"Oh ayolah! Tidak seburuk itu. Siapa yang kau pikirkan, bocah, meremehkan tempatku?"

Tepat saat Subaru memasuki mode kasihannya, dia mendengar suara di belakangnya dan berbalik.

Di depannya, marah padanya, adalah sosok kecil berambut pirang...Felt.

Cara dia melihatnya tidak terlalu berbeda dari alur lain di mana mereka bertemu. Kalaupun ada, dia hanya terlihat sedikit lebih kotor dari sebelumnya, tapi sepertinya itu adalah hasil dari pelariannya yang menjadi sedikit lebih kasar daripada yang terakhir kali.

“Kau kenapa, menatapku seperti itu dengan mata yang mengasihani itu?! Kau meremehkanku hanya karena aku seorang gadis dan sedikit kotor?”

"Aku pikir kau membaca emosi yang salah, tapi...aku senang aku dapat menemukanmu."

Di saat Felt yang bahkan tidak mencoba menyembunyikan betapa kesalnya dia, Subaru tanpa sadar mengendurkan bahunya dalam perasaan lega. Subaru benar-benar senang bertemu dengannya lagi. Dia khawatir tentang apa yang mungkin terjadi setelah kejadian hampir mati dengan Elsa, tetapi pada akhirnya, sesuatu tampaknya terlihat lebih baik, daripada terburuk.

Menanggapi apa yang Subaru katakan, Felt menjawab, “Oh, jadi kau pelanggan.” Dia menghembuskan nafas melalui hidungnya, merasa senang.

“Fakta bahwa kau datang ke sini berarti kau punya urusan denganku, kan? Dari penampilanmu, sudah jelas kalau kau bukan berasal dari sekitar sini.”

“Oh. Kau cepat sekali tahu kalau aku bukan dari sekitar sini. Kau memiliki mata yang tajam."

“Orang-orang di sekitar sini setidaknya akan sedikit peduli dengan penampilan mereka. Kau menggunakan cara itu terlalu keras. Di tambah, caramu mencoba membodohi kami dengan tipuan kotormu itu, kau terlihat lebih buruk daripada aku.”

Seperti biasa, gadis ini benar-benar tahu bagaimana menghina, bukan? pikir Subaru, dengan cepat ingin menarik kembali semua perkataan tentang mengasihani dirinya.

"Jadi, apa yang kau mau? Jika kau mau sesuatu dicuri, aku mau uangnya dulu. Tergantung siapa targetnya, aku mungkin akan memintanya lebih besar nanti.”

“ 'Jika aku mau sesuatu dicuri,' huh... Inilah bisnis yang kau jalankan. Apa kau benar-benar bangga dengan pencurianmu?”

“Inilah yang disebut mencari nafkah. Jika aku tak melakukannya, aku harus menjual tubuhku. Bagaimanapun, apa selanjutnya? Atau kau memiliki urusan lain denganku? Tergantung pada jawabanmu…” kata Felt, yang dengan cepat menggerakkan jari-jarinya seakan memamerkan ketangkasannya.

Di tangannya ada pisau kecil yang tiba-tiba muncul seolah ditarik menggunakan sihir. Sudah jelas bahwa dia bermaksud untuk menunjukkan kalau dia bisa membela diri.

Jika Subaru harus melawan Felt, mengingat kecepatannya dan fakta bahwa dia punya pisau, dia tidak punya peluang untuk menang. Tapi Subaru tidak punya niat bertarung.

Dia mengangkat jari telunjuknya dan mengoyangkannya sambil mendecikkan lidah, karena Felt terus waspada.

“Aku hanya memiliki satu urusan untuk dibicarakan denganmu. Aku ingin membeli lencana yang kau curi itu.”

6

Setelah sampai sejauh ini, Subaru pikir kalau berbasa-basi atau mencoba menghindari topik hanya akan memperburuk kesan Felt terhadapnya. Ada juga fakta bahwa Elsa masih berkeliaran di sekitar daerah ini, jadi Subaru ingin langsung terjun ke negosiasi.

Namun, Felt meletakkan tangan di dadanya, yang mana kemungkinan besar dia menaruh lencananya di sana.

“Bagaimana kau tahu kalau aku mencuri lencana? Satu-satunya orang yang seharusnya tahu adalah orang yang mempekerjakanku, dan aku baru mencurinya beberapa saat yang lalu. Ini respon yang terlalu cepat untukmu jika mendengarnya di jalan.”

“Ketika kau mengatakannya seperti itu...Ya? Itu poin yang bagus. Itu terlalu ceroboh, bahkan untukku, kan?”

“...Kau benar-benar harus bekerja dengan lebih baik untuk menyembunyikan niatmu. Sedikit ejekan seperti itu dan kau sudah membocorkan semuanya? ”

Saat Subaru memegangi kepalanya karena kesalahannya, Felt terlihat seolah-olah dia telah berhenti untuk mempertahankan permusuhannya.

Felt berlutut sehingga dia sejajar dengan Subaru.

“Jadi kau ingin membeli lencana ini dariku, ya? Apa yang mau kau lakukan? Kau bukan berada di pihak yang sama dengan wanita itu, kan? Apakah dia lawanmu atau semacamnya?”

“Lebih seperti musuh utamaku, mungkin? Seperti bagaimana perasaanmu jika dia membunuh orang tuamu. Atau lebih tepatnya, jika dia membunuhmu."

"Apa yang kau bicarakan? Yah, terserahlah, aku tidak terlalu peduli.”

Saat Subaru mencoba memjawab pertanyaannya dengan seperti itu, Felt hanya tertawa. Dia kemudian mengambil lencana berhias naga keluar dari saku dadanya dan memperlihatkannya di depan Subaru.

“Aku akan menjual ini kepada orang yang dapat membelinya dengan harga termahal. Bahkan walaupun ada kemungkinan wanita itu akan marah jika aku melanggar kesepakatan kami.”

"Ya, pasti ada kemungkinan dia akan kesal, tapi...Pokoknya, aku yang akan menanganinya, kau dapat menyerahkannya padaku."

Subaru berdeham, dan memasang wajah serius.

"Jadi ini artinya kau akan mendengarkanku?"

“Hanya jika sepertinya ada uang untukku. Itu sudah jelas, kan?”

"Terdengar bagus. ...Aku sudah menyiapkan barang yang bernilai lebih dari dua puluh koin emas suci, dan aku ingin membeli lencanamu dengan itu.”

Telinganya melebar, dan mata merahnya menyipit seperti kucing. Sepertinya dia mencoba untuk tetap tenang, tetapi jika dia memiliki ekor, ekornya itu akan bergoyang kanan-kiri, sehingga Subaru tidak bisa menahan senyumnya.

“Huh, aku mengerti. Itu harga yang bagus. Sepertinya kerja kerasku akhirnya akan terbayar. ... Tapi sayangnya, sainganmu telah menawarkanku jumlah yang sama, tahu? ”

“Hentikan omong kosong itu! Kesepakatannya sepuluh koin emas suci, kan? Jika kau terlalu serakah maka kau akan mati! Tidak, ini, serius."

Sebenarnya, sudah sangat jelas kenapa dia mati di alur pertama. Penyebabnya: keserakahan.

Karena Subaru berkata seperti itu, Felt seharusnya berpikir bahwa dia tidak bisa bermain lagi. Setelah menatapnya dengan matanya yang lebar selama beberapa saat, Felt dengan ringan menggaruk kepalanya.

“Apa, kau tahu itu juga? …Ya, oke? Kesepakatannya sepuluh koin emas suci. Tapi kau tahu, jika aku diberitahu bahwa orang yang mempekerjakanku akan membuat penawaran lain, dia mungkin akan membelinya dengan harga yang lebih besar, bukan?”

"Itu bukanlah bohong, kau tahu?" Felt, gadis berusia tiga belas atau empat belas tahun itu, menambahkan, tersenyum licik.

“Kau benar-benar licik, bukan? Aku ingin berkata menyerah saja dan terima kesepakatanku, tapi kupikir kau tidak mau mendengarkanku, ya?”

"Tentu saja tidak! Ditambah, aku tidak yakin bisa mempercayaimu. Telingaku tidak mungkin kelewatan satupun perkataanmu. Kau tidak berkata kalau kau membawa dua puluh koin emas suci, tetapi hanya sesuatu yang setara. Bukankah ini sedikit tidak adil, karena aku tidak tahu apa-apa mengenai dirimu, tetapi kau tahu semua tentangku?”

"Kupikir itu lebih dari sekedar seberapa banyak kau mempersiapkan hal-hal penting dalam negosiasi ...tetapi memang benar jika tidak menunjukkan ini kepadamu terlebih dahulu, kita tidak akan bisa seperti ini."

Subaru ingin menghindari Felt agar tidak berbicara terlau banyak dan membuang-buang waktu, jadi dia mengambil barang kuncinya, ponselnya, dari saku dadanya. Setelah melihat perangkat kecil, Felt sedikit mengangkat alisnya, tapi hanya seperti itu.

Seperti biasa, dia tidak menanggapi apa pun kecuali jika itu akan menuntunnya ke uang.

“Dua puluh koin emas suci untuk benda ini? Bagiku itu terlihat seperti cermin tangan... ”

“Ini adalah salah satu mitia yang sangat populer. Ini bisa memotong waktu dan membekukannya, menyimpannya.”

Subaru menyalakan mode pemotretan berulang. Suara mekanis dan cahaya keluar beberapa kali. Cahaya terang menerangi gang dan menghujani Felt dengan cahaya itu.

"Whoah!" katanya, dalam ekspresi kekanak-kanakannya yang langka saat dia bereaksi.

Felt terlihat seolah-olah dia akan mengeluh, tapi Subaru dengan cepat menunjukkan layar ponsel kepadanya.

“Inilah adalah kekuatan mitianya. Dengan menggunakannya kau dapat meninggalkan gambar yang jelas. Hal lainnya adalah bahwa ini adalah barang yang sangat langka. Hanya ada satu yang seperti ini di seluruh dunia. Bagaimana?"

Subaru sudah terbiasa untuk menjelaskan fungsi ponsel ini, dan saat dia selesai, Felt berjalan, "Hmm..." dan melihat ponsel di tangan Subaru dengan cermat, sebelum mengangguk setuju.

“...Sepertinya kau tidak berbohong. Tapi ini aku? Kau berkata gambar yang jelas, tapi kupikir aku lebih baik daripada ini.”

“Jika kau tidak berada di lingkungan yang mengerikan dan makan dengan lebih baik, dan—mungkin bekerja pada apa yang mungkin kau anggap sebagai bisnis yang cerdik— jika kau dapat pergi dari kelicikan dan kecuranganmu, aku dapat mengatakan ada harapan untukmu! Masalahnya hanyalah dari bagaimana kau berpakaian.”

“Jika kita berbicara mengenai pemilihan kata-kata yang tepat untuk dikatakan, kau tidak memiliki bakat dalam mempertahankan pembicaraan, bukan? Ya ampun."

Meskipun Subaru mungkin sedikit jengkel pada pernyataan terakhir itu, secara keseluruhan semuanya berjalan baik. Namun, salah satu poin kuat dari orang-orang yang tinggal di daerah kumuh adalah mereka tidak pernah mudah menyetujui apa pun.

“Aku percaya kalau benda yang kau miliki ini langka, tapi aku masih tidak yakin ketika kau mengatakan itu berharga dua puluh koin emas suci. Aku bukanlah orang bodoh yang akan langsung percaya dengan perkataanmu.”

“Yah...itulah yang diharapkan. Secara pribadi aku tidak keberatan kalau kau punya otak yang encer, tetapi kau benar. Kita membutuhkan pendapat pihak ketiga."

Akan sangat bagus jika Subaru bisa mendorong negosiasi ke arah itu, tetapi dia pikir itu tidak berhasil. Masalahnya adalah siapa yang harus digunakan sebagai pihak ketiga...

“Jauh di daerah kumuh, ada tempat yang disebut gudang jarahan. Itu persis seperti namanya, tapi kupikir cara tercepat adalah bertanya pada lelaki tua aneh yang ada di sana. Dia sangat adil dalam masalah penilaian. Dia sangat berpengalaman, jadi kupikir dia tidak mungkin bermasalah, bahkan dengan mitia ini. ”

"Kupikir inilah yang akan terjadi..."

Subaru berpikir pasti Felt akan menyarankan Rom. Itu juga merupakan titik pertemuannya dengan Elsa, serta tempat di mana dia memiliki perlindungan jika tujuannya melenceng.

Mengingat bahwa mata penilaian sangat diperlukan untuk kartu mitia Subaru, memang tidak ada pilihan lain. Namun, Subaru benar-benar ingin menyelesaikan semuanya sebelum mereka berakhir di gudang jarahan.

"Aku tidak keberatan jika menyuruh pak tua itu menilainya, tapi..."

“Apakah kau benar-benar akan memanggilnya 'pak tua' walaupun belum pernah bertemu dengannya? Kau mungkin akan menyesalinya, kau tahu? Dia cukup kasar terhadap orang-orang yang tidak tahu cara menunjukkan rasa hormat.”

"Meskipun begitu, dia tampaknya sangat sayang pada seorang gadis muda bermulut kotor, selalu memberikan susunya dan sebagainya..."

Subaru memikirkan pria tua botak yang selalu melihat Felt dengan mata tenang. Dari sudut pandang Rom, itu pasti seperti merawat seorang cucu perempuan. Tapi Subaru tidak masalah dengannya; yang jadi masalah adalah tempatnya.

“Aku tidak tahu masalah apa yang kau miliki, tetapi jika kau terburu-buru, kita harus cepat dan pergi ke gudang jarahan. Sejujurnya, ada hal lain yang sedang aku rencanakan, tapi...”

"Rencana lain?"

“Yah kau tahu, pemilik lencana ini jauh lebih gigih dari yang aku pikirkan, jadi kupikir aku akan sedikit menyabotasenya. Lagipula, kalau kau memberi orang di daerah ini sedikit uang, mereka akan melakukan apa pun untukmu."

“Baiklah, ayo pergi, segera. Sekarang juga. Cepat cepat!"

Subaru mendorong punggung Felt saat dia mulai berjalan dan bergegas membawanya menuju gudang jarahan.

"Apa-apaan sih?" keluh Felt, menggembungkan pipinya, tetapi Subaru bangga pada dirinya karena dapat menghindari korban sebanyak mungkin.

Sedikit uang adalah harga yang sangat kecil untuk diberikan bagi siapapun agar menghalangi Bukan-Satella saat dia sedang terburu-buru. Jika akibatnya adalah diserang dengan balok es dan menggeliat di tanah, Subara yakin mereka lebih suka mencengkeram perut lapar mereka sebagai gantinya.

"Satu-satunya syaratku adalah kita menyuruh pria tua itu menilai, menyelesaikan kesepakatan dengan cepat, kemudian langsung keluar dari sana."

“Kenapa kau terburu-buru sekali? Kau sangat berkeringat, tahu. Hiduplah dengan tegar dan kuatkanlah dirimu.”

“Semua orang sepertinya mengatakan itu, tapi apa itu semacam slogan dari daerah kumuh?!”

Subaru berpikir mereka harus mengubahnya dari "hidup tegar" menjadi "hidup kasar."

Ketika Subaru berpikir seperti itu, dia berjalan bersama Felt ke gudang jarahan untuk ketiga kalinya dalam total empat kali pengulangannya.

Dia akan langsung pergi. Dia akan berlari keluar, bahkan jika dia harus meninggalkan semua orang. Setelah membuat keputusan itu, Subaru mendorong punggung Felt yang ada depannya lebih keras.

"Itu sakit!"

"Ow!!" kata Subaru saat dia ditendang.

7

Setelah bertemu Felt di gubuknya, Subaru dan Felt berjalan di daerah kumuh menuju gudang jarahan.

Jarak antar bangunan yang sempit, membuat sinar matahari sulit untuk menembus gang yang berbelok-belok ini. Kegelapan tambahan yang berasal bayangan bangunan membuat daerah kumuh tampak semakin suram.

"..."

Subaru bisa merasakan kelembapan di bawah kakinya. Terdapat pecahan dari botol minuman beralkohol dan potongan-potongan kertas di seluruh jalan, dan mulai sekarang dan seterusnya ada bau busuk yang kuat yang menusuk bagian dalam hidungnya.

Entah itu dengan Felt atau Bukan-Satella, ini bukanlah tempat yang bisa dijelajahi bersama seorang gadis muda.

"Saat ini lebih baik kita berpegangan tangan di tempat yang lebih indah dan berwarna-warni ini."

“Hentikan perkataan menjijikkan itu. Jangan bilang kau menyukai gadis kecil.”

“Aku lebih suka wanita yang lebih tua. Kau tidak perlu terlalu waspada, ayo ke sini.”

Mungkin karena Felt merasakan bahaya dari perkataan Subaru, dia mulai menjauh, tetapi Subaru memanggilnya kembali. Dengan enggan, Felt mulai mendekat kembali.

“Ini tidak lucu, oke? Kaulah yang akan rugi jika kesepakatan ini gagal. Jelas?

“Kenapa kau tidak percaya kalau aku berusaha semampuku supaya kucing kecil yang berhati-hati ini lebih santai sehingga kita bisa menjadi teman? Jika kau begitu kesal terhadap sikap ramahku, kenapa kau tidak berhenti berputar-putar dan benar-benar membawaku ke gudang jarahan?”

"…Bagaimana kau…?"

“Bagaimana aku tahu? Oh, ayolah, aku tidak sebodoh itu. Maksudku, aku tidak begitu kenal daerah ini, tetapi aku yakin dengan arah tujuanku. Cara kita berputar-putar di daerah ini, bahkan aku akan mulai curiga,” kata Subaru, menatap Felt, yang terdiam, dan mengangkat bahunya.

Karena perkataan Subaru yang tepat sasaran, Felt hanya bisa berpaling, tapi Subaru sendiri sangat gugup, jantungnya berdetak kencang.

Bagaimanapun, semua yang Subaru katakan sebagian besar hanyalah gertakan. Subaru benar-benar kacau dengan fakta kalau rute Felt tidak sama dengan jalan menuju gudang jarahan menurut pendapatnya, tapi apa yang benar-benar menyebabkannya meragukan Felt adalah fakta bahwa dia telah melihat grafiti yang sama di dinding dua kali, meskipun jaraknya beda, dalam waktu singkat. Namun, pada titik ini, hanya gertakannya yang bisa dia andalkan.

"Aku tahu kalau aku memintamu untuk tidak meragukanku, dan dari sudut pandangmu, apa yang aku tawarkan mungkin terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, jadi aku tidak bisa menyalahkanmu kalau ingin waktu tambahan untuk memeriksaku."

"Kau sudah tahu semuanya, dan kau tidak marah?"

“Yah aku paham kalau itu membuatmu meragukanku, dan aku juga tidak masuk akal. Namun, aku tidak bisa berkompromi dengan waktu. Tolong, antarkan aku langsung ke gudang jarahan. Aku mohon, tolong,” kata Subaru, mengangkat tangannya, sambil memohon.

Felt terkejut, matanya terbuka lebar saat dia agak ragu, tidak yakin bagaimana menjawabnya, tetapi dia kemudian meraih tangannya dan mengibaskan rambut pirangnya.

“Yah sial, aku tidak memahamimu. Aku tidak memahamimu, tapi ...Aku merasa aku harus membayarmu karena tidak marah padaku. Baiklah, aku akan membawamu kesana. Aku akan menyerahkan sisa keraguanku di tangan Rom."

"Aku tidak menyukai sikapmu yang hanya bergantung pada orang lain, tapi...yah...aku, uh... jangan pikirkan."

Tepat ketika Subaru ingin menasehati Felt, dia menyadari apa yang akan dia katakan dan mengehentikan perkataannya.

Apa maksud Felt ketika dia mengatakan dia akan menyerahkan segalanya pada Rom? Rom merawat Felt seperti cucu perempuannya yang lucu, dan dia merasa begitu dalam dengannya sehingga dia siap menyerahkan nyawanya untuknya. Tapi bagaimana perasaan Felt tentang Rom?

Subaru tidak ingin memikirkan pria tua botak, yang tidak ingin dibencinya, yang hanya diperalat olehnya.

Felt menyipitkan matanya saat Subaru tiba-tiba diam, tetapi dia tidak mengungkitnya. Sebaliknya, setelah mengubah keyakinannya terhadap Subaru, dia membawa Subaru langsung ke gudang jarahan, tanpa berputar-putar.

Ketika Subaru berlari dibelakang Felt, dia berpikir lagi mengenai peristiwa yang akan terjadi begitu mereka sampai di tujuan mereka. Sudah keempat kalinya Subaru melakukan ini. Dia ingin berjalan di rute terbaik yang mungkin dia bisa.

Ketika Subaru berjalan, dia tenggelam dalam pikirannya, dia melihat Felt telah berhenti, dan menatapnya.

“Berhenti menunduk kalau berjalan! Kau akan terinfeksi kesuraman di daerah ini, paham?”

“Yah, aku ingin sekali mengangkat kepalaku, tetapi jalanannya tidak sepenuhnya bersih dan berserakan di sekitar kakiku, akan berbahaya jika aku tidak memperhatikannya. ...Apa maksudmu dengan 'terinfeksi kesuraman'?"

“Kau tahu persis apa yang kumaksud. Aku berbicara mengenai sikap semua pecundang yang tinggal di sini."

Felt mengangguk untuk menunjukkan kalau dia berbicara tentang daerah sekitarnya, daerah kumuh. Caranya mengucapkan kata-kata itu menunjukkan nada permusuhan dan kebencian terhadap tempat itu, dan Subaru membuka matanya lebar.

"Pecundang ...? Apa kau tidak pikir itu sedikit kasar?”

“Apa kasarnya? Aku berbicara tentang orang-orang lemah yang tinggal dalam gang ini yang kehilangan keinginan untuk keluar dari sini atau memperbaiki diri. Aku benci pecundang seperti itu.”

Subaru telah menghabiskan banyak waktu untuk berbicara dengan orang-orang yang tinggal di daerah kumuh ini. Bukannya mereka telah terjatuh sejauh ini sehingga tidak ada perkataan yang akan didengar mereka, tetapi seperti yang dikatakan Felt, dia tidak dapat menyangkal kalau mereka sepertinya puas dengan kehidupan di sini, atau lebih tepatnya, mereka terlihat telah menyerah untuk pergi ke tempat lain.

Mudah kalau berkata sikap seperti itu tidak dapat ditolong, tetapi Felt tidak mau menerima jawaban itu. Dalam cahaya redup gang itu, cahaya dari mata merah Felt tidak akan memudar sedikit pun.

“Aku tidak punya niat untuk menjalani kehidupanku di daerah kumuh ini. Jika kesempatan datang, aku akan mempertahankan dan memperolehnya. Hal yang sama berlaku untuk negosiasi ini sekarang.”

"Jadi itu sebabnya, ya..."

Di alur kedua, Felt telah melakukan semua yang dia bisa untuk menemukan kelemahan dan memperoleh hal lebih dari Elsa dan Subaru. Mudah jika menjelaskan bahwa tindakan itu hanyalah keserakahannya, tetapi mengetahui apa yang dia lakukan sekarang, Subaru berpikir dia bisa mengerti kenapa Felt begitu gigih.

Felt ingin meninggalkan daerah kumuh, untuk keluar dari masa kecilnya yang yatim piatu. Akar dari semua aksinya adalah keinginan untuk sesuatu yang lebih.

"Jadi, dengan dua puluh koin emas suci, akankah impianmu itu menjadi kenyataan?"

"...Pasti akan lebih dekat, dan jika aku pergi sendiri mungkin saja sudah cukup, tapi aku tidak tahu," Felt bergumam.

"Jika kau pergi sendiri?"

Telinga tajam Subaru tidak akan membiarkan satu kata pun terlewat, dan dia mengangkat alis dalam meresponnya. Felt menyadari kesalahannya, mendecakkan lidahnya, dan memalingkan wajahnya.

"Bukan apa-apa. Kita tidak begitu dekat walaupun aku membicarakan hal itu ...Kenapa aku sangat cerewet hari ini?” kata Felt, jelas menyesali perkataannya.

"Mungkin kau sedikit melonggar karena tujuanmu sudah terlihat?" jawab Subaru, ketika dia merasa kalau dirinya tersenyum.

Felt berkata jika dia "pergi sendiri," dia mungkin dapat melakukannya. Ini berarti dia punya orang lain di daerah kumuh yang tidak bisa dia tinggalkan. Bagi Felt, yang memiliki rasa permusuhan terhadap orang-orang di daerah kumuh, hanya ada satu orang yang bisa membuatnya merasakan hal itu.

Berpikir tentang siapa itu, Subaru tidak bisa menahan senyumannya.

"Apa masalahmu? Senyummu itu mulai membuatku kaget.”

“Bukan masalah besar. Aku baru sadar kalau aku terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu kukhawatirkan. Tentu saja seperti itu. Tentu saja. Aku tidak tahu kenapa aku sangat khawatir,” kata Subaru, menunjukkan giginya saat dia tersenyum. Semuanya tiba-tiba masuk akal baginya.

Di alur kedua, Felt dan Rom tampaknya memperlakukan satu sama lain seperti keluarga. Keduanya dibunuh oleh Elsa, tetapi bahkan saat mereka sekarat mereka pasti memikirkan satu sama lain.

Ditambah, Felt telah menyelamatkan hidup Subaru sekali di waktu yang sama sebelumnya.

Jika Subaru merasa berhutang budi kepada Bukan-Satella, maka dia harus merasa berhutang budi kepada Felt juga.

“Ayo cepat. Kita sudah kehilangan banyak waktu.”

“Aku masih tidak mengerti kenapa kau—Hei, tunggu. Aku bilang hentikan itu!"

Saat Subaru berjalan melewati Felt, dia meletakkan tangan di atas kepalanya dan mengacak-acak rambut pirangnya. Rambutnya teruntai tipis, dan mungkin tidak pernah disisir, hal yang tidak terasa buruk mengalir melalui jari Subaru. Setelah Felt meninggalkan daerah kumuh suatu hari nanti, dan sedikit berdandan, Subaru berpikir dia mungkin akan bersinar cerah.

Jadi, supaya menempatkan Felt di jalan untuk mencapai impiannya...

“Aku harus membuat ini berhasil, bukan? …Aku satu-satunya yang bisa melakukan ini!”

“Berhentilah mengatakan semua hal aneh iitu dan terobsesi dengan dirimu sendiri! Aku akan menggigitmu!”

Dengan tangan Subaru yang masih berada di kepala Felt meskipun dia memprotesnya, dia diam-diam membulatkan tekadnya.

Dia akan mengubah nasib bukan hanya milik Bukan-Satella, tapi juga Felt dan Rom...semua orang yang telah menggerakkan hatinya.

Itulah kenapa Subaru terus mengulangi hari ini lagi dan lagi.

"Aku bilang, hentikan itu!!" kata Felt, sebelum menggigit Subaru.

8

"Kepada tikus raksasa...?"

“Tempat aku bisa menemukan beberapa dango boraks asam? Yah itu sedikit beracun.”

"Kepada paus putih besar...?"

“Kau tahu, orang pertama yang muncul di pikiranku ketika aku memikirkan kata 'kapten' adalah kapten Ahab yang baik itu. Yakin kalau dia memiliki beberapa kail pancing.”

"...Kepada naga besar terhormat kita...?"

“Karena ini adalah dunia fantasi, aku yakin mereka benar-benar ada, tapi, jika aku bertemu dengan salah satu dari mereka yang dapat aku jamin adalah aku tidak akan bisa melakukan apa-apa. Tapi kau tahu, mereka sangat keren, jadi aku ingin melihatnya, tapi apa-apaan pertentangan itu? Perasaan campur aduk milikku itu bisa dibakar di neraka!”

“Apa kau tidak bisa mengatakan kata sandi tanpa harus menambahkan semua omong kosong itu?! Apa kau bisa lebih menjengkelkan lagi?!”

Pintu ke gudang jarahan terbuka dengan sangat keras sehingga seolah-olah akan terlepas dari engselnya, tetapi Subaru, yang sudah menduganya, telah bergerak mundur dan tidak terkena benturannya. Menggeram dalam kesal, terlalu tinggi untuk pintu masuk, adalah raksasa botak Rom, yang sudah biasa Subaru lihat. Wajahnya merah, tekanan darahnya mungkin naik.

“Jika kau marah seperti itu, kau akan meletuskan pembuluh darah. Bahkan jika kita memiliki obat-obatan modern, aku akan berkata bahwa situasimu kelihatan sangat buruk.”

“Jika menurutmu hal itu sangat buruk, jangan membuatku marah! Siapa kau?! Aku tidak mengizinkan siapa pun datang di hari ini, jadi enyahlah!”

"Uh... Maaf soal itu. Orang ini sebenarnya adalah pelangganku, jadi apa kau dapat membiarkannya masuk?” kata Felt, yang bersembunyi di belakang punggung Subaru dan mengintip dari belakangnya.

Rom dengan perlahan mulai tenang. Saat Felt melihat Rom yang kecewa dan Subaru bersiul, dia mendesah.

“Kau benar-benar memiliki kepribadian yang mengerikan. Bukannya terlalu kejam, itu hanya yang terburuk. Bagaimanapun, kami masuk, Rom.”

Saat Felt menyelinap melewati Rom, yang masih menunduk, dia memasuki gudang jarahan seolah-olah itu adalah tempatnya sendiri.

Rom meminta Felt untuk menjelaskannya lebih lanjut tetapi diabaikan, jadi dia mengalihkan wajah kesalnya ke arah Subaru.

“Dia benar-benar bergerak mengikuti irama drumnya sendiri, ya? Kita, orang normal hanya ditinggalkan dibelakangnya, benar kan?” kata Subaru.

"Aku ingin kembali ke titik awal, di mana aku pertama kali mengajarinya mengenai apa arti kata-kata yang berbeda... Bagaimanapun, masuk ke dalam," jawab Rom, dengan nada seorang pria yang sudah menyerah dan melepaskan tangan dari segalanya, sebelum menundukkan tubuh raksasanya untuk masuk ke gudang jarahan.

Subaru masuk setelah Rom ke dalam udara berdebu di gudang jarahan. Dia melemparkan beberapa tatapan waspada dengan berbagai cara, tapi untungnya tidak ada tanda bahwa Elsa atau Bukan-Satella bersembunyi di suatu tempat.

Felt dengan santai duduk di meja bar, meminum segelas susu seolah-olah itu miliknya.

"Apa? Tinggal ini satu-satunya yang dingin. Aku tidak akan membiarkanmu meminumnya,” katanya.

"Aku tak percaya kau tidak khawatir sedikitpun dengan betapa tak tahu malunya dirimu... Hei, pak tua, aku akan minum alkohol, apa pun yang kau punya. Terima kasih,” kata Subaru.

“Kau yang bicara! Aku tidak akan memberikannya! Kau tidak akan mendapatkan apa-apa, kau dengar?!” teriak Rom saat dia berjalan melewati ruangan dan bergegas ke belakang meja counter, lantai kayu berderit saat dia berjalan, mencoba menyembunyikan apa yang terlihat seperti simpanannya.

Reaksi berlebihan Rom sudah cukup untuk membangkitkan rasa kasihan, dan Subaru hanya berkata, "Aku bercanda," dengan tawa kecil.

“Baiklah, pak tua. Kami sudah membuang banyak waktu, jadi sebelum kami teralihkan, aku ingin langsung ke intinya.”

"Aku rasa kita sudah keluar jauh dari tujuan, tapi ... ada apa?"

“Pada dasarnya, aku ingin kau menilai sesuatu. Aku ingin kau menilai harga pada mitia yang aku miliki ini, dan menjamin nilainya pas untuk Felt.”

Saat Rom menyadari bahwa pembicaraan berbelok ke bisnis, mata abu-abunya menjadi serius. Pak Tua Rom melihat Felt, yang mengangguk membenarkan hal itu, sebelum berbalik untuk melihat Subaru kembali.

Sadar kalau Rom yang diam meminta untuk melihat barang itu, Subaru mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menyerahkannya kepada Rom. Yang pertama kali ditangkap oleh mata Rom adalah tampilan logam telepon itu, dan selagi dia mengeceknya, itu terlihat seperti mainan kecil yang berada di tangan besarnya.

“Jadi ini adalah mitia. Bahkan untuk orang sepertiku, ini pertama kalinya aku melihat benda ini...”

“Aku cukup yakin ini hanya ada satu jenis di seluruh dunia. Juga, itu agak mudah rusak jadi berhati-hatilah. Jika kau melanggarnya aku benar-benar akan bunuh diri, dan aku tak bercanda... tentu saja, artinya aku bisa memulainya dari awal.”

Rom menghabiskan beberapa saat dengan hati-hati melihat tampilan luarnya, tetapi kemudian dengan perlahan membuka lipatan teleponnya. Rom terkejut saat telepon mulai menyala dan mengeluarkan suara, dan dia juga terkejut ketika dia melihat wallpaper ponsel.

"Gambar ini…"

“Kupikir saat yang tepat untuk menunjukkannya. Untuk memperlihatkan kemampuan benda ini, aku memasang gambar Felt sebagai wallpaper.”

Wallpapernya adalah salah satu gambar Felt yang diambil Subaru saat bertemu dengannya di gang. Dia memilih gambar yang menurutnya terlihat paling imut, dan mengingat kualitas gambar yang menurutnya cukup bagus secara keseluruhan.

Rom melihat membandingkan gambar dengan Felt, yang sedang meminum susu, dan berkata, “Yah, kau sudah mengejutkanku. Aku ragu ada hal lain di luar sana yang bisa menggambar lukisan dengan sempurna.”

“Ini adalah mitia yang memotong waktu dan menyimpannya. Bahkan tidak bisa dibandingkan dengan lukisan yang dibuat seseorang, bukan? Jika mau aku dapat mengambil milikmu juga."

“Aku tertarik, tapi sepertinya agak berbahaya. Itu tidak mengambil nyawamu, kan?”

"Tidak peduli ditahun dan dunia apa, sepertinya informasi palsu tentang foto tetap ada, ya...?"

Subaru tersenyum lemah sebagai balasan atas reaksi Rom, sesuatu yang sepertinya keluar dari periode Taisho, atau sebelumnya, dan menjawab, "Bahkan jika aku mengambil gambarmu, kau tetap bisa hidup sampai kau berumur delapan puluh atau lebih."

Reaksi Felt saat dia mendengarkan percakapan itu juga lucu, jadi setelah memperoleh izinnya, Subaru mengambil foto Rom dan menunjukkannya kepadanya.

"Hmm..." Rom mengangguk.

“Ini pasti langka. Jika aku harus menilainya, dengan koin emas suci mungkin lima belas... tidak, aku bisa menjualnya lebih dari dua puluh koin. Aku percaya itu sangat berharga.”

Pikiran bisnis Rom bersemangat; matanya bersinar saat dia membuat penilaiannya.

Selagi Subaru berpikir dia tidak yakin betapa bangganya dia untuk mendapatkan persetujuan dari seseorang dalam bisnis menjual barang curian, hal itu benar-benar membuatnya merasa lega. Lubang hidungnya membesar dalam kepercayaan diri, Subaru berbalik ke Felt.

“Yah, begitulah. Ini kartu yang aku mainkan. Seperti kukatakan, nilainya lebih dari dua puluh koin emas suci. Jadi sekarang, aku ingin menukar ini dengan lencana yang kau miliki.”

"Aku paham kau sangat mengharapkannya, tetapi itu benar-benar menjengkelkan."

Terlihat tidak terkesan kalau semuanya berjalan seolah-olah sesuai dengan rencana Subaru, Felt memperlihatkannya melalui wajahnya. Namun, itu tidak mengubah fakta kalau informasi baru ini membuat kesepakatan itu terdengar lebih baik baginya.

“Yah, jujur saja, aku senang karena aku mendapat jaminan bahwa aku dapat mengubah mitia ini menjadi uang. Sepertinya aku tidak perlu meragukanmu lagi kalau itu bernilai dua puluh koin emas suci. Aku mempercayai kartu yang kau mainkan.”

"Kan?! Jadi, sepertinya negosiasi kita berjalan dengan baik. Sudah menjadi pekerjaanmu untuk menjualnya, tapi aku berharap yang terbaik untukmu! Sekarang hal itu sudah selesai, bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat dan minum untuk merayakan kesuksesan kita?”

Subaru dengan cepat berjalan ke arah Felt dan mengulurkan tangannya untuk mengambil lencana, tetapi Felt dengan perlahan mulai mendorongnya kembali.

"Tunggu sebentar. Kenapa kau begitu terburu-buru?”

“Hidup memiliki batasan. Kau harus memperlakukan setiap detiknya dengan berharga, dan sangat memalukan untuk menyia-nyiakan sedetikpun—“

"Benar, benar, cukup," kata Felt, menyipitkan mata merahnya, dan dengan sikap tenang yang menusuk hatinya yang ragu.

"Kenapa kau ingin memiliki lencana ini?"

9

Subaru terdiam, menahan napas, dan ketika Rom dan Felt melihatnya, Subaru sadar kalau dia telah melakukan kesalahan. Yang harus dia lakukan hanyalah mengatakan omong kosong, seperti yang dia lakukan sebelumnya. Namun, tidak ada yang keluar.

Saat Subaru tetap diam, mulut Felt berubah menjadi senyuman.

"Wanita dewasa yang memintaku untuk mencurinya juga tidak ingin membicarakannya, dan sepertinya kau sama?"

"...Yah, mencuri itu sendiri sangat buruk, jadi kalau berhubungan dengan mencuri, aku yakin semua orang punya beberapa motif tersembunyi yang tidak ingin mereka bicarakan..."

“Tapi dalam kasus ini, kau lebih memaksa daripada biasanya. Jika aku memikirkannya baik-baik, pada awalnya kau mencoba mencuri ini dari orang yang menyuruhku mencurinya.”

Sikap Felt bagaikan seekor kucing yang menyiksa mangsanya.

“Sebenarnya lencana ini kenapa? Ini lebih berharga dari kelihatannya, bukan? Itu sebabnya semua orang menginginkannya. Dengan kata lain, ini lebih berharga daripada mitia itu.”

“Tunggu, Felt. Pemikiran itu sangat berbahaya. Aku sudah tahu apa yang akan kau katakan, bahkan aku bisa tahu dari pengalamanku bermain game, tapi... sungguh, kau harus berhenti.”

Ketika Subaru melihat Felt yang semakin buruk, dia mengeluarkan keringat saat dia mencoba menghentikannya. Jika negosiasi dibawa lebih dari ini, akhir buruk yang telah menunggu mereka akan menjadi kenyataan.

“Kita sepakat untuk lebih dari dua puluh koin emas suci! Ambil saja! Jangan serakah seperti itu! El—Orang yang menyuruhmu hanya bisa membayar dua puluh koin emas suci. Dia tidak akan membayar lebih dari itu. ”

"Bagaimana kau tahu itu?"

"Yah…"

“Semakin banyak kau berbicara, semakin banyak informasi. Kau bersekutu dengannya, kan?”

Subaru berharap dia bisa mengatakan padanya kalau dia tahu karena kemampuan Bangkit dari Kematian, tapi tentu saja dia tidak bisa. Bahkan jika dia menjelaskannya, tidak ada jaminan dia akan mempercayainya.

Saat mata Felt dipenuhi banyak keraguan, Subaru tahu bahwa apa pun yang dia katakan, dia tidak akan mempercayainya. Di titik ini, dia mungkin harus bersusah payah untuk mendapatkan lencana itu darinya.

Tapi jika aku melakukannya, aku harus berurusan dengan kakek tua berotot ini...

“Yah, dia membuatmu menari di telapak tangannya, bukankah begitu? Kau seharusnya malu mengingat dia lebih muda darimu.”

“Ini semua salahmu karena memberinya kebebasan. Dia begitu tangguh sampai aku merasa ingin menangis.”

Jika Subaru mencoba menggunakan kekerasan, yang akan terjadi adalah dia akan dikalahkan oleh Rom. Bahkan jika dia bisa mencurinya dari Felt, dia ragu dia bisa berlari lebih cepat darinya. Subaru telah melihat bagaimana dia bisa berlari seperti angin. Tidak mungkin dia bisa melarikan diri.

"Felt, tolonglah..."

“Jangan berpikir kalau memohon dapat membantumu. Dengar, aku menerima kesepakatanmu sebagai pilihan lain, tetapi tidak adil jika membuat kesepakatan tanpa mendengarkan perkataan klien asliku. Jika kau mau memberi tahuku seberapa berharganya lencana ini dan dapat menyiapkan apa yang benar-benar layak untuk membayarnya, aku mungkin akan mempertimbangkannya kembali.”

Di mata Felt, bahkan tidak ada sedikitpun rasa iba atau belas kasihan. Kedua matanya dengan sekuat tenaga mencoba mengetahui kebenaran dibalik sikap Subaru. Namun, alasan Subaru menginginkan lencana itu berbeda dengan Elsa. Dia hanya ingin mengembalikannya ke pemiliknya.

Tapi di saat Felt tidak tahu alasan Subaru, dia tahu alasannya Felt. Subaru tahu kenapa Felt begitu berusaha menegosiasikan kesepakatan terbaik. Dia tahu siapa orang yang sangat dia perjuangkan. Jadi setelah terdiam sejenak, dia mengatakan yang sebenarnya.

"Aku ingin mengembalikan lencana itu kepada pemilik aslinya."

"…Apa?"

Memberitahu kebenarannya adalah hal yang paling benar yang dia pikir bisa dia lakukan. Jadi ketika mata Felt terbuka lebar, Subaru hanya mengulangi apa yang dia katakan sebelumnya.

“Aku ingin mengembalikan lencana itu kepada pemilik aslinya. Itu sebabnya aku menginginkannya. Hanya itu."

Mata merah Felt bersinar penuh permusuhan, tapi Subaru tetap diam. Dia tidak bisa bercanda saat ini, jadi dia hanya menundukkan kepalanya.

"...Felt, aku tidak berpikir kalau dia berbohong," kata Rom.

“Kau jangan tertipu olehnya! Ini pasti lelucon! Mengembalikan ke pemilik aslinya? Dengan membayar semua uang ini untuk membelinya dari orang yang mencurinya? Betapa bodohnya dirimu itu? Jika itu yang dia mau, dia seharusnya membawa seorang penjaga untuk menangkap kita!”

Tentu saja Subaru tidak bisa melakukan itu. Bukan-Satella tidak ingin para penjaga terlibat. Itu sebabnya Subaru menolak tawaran Reinhard. Subaru tidak bisa melawan kemauan Bukan-Satella.

Setidaknya itu yang bisa Subaru lakukan, dan itu adalah jawabannya kepada orang yang telah menyelamatkan hidupnya.

“Jika kau mau berbohong, lakukanlah dengan lebih baik! Bahkan jika kau terlihat serius, aku tidak akan ditipu! Jika aku tidak... Itu benar. Aku tidak akan tertipu...” kata Felt, seolah-olah mengguncang beberapa pemikiran di kepalanya, berakhir dengan suara yang terdengar lemah.

"Felt..." kata Rom dalam nada penuh perhatian dengan ekspresi sedih, mungkin mengetahui apa yang sedang dirasakan Felt.

Bagaimanapun, tidak terlihat kalau Felt akan berubah pikiran. Dengan kata lain, negosiasi gagal.

"…Siapa itu?"

Tiba-tiba, ekspresi Rom berubah dan dia melihat ke arah pintu masuk. Subaru, masih dalam keadaan terguncang akibat negosiasi yang gagal, sangat terlambat untuk bereaksi terhadap suara Rom.

“Mungkin klienku. Sepertinya sedikit lebih awal.”

Felt pergi ke pintu, dengan ekspresi marahnya di wajahnya, dan ingin membuka pintu.

Subaru tiba-tiba merasakan perasaan gelisah mengalir di dalam dirinya. Gudang jarahan, ketukan di pintu, klien Felt—semua sinyal itu hanya bisa mengarah pada satu hal.

“Jangan buka pintunya! Kita semua akan terbunuh!!”

Lebih awal dari perkiraan Subaru. Dari jendela dia dapat melihat matahari masih tinggi di langit. Ini masih terlalu terang jika matahari terbenam sudah terbenam.

Di alur pertama dan kedua, keputusasaan datang setelah matahari terbenam. Subaru tidak membiarkan pengawasan mengenai waktu terbatas mereka menurun, tapi tetap saja, ini terlalu cepat.

Subaru masih belum menyelesaikan hal yang dia perlukan untuk mengubah dunia ini. Subaru tidak berhasil tepat waktu. Tangannya sudah ada di pintu, dan pintu yang terdorong itu mulai terbuka dari luar, dan cahaya kemerahan dari matahari yang akan terbenam menyinari kegelapan di gudang jarahan. Lalu…

"Apa maksudmu, 'terbunuh'? Aku tidak pernah melakukan kekerasan tanpa peringatan!” kata seorang gadis berambut perak dengan ekspresi masam di wajahnya ketika dia memasuki gudang jarahan.

full-width